Jebakan Emosi dalam Decision Making

Eka Wartana 30/08/2022 0
Jebakan Emosi dalam Decision Making

Oleh: Eka Wartana

Belum lama ini saya mendapat ‘jebakan’ Rp 1 milyar. Untung saja saya tidak sampai terjebak. Rp 1 M lho! Asyiiiik ‘kan? Ada satu perusahaan yang menamakan dirinya: “Belanja Mudah” (dalam Bahasa Indonesia-nya) yang promonya gencar luar biasa.

Istri saya memerlukan salah satu produk yang ditawarkannya. Maka kami pesanlah. Syukur syukur kalau sekalian mendapat hadiah Rp 1 M. Setelah itu datanglah paket paket surat dari perusahaan itu tanpa henti hentinya. Berbagai produk ditawarkannya. Ada lagi iming iming Rp 500 juta dsb. Sadar bahwa itu adalah jebakan, paket paket itu langsung saya buang ke tong sampah, tanpa dilihat lagi. Sampai sekarang masih ada saja paket penawaran yang datang tapi sudah semakin jarang karena tidak memperoleh tanggapan dari kami.

Ada ada saja caranya orang membuat jebakan. Dalam kasus diatas, penjual ingin memancing emosi senang orang dengan kekayaan (palsu) yang ditawarkannya. Maka banyak orang yang membuat keputusan: mengikuti alur permainan si penjual. Mereka telah terjebak, terjebak ‘nafsu’. Sebaiknya kita berhati-hati dengan iming iming yang terlalu menggiurkan……

Yang namanya emosi, kalau sudah menguasai, akan membekukan logika. Orang akan dikendalikan oleh situasi. Akibatnya, bukan solusi yang datang tapi masalah.

Ketika sedang marah, orang menjadi sangat emosional. Tindakannya tanpa kendali pikiran lagi. Dia menjadi aggressive, ‘menyerang’ dan membalas orang lain. Akibatnya bisa parah.    

Lain lagi dengan emosi gembira, senang. Orang yang sangat gembira akan cenderung  mengiyakan pendapat ataupun permintaan orang lain.

Nah, inilah yang dimanfaatkan oleh para salesman dalam menawarkan produknya. Dia membuat calon pembelinya merasa senang, apakah dengan membuat jokes atau mengajaknya berkaraoke-ria. Capel (calon pelanggan) akan lebih mudah ‘ditaklukkan’.

Sementara para petani menjebak burung, salesman ‘menjebak’ calon pembelinya.

Anak anak pun pintar memakai trick emosi ini. Lihat aja bagaimana mereka membuat orang tuanya senang ketika pulang kerja dengan memijit ortu-nya, tertawa gembira.  Dia menerapkan ‘conditioning’ untuk mencapai tujuannya. Habis itu, baru keluar  buntutnya: minta dibelikan mainan…..!

Sebaliknya kalau Anda sebagai pembeli, sadarlah akan trick orang sales seperti ini. Naikkan sisi logika supaya tidak terjebak membuat keputusan ‘miring’.

Pembelajarannya:

Jebakan emosi bisa dipakai untuk memengaruhi keputusan orang lain. Ini ibaratkan pisau bermata dua. Bisa dipakai untuk memengaruhi orang lain, bisa juga untuk ‘menangkal’ pengaruh orang lain. 

Membuat orang lain marah, menyulitkan hidup kita. ‘Membuat’ diri sendiri marah, menyulitkan diri sendiri dan orang lain.

Membuat orang lain bahagia itu menghasilkan kebaikan bagi diri sendiri juga. Jadi, tidak ada yang dirugikan.

Kalau ada orang galau gimana dong? Ya, biarkan saja dia sementara ‘menikmati’ kegalauannya…..?  

Sebisa mungkin, kendalikanlah emosi diri dengan meningkatkan kesadaran diri. Kalau tidak, orang lain yang akan mengendalikan emosi kita. Orang lain pula yang membuat keputusan untuk kita. Karenanya, orang lain pula yang akan menentukan nasib kita.

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition), Relative-Contradictive dalam Profesi, Relative-Contradictive dalam Kehidupan.

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.

#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal  #ekawartana #relativecontradictive #decisionmaking #jebakanemosi #marah #gembira #galau

Leave A Response »