‘Anak’ Emas, ‘Anak’ Tiri dalam Profesi

Eka Wartana 11/04/2022 0
‘Anak’ Emas, ‘Anak’ Tiri dalam Profesi

Oleh: Eka Wartana

Biasanya dalam keluarga ada anak yang lebih disayang dari pada anak lainnya, anak emas. Anak lainnya diperlukan seperti anak tiri.

Tidak hanya dalam keluarga, di kantor juga terjadi hal yang serupa. Ada anak buah emas, ada anak buah tiri.

Sama sama karyawan tapi perlakuan oleh atasannya bisa berbeda. Memang ada atasan yang suka pada bawahan yang pandai menyenangkan hatinya dengan pendekatan pribadi (ekstremnya: ‘menjilat’). Dia ‘rela’ melakukan hal hal untuk membantu atasannya secara pribadi. Ada yang suka pada bawahan yang prestasi kerjanya bagus. Yang kita bahas adalah perlakuan dari sudut yang berbeda.

Ada seorang supervisor yang sangat rajin bekerja. Kalau pekerjaan tidak selesai pada hari Jumat, dia meneruskannya sampai Sabtu, bahkan Minggu. Dan itu dilakukannya atas inisiatif sendiri,tanpa disuruh, tanpa klaim uang makan maupun transport.(padahal ada ongkos yang dia keluarkan untuk datang ke kantor!).

Melihat sikapnya yang sangat positive dan bertanggung jawab, maka perlakuan untuk diapun berbeda. Ketika supervisor itu ada keperluan di hari kerja, saya berikan izin tanpa potong cuti, ataupun potong gaji. Bahkan ketika dia terlihat letih di hari Senin berikutnya, saya suruh dia pulang untuk istirahat. Tanpa potong cuti ataupun gaji!

Adakah yang merasa iri hati dengan fasilitas yang diberikan kepada supervisor itu? Ada! Mereka merasa ada perlakuan yang berbeda, tapi tidak melihat rasa   tanggungjawab yang berbeda. 

Saya menerapkan disiplin yang ketat tapi flexible di kantor. Ketika karyawan mempunyai keperluan pribadi sehingga tidak masuk kerja, dia dianggap mengambil cuti. Tujuannya: untuk menanamkan rasa tanggung jawab karyawan. Itu berlaku juga bagi saya sendiri. Sebaliknya, saya berkenan memberikan libur gratis untuk mereka yang sudah bekerja ekstra di hari libur.

Pasti ada karyawan lain yang merasakan perlakuan yang berbeda. Tapi mereka juga tahu alasannya kenapa. “Anak Emas” bukan hanya untuk karyawan tertentu, tapi untuk semua karyawan yang bersikap positive dan bertanggung jawab. (not by person, but by attitude).

Seringkali fairness terlihat tidak sejalan dengan konsistensi. Sama sama sebagai karyawan, tapi perlakuannya berbeda. Ada perbedaan pengorbanan di sini. Sekilas cara ini terasa kurang fair, bukan? Tapi kiranya inilah sikap fair yang sesungguhnya.

Di sisi lain, semua karyawan harus diberikan kesempatan yang sama untuk berkembang dan maju, tanpa pandang bulu. Namun, siapa yang lebih serius dan bekerja keras dan cerdas untuk maju, diberikan prioritas. Fair enough, bukan?

Pembelajaran:

Orang seringkali salah mengerti tentang keadilan. Keadilan dilihat dari sisi yang sempit. Ketika semua karyawan memperoleh gaji yang sama, itulah yang dianggap adil. Padahal masing masing karyawan bekerja dengan tanggung jawab, prestasi dan produktifitas yang berbeda-beda. Gajinya perlu disesuaikan dengan posisinya.

Keadilan tidak selalu berarti perlakuan yang sama untuk semua orang. Yang hasil kerja dan usahanya lebih baik, akan memperoleh perlakuan yang lebih baik, tentunya. Itu barulah namanya adil.

Tidak ada perlakuan sama rata sama rasa. Juga tidak ada anak emas atau anak tiri. Semuanya anak kandung!

Salam Problem Preventing,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition).

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions.

#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #ekawartana #relativecontradictive #fair #karyawan #perlakuanadil #anakemas #anaktiri #profesi

Leave A Response »