Maunya Free, tapi…

Eka Wartana 28/03/2023 0
Maunya Free, tapi…

Oleh: Eka Wartana

Mendengar kata ‘diskon’ aja orang sudah tertarik. Apalagi kata ‘free’, siapa yang gak mau….?

Para karyawan sangat senang kalau ada hari libur, bebas dari pekerjaan. Berbeda dengan para pensiunan yang libur terus tapi tidak sesenang ketika menikmati hari libur kerja. Kenapa ya? Karena, selama libur kerja, gajinya tetap dibayar. Selain itu hal yang langka terasa lebih nikmat.

Pada umumnya orang tidak suka dikekang, dikendalikan, mengikuti peraturan. Terhadap semua factor di luar dirinya, orang cenderung tidak mau dikekang, maunya free.

Tapi dalam kenyataannya malah terjadi kontradiksi. Mereka justru mengekang kebebasan dirinya sendiri. Mereka sering ingin melibatkan dirinya untuk hal hal yang bisa membuat dirinya tidak ‘free’. Mereka mau dikekang dan dikendalikan oleh situasi. Bahkan situasi yang sangat mengganggu kenyamanan itu diciptakannya sendiri. Entah dengan sadar, ataupun tanpa sadar.

Ibaratkan layang-layang, terlihat bebas melayang di angkasa. Tapi ada tali yang mengikat dan mengendalikannya. Ada kemiripannya, ya antara layang-layang dan kehidupan manusia……?

Contohnya:

Pada waktu melihat temannya memperoleh rezeki, dia merasa iri hati. Dia menjerumuskan dirinya dalam jurang keirian. Dia tidak bebas tapi terkekang dalam jeruji ciptaannya sendiri.

Ketika merasa tersinggung dengan ucapan atau sikap orang lain, dia merasa sakit hati dan menyimpan dendam. Padahal ucapan orang itu belum tentu untuk dirinya. Orang itu menempatkan dirinya dalam ‘penjara’ virtual. Sementara itu, orang yang dibencinya dalam keadaan baik baik saja dan ‘free’ dari perasaan yang negative.  

Penjara mental’ itu lebih sering dipicu oleh emosi yang salah arah sampai yang tidak terkendali. Sikap itu sangat merugikan. Bukan hanya untuk kenyamanan, kedamaian dan kebahagiaan sendiri, tapi juga mengganggu hubungan baik dengan orang lain.

Beberapa hal terkait dengan kebebasan:

  • Freedom tidak pernah 100%, selalu ada batasannya. Karena itulah ada peraturan peraturan yang membatasi kebebasan
  • Tidak pernah ada free dalam pikiran negative. Yang ada hanyalah seberapa besar pikiran negative yang menguasai dirinya
  • Perasaan seringkali menjadi belenggu kebebasan: marah, kesal, benci, dsb. Ini menjadi beban pikiran yang bersangkutan

Apa dong resepnya supaya tidak terjebak dalam belenggu kebebasan (mental)?

Resep sederhananya cukup dua saja. Ini menentukan bagaimana seseorang memberi response terhadap satu dituasi yang dihadapinya.

  1. Sudut Pandang. Coba melihat sesuatu dari sudut pandang yang lain sehingga kita bisa memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan jelas. Sudut pandang yang berbeda seringkali menghasilkan kesimpulan dan sikap yang berbeda, bahkan bisa bertolak belakang
  2. Emosi dan Logika. Ketika emosi menguasai, coba untuk melihatnya dari sisi logika. Emosi seringkali berlawanan dengan logika. Keduanya perlu dibuat seimbang. Dengan memakai logika, gejolak emosi akan menurun.

“Ketika emosi berkuasa, ketika itulah logika binasa

(The MindWeb Way)

Salam Relative-Contradictive,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition), Relative-Contradictive dalam Profesi, Relative-Contradictive dalam Kehidupan.

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.

#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #trainer #relativecontradictive #problempreventing #emosi #logika #freedom

Leave A Response »