MENTAL YOYO

Eka Wartana 13/09/2022 0
MENTAL YOYO

Oleh: Eka Wartana

Lihatlah di sekeliling kita. Masih banyak terlihat orang yang bermental yoyo.

Apa itu mental yoyo…? (bukan yang hanya bisa bilang “Iyo, iyo…” lho!)

Ayo kita lihat beberapa contohnya……

  • Orang yang diet berhasil menurunkan berat badannya sebanyak 2 kg. Tahu bobotnya sudah berkurang, makannya mulai bergairah lagi. Akhirnya, berat badannya kembali naik ke level awal. Usahanya menjadi sia sia. Dia lupa bahwa kalau tubuh ‘dipaksa’ untuk merasa lapar, akan ‘balas dendam’ di kemudian hari. Balas dendamnya berupa makan sepuasnya. (ibaratkan makan di resto ‘All you can eat”)
  • Ketika pandemi Covid menurun, langsung saja terlihat orang orang mulai lagi kumpul kumpul,  melepas maskernya. Jumlah korbanpun mulai meningkat lagi. Pengetatan 3 M (menjaga jarak, mencuci tangan, memakai masker) digalakkan lagi.
  • Saat memperoleh kenaikan gaji, karyawan termotivasi untuk bekerja lebih giat lagi. Setelah 1-2 bulan berlalu, semangatnya mulai menyusut lagi ketingkat sebelumnya. Dari sini kita bisa lihat bahwa faktor gaji bukan alat yang jitu untuk memotivasi karyawan. Motivasinya hanya sementara. Tapi kalau gaji kurang dia akan terdemotivasi…..
  • Ketika ada saingan dalam pekerjaan, seorang karyawan bekerja serius. Dia khawatir kalah dalam persaingan. Di saat saingannya keluar, dia mulai bersantai-ria.  Dan pada waktu ada lagi saingan yang datang, dia mulai lagi bekerja keras. Motivasinya muncul kalau ada saingan, khawatir tersaingi.
  • Orang yang memperoleh rezeki akan bersyukur habis habisan. Tapi tidak seberapa lama, dia merasa itu sudahlah haknya. Rasa syukurnya luntur. Nah, ketika rezekinya punah, dia mulai mengeluh lagi. Beryukur-mengeluh-bersyukur-mengeluh datang silih berganti…..
  • Saat tidak banyak uang, rajin berhemat. Ketika mendapat rezeki, mulai boros lagi. Yang ‘need to have’ berubah menjadi ‘nice to have’. Nah, sewaktu keuangannya seret lagi, dia mulai lagi mengencangkan ikat pinggang. Yang dilihatnya hanya jangka pendek saja. Tidak berpikir jangka panjang.
  • Di saat miskin, dia rendah diri dan terpaksa menjadi rendah hati. Ketika kaya raya, dia menjadi sombong dan lupa diri. Waktu Kembali bangkrut, dia berubah lagi menjadi rendah diri.  

Kenapa ya mental orang seperti yoyo (naik-turun-naik-turun)?

Penyebabnya antara lain:

  1. Tidak adanya grit (passion+perseverance), gairah/semangat dan ketekunan/kegigihan untuk melaksanakan dan mencapai tujuan.
  2. Faktor luar yang memengaruhi dirinya, bukan spirit dari dalam dirinya.
  3. Dia tidak memiliki self-motivation. Mudah dipengaruhi oleh situasi.
  4. Merasa cepat puas.
  5. Semuanya dijalaninya dengan sikap ‘hot-hot chicken shit’ alias hangat hangat tahi ayam….. Hangatnya cuma sebentar saja. Tidak konsisten.

Saran untuk mengatasi mental yoyo:

  1. Tingkatkan kesadaran (awareness) akan tugas, tanggung jawab dan tujuan hidup sendiri, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan
  2. Pertahankan nilai nilai yang kita yakini.
  3. Hindari pemaksaan diri. Nikmati prosesnya, demi menccapai tujuan
  4. Selalu ingat akan tujuan jangka panjang.
  5. Pertahankan konsistensi dan hindari ‘hot-hot chicken shit’

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition), Relative-Contradictive dalam Profesi, Relative-Contradictive dalam Kehidupan.

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.

#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #relativecontradictive #persaingan #mentalyoyo #konsistensi

Leave A Response »