Berpikirlah Seperti Orang-orang Jenius

admin 12/02/2014 0

Oleh: Michael Michalko

Ref: http://www.mensa.web.id/2007/08/berpikirlah-seperti-orang-orang-jenius.html
Delapan strategi yang dipakai oleh orang-orang yang superkreatif, dari Aristoteles dan Leonardo sampai Einstein dan Edison.

Walaupun Anda bukan seorang jenius, Anda bisa menggunakan strategi yang sama seperti Aristoteles dan Einstein dalam mempergunakan kekuatan dari pemikiran kreatif Anda dan mengelola masa depan Anda dengan lebih baik.

Bagaimana seorang jenius mengemukakan gagasan-gagasannya?
Apa yang biasa dipikirkan orang terhadap lukisan “Monalisa”, atau teori relativitas?
Karakteristik apa yang terdapat dalam strategi berpikir Einsteins, Edison, da Vinci, Darwin, Picasso, Michelangelo, Galileo, Freud, dan Mozard?
Apa yang bisa kita tarik sebagai pelajaran dari mereka?

 

Orang kadang-kadang menyamakan antara orang yang ber-IQ tinggi dengan jenius. Orang dengan intelegensi tinggi biasanya IQ-nya lebih tinggi dari seseorang penerima Hadiah Nobel, umumnya mencapai 122. Jenius biasanya mencapai score 1600 pada Tes Scholastik, menguasai 14 bahasa pada usia tujuh tahun, menyelesaikan soal-soal Mensa dalam waktu yang telah ditetapkan, mempunyai IQ yang luar biasa tinggi dan cerdas.

 

Setelah melalui perdebatan sengit para psikolog pada tahun 1960, Joy P. Guilford, seorang pakar yang berfokus pada kreativitas, mengumumkan keputusan para psikolog bahwa kreativitas tidaklah sama dengan intelegensi. Seorang pribadi/individu bisa lebih kreatif daripada cerdas, atau lebih cerdas daripada kreatif.

 

Berpikir produktif vs Reproduktif

Yang dimaksud dengan berpikir reproduktif adalah berpikir pada dasar/basis masalah yang terjadi pada waktu yang lalu. Bila kita berhadapan dengan masalah-masalah, kita akan mengingat kejadian yang terjadi sebelumnya. Kita bertanya, “Apa yang pernah saya pelajari dalam kehidupan saya, pendidikan, atau pekerjaan dan bagaimana mengatasi masalah tersebut?” Kemudian kita menganalisis dan mengambil solusi yang terbaik untuk pemecahan masalah yang sedang kita hadapi. Namun karena solusi yang diambil berdasarkan perjalanan yang lalu, kita tidak berhati-hati menerapkannya. Mungkin permasalahan di masa lalu agak sedikit berbeda sehingga akhirnya penyelesaian masalah itu kurang mengena.

 

Sebaliknya, para jenius berpikir produktif, bukan reproduktif. Bila menghadapi masalah, mereka bertanya:

Berapa banyak cara saya melihat itu?
Bagaimana saya memikirkan kembali cara saya melihat itu?
Berapa banyak cara yang berbeda yang dapat mengatasi masalah itu?
Seorang jenius tidak akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan berikut: Apa yang pernah saya pelajari dari seseorang untuk mengatasi masalah seperti ini?

Mereka cenderung untuk mengangkat masalah ini dengan banyak respon- respon yang berbeda, beberapa tidak biasa dan unik. Seorang yang berpikiran produktif akan mengatakan dengan banyak cara penampilan untuk mengungkapkan “tigabelas” .
Seperti yang Anda lihat, dengan mengungkapkan 13 dalam beberapa cara atau membaginya menjadi dua dengan beberapa cara juga, dapat dikatakan bahwa setengah dari 13 adalah 6.5 atau 1 dan 3, atau 4, atau 11 dan 2, atau 8, dan seterusnya.

Dengan berpikir produktif, seseorang akan mengemukakan sebanyak mungkin alternatif pemecahan bagi suatu masalah.

 

STRATEGI BERPIKIR PARA JENIUS 

Sejumlah sarjana bekerja keras mempelajari bagaimana para jenius berpikir. Dengan cara mempelajari catatan-catatan, koresponden, tanya jawab dan gagasan-gagasan dari pemikir-pemikir besar, para sarjana ini mengidentifikasikan strategi berpikir yang spesifik dan gaya berpikir yang memungkinkan para jenius menghasilkan novel yang banyak dan bervariasi dan juga gagasan-gagasan yang orisinil

 

DELAPAN STRATEGI 

Berikut ini uraian singkat mengenai stategi-strategi yang umumnya merupakan gaya berpikir dari para jenius yang kreatif dalam ilmu pengetahun, seni, dan industri, sampai sejarah.

1. Jenius melihat masalah dari berbagai sudut 

2. Para jenius berpikiran tajam


3. Para jenius memproduksi 

4. Para jenius membuat kombinasi-kombinasi Baru 


5. Para Jenius menekankan hubungan 

6. Para jenius berpikir berlawanan 


7. Para jenius berpikir dengan kiasan 


8. Jenius mempersiapkan diri untuk meraihkesempatan

 

1. Jenius melihat masalah dari berbagai sudut 

Jenius kadang-kadang menemukan perspektif baru yang tidak terpikirkan oleh orang lain. Leonardo da Vinci percaya bahwa, untuk memperoleh pengetahuan mengenai bentuk suatu masalah, Anda harus mulai dengan mempelajari bagaimana merestrukturisasikan masalah itu dengan berbagai macam cara. Ia merasa bahwa cara pertama ketika ia melihat suatu masalah, sangat bias terhadap cara yang biasanya digunakan olehnya dalam melihat hal-hal yang ada. Ia akan merestrukturisasikan masalahnya dengan melihat masalah itu dari satu perspektif dan bergerak ke prespektif yang lain dan yang lain lagi. Dengan setiap pergerakan, pengertiannya akan bertambah dalam dan akan mulai mengerti inti persoalannya. Teori Relativitas Einstein, pada intinya, merupakan perjalanan dari interaksi antara perspektif-perspektif yang berbeda. Metode analitik Freuddidesain untuk menemukan detail- detail yang tidak cocok dengan perspektif-perspektif tradisional, dengan tujuan untuk menemukan pendirian baru yang lengkap. Untuk menyelesaikan masalah secara kreatif, pemikir harusmeninggalkan pendekatan awal, yang berasal daripengalaman yang lalu, dan mengkonsep ulang masalah. Dengan tidak menempatkan pada satu perspektif, jenius tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada, seperti menemukan suatu lingkungan yang bersahabat dan hangat. Mereka mengenal sesuatu yang lain.

 

2. Para jenius berpikiran tajam

Ledakan kreativitas pada Renaissance sangat terikat pada perekaman dan penyampaian pengetahuan yang sangat banyak dalam hal melukis, grafik dan diagram, seperti pada diagram yang terkenal dari da Vinci dan Galileo. Revolusi ilmu pengetahuan Galileo dengan mengemukakan pemikiran yang tajam tentang penggunaan grafik, sedangkan orang-orang yang sezamannya hanya menggunakan pemikiran secara matematis dan secara lisan.

Sekali para jenius mendapatkan fasilitas untuk menyampaikan pendapatnya secara lisan, tampaknya mereka akan mengembangkan keterampilannya berpikir yang tajam dan kemampuan berpikir sebatas ruang/tempat, yang memberikan kepada mereka fleksibilitas untuk menampilkan penjelasan dengan berbagai cara.

Bila Einstein berpikir melalui suatu masalah, ia selalu menemukan bahwa perlu merumuskan pokok masalah melalui berbagai macam cara, sebanyak mungkin, termasuk menggunakan diagram. Ia mempunyai pemikiran yang tajam; ia berpikir dengan menggunakan ketentuan-ketentuan yang tajam dan dalam bentuk ruang, daripada berpikir secara murni matematis atau secara lisan.

 

Kenyataannya Einstein percaya bahwa kata-kata dan angka-angka, seperti sebagaimana itu dituliskan dan disebutkan, tidak akan memainkan peran secara signifikan dalam proses berpikir seseorang.
3. Para jenius memproduksi 

Karakteristik yang berbeda dari jenius adalah produktivitas dalam jumlah besar. Thomas Edison memegang 1093 hak paten, tetap merupakan rekor. Ia memberikan garansi produktivitas dengan memberikan dirinya dan asistennya bagian-bagian gagasan. Bagian pribadi yang dimiliki Edison merupakan satu penemuan kecil setiap sepuluh hari dan suatu penemuan besar setiap enam bulan. Bach menulis kantata setiap minggu, meski pada saat ia sakit dan merasa lelah. Mozart memproduksi lebih dari 600 buah musik. Einstein sangat terkenal paling baik dengan makalahnya mengenai teori relativitas, tetapi ia juga memproduksi 248 makalah lainnya. Sebuah penelitian mengenai 2036 ilmuan di sepanjang sejarah, Dein Keith Simionton dari Universitas California di Davis menemukan bahwa ternyata yang diproduksi pakar-pakar besar bukan hanya menghasilkan kinerja-kinerja besar, namun juga kinerja-kinerja yang “buruk”. Dari begitu banyak kinerja yang mereka hasilkan, kualitas bisa berbeda-beda.

 

 

 

4. Para jenius membuat kombinasi-kombinasi Baru 

Pada buku karangan Simonton, “Sientific Genius” (1989), Simonton menuliskan bahwa para jenius senantiasa menciptakan kombinasi-kombinasi pemikiran yang baru. Berbeda dengan pengarang berbakat pada umumnya. Seperti anak-anak yang membangun bangunan dari balokbalok mainan, seorang jenius secara konstan mengkombinasikan dan mengkombinasikan ulang ide-ide/gagasan-gagasan,image-image dan pemikiran-pemikiran ke dalam kombinasi-kombinasi yang berbeda dalam alam sadar dan alam di bawah sadar mereka.

 

Menurut konsep persamaan Einstein, E = mc2. Einstein tidak menemukan konsep mengenai energi, massa atau kecepatan cahaya. Namun dengan mengkombinasikan konsep-konsep ini dengan cara baru, ia dapat melihat ke dunia yang sama seperti siapa pun juga dan melihat sesuatu yang berbeda. Hukum pengembangbiakan yang mendasari ilmu pengetahun modern mengenai genetika berasal dari biarawan AustriaGregor Mendel, yang mengkombinasikan matematika dengan biologi untuk menciptakan ilmu pengetahuan baru.
5. Para Jenius menekankan hubungan 

Da Vinci menekankan suatu hubungan antara suara sebuah lonceng dengan sebuah batu yang dilemparkan ke air. Ini membuat ia mengerti bahwa ada hubungan antara suara dan gelembung. Pada tahun 1865, F. A. Kekule mengkhayalkan bentuk sebuah cincin seperti molekul benzone dengan memimpikan seekor ular yang sedang menggigit ekornya. Samuel Morse mengalami jalan buntu ketika akan menampilkan bagaimana memproduksi sinyal telegrafik yang cukup kuat untuk dikirimkan dari pantai ke pantai.

Pada suatu hari ia melihat kuda-kuda yang terikat sedang ditukar di suatu stasiun relay dan menginspirasikan kepadanya suatu hubungan antara stasiun relay untuk kuda-kuda dengan sinyal-sinyal yang kuat. Hasilnya adalah memberikan sinyal secara periodik dengan kekuatan dorongan.

 

6. Para jenius berpikir berlawanan 

Ahli fisika dan filsafat David Bohm percaya bahwa jenius dapat memikirkan pemikiran-pemikiran yang berbedasebab dapat mentoleransikan dua perasaan yang bertentangan, antara dua hal yang berlawanan atau dua hal yang tidak sesuai.

Albert Rothenberg, seorang peneliti proses kreatif, mengidentifikasikan kemampuan ini dengan berbagai variasi pada para jenius – termasuk Einstein, Mozart, Edison, Pasteur, Conrad, dan Picasso – dalam bukunya ” The emerging Godless: The Creative Process in Art, Science and Other field.”

Ahli fisika Niels Bohm percaya bahwa apabila Anda bertahan pada pengertian yang berlawanan secara bersama-sama, maka Anda menggantungkan pikiran Anda bergerak ke tingkatan yang baru. Penggantungan pikiran menyebabkan kecerdasan di luar pikiran untuk bertindak dan menciptakan format baru. Putaran dari pemikiran yang bertentangan menciptakan kondisi sebagai suatu pendirian yang baru. Penemuan Thomas Edison tentang sistem tenaga listrik diawali dengan tindakan mengkombinasikan kawat pada kontak paralel dengan kawat pijar yang bertegangan tinggi dalam bola lampu – suatu hal yang mustahil bagi pemikir-pemikir konvensional. Hal ini disebabkan Edison dapat mentoleransikan perasaan yang bertentangan, dua hal yang tidak sesuai.

Ia dapat melihat hubungan yang membawanya ke terobosan baru.
7. Para jenius berpikir dengan kiasan 

Aristoteles menganggap kiasan merupakan tanda seorang jenius, ia percaya bahwa seorang individu yang mempunyai kemampuan untuk merasakan kemiripan/persamaan antara dua daerah yang terpisah, dan mencari mata rantai antara keduanya, adalah seorang dengan bakat istimewa. Alexander Graham Bells membandingkan kinerja bagian dalam telinga dengan sepotong selaput dari baja ringan – dan memahami cara kerja telepon. Einstein mengambil manfaat dan menjelaskan prinsip- prinsipnya yang abstrak dengan cara menggambarkan persamaan-persamaan/kias-kias melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi setiap hari seperti mendayung kapal atau berdiri di halte kereta api ketika kereta lewat.
8. Jenius mempersiapkan diri untuk meraih kesempatan

Bila kita menetapkan untuk melakukan sesuatu dan gagal, kita berhenti untuk mencoba melakukan yang lain. Ini merupakan prinsip kreatif yang gagal. Seharusnya kita bertanya mengapa kita sampai gagal melakukan yang kita inginkan, ini adalah suatu pertanyaan biasa. Tetapi gagal dalam kreatif mempunyai pertanyaan yang berbeda: Apa yang kita lakukan?

Menjawab pertanyaan itu merupakan sesuatu yang baru, cara yang tidak diharapkan merupakan inti dari kegiatan kreatif. Memang kita tidak beruntung, namun kita mendapatkan wawasan yang kreatif. Alexander Fleming bukanlah seorang dokter pertama yang mempelajari bakteri yang mematikan. Ia mencatat bahwa jamur dapat membentuk suatu kebudayaan baru. Dokter-dokter yang berbakat pada zaman itu membuang peluang yang tampaknya tidak relevan ini, tetapi Fleming mencatat sebagai “sangat menarik” dan memikirkan apakah jamur ini bisa potensial.

 

Ternyata hal yang dikatakan Fleming sebagai “sangat menarik” kemudian diobservasi dan menjadi obat penisilin. Edison, ketika merenungkan bagaimana membuat kawat arang, dengan tidak sengaja mempermainkan sebongkah dempul. Ia memutar dan membelit dempul itu dengan tangannya. Ketika ia melihat ke kedua tangannya, jawabannya ada di sana: lilit carbon seperti tali. B. F. Skiner menekankan suatu prinsip utama bagi metodologi ilmu pengetahuan:

Bila Anda menemukan sesuatu yang menarik, hentikan segala sesuatu, dan teliti hal yang menarik tadi. Jenius yang kreatif tidak mau menunggu sampai ada kesempatan; sebaliknya justru mereka secara aktif memburu penemuan yang tidak disengaja itu dengan segera.
TERAPIKAN STRATEGI INI PADA DIRI ANDA

Jenius yang kreatif tahu bagaimana menggunakan strategi berpikir ini – dan mengajarkan kepada orang lain agar menggunakannya. Harriet Zuckerman, sosiolog, menemukan bahwa enam mahasiswa Enrico Fermi mendapat Hadiah Nobel, sama seperti dia.
Ernest Lawrence dan Niel Bohr masing-masing mempunyai empat orang mahasiswa yang memenangkan Hadiah Nobel. J. J. Thomson dan Ernest Rutherford sebagai pelatih mempunyai 17 siswa pemenang hadiah Nobel.

Pertimbangan dalam pemberian Hadiah Nobel bukanlah karena orang tersebut kreatif dalam bidangnya, namun juga bisa mengajarkan orang lain untuk berpikir kreatif.

Penelitian Zuckerman membuktikan bahwa penerimaan Hadiah Nobel bisa menguasai ilmu pengetahuan karena sebelumnya mereka telah mempelajari gaya dan strategi berpikir yang berbeda. Jadi jelas, strategi-strategi jenius dapat dipelajari.

Menyadari dan menerapkan strategi-strategi berpikir yang umum dari jenius-jenius yang kreatif dapat membantu Anda menjadi lebih kreatif dalam tugas dan kehidupan pribadi Anda. (TR)

 

Best regards, Eka Wartana,

Leave A Response »