There is Free Lunch

Eka Wartana 28/11/2022 0
There is Free Lunch

Oleh: Eka Wartana

Orang bilang:”There is no free lunch”. Tidak ada (makan siang) yang gratis di dunia ini.

Kenyataannya tidak seperti itu. Masih banyak loh orang yang menyediakan dan memberi ‘free lunch’ buat orang lain. Tidak percaya?

Ayo kita lihat kenyataannya di dalam kehidupan manusia:

  • Orang tua. Orang tua membesarkan anaknya berdasarkan kasih sayang tulus. Terutama si ibu (para bapak jangan iri ya…..kiranya memang begitu adanya?).
  • Sumbangan. Banyak orang yang memberikan sumbangan dengan namanya tidak perlu disebut. Yang tertulis: tanpa nama atau ‘Hamba Allah’. 
  • Alam. Alam mengajarkan kita semua untuk tidak pamrih dalam melakukan kebaikan. Bagaimana pun sikap kita terhadap alam, alam tetap memberikan yang terbaik buat manusia. Oksigen, sinar matahari, air dan sumber daya alam, semuanya gratis. Kita tidak akan pernah menerima tagihan untuk hal hal yang sangat berharga itu.
  • Guru. Walaupun para guru memperoleh gaji, tapi semua pembelajaran yang diberikannya, dilakukan dengan tulus tanpa pamrih. Tidak pernah terdengar guru memberi syarat kepada muridnya untuk membalas jasanya ketika mereka sukses nanti.
  • Ada lagi contoh yang unik, Tamu Pesta Nikah. Waktu acara nikah anak saya, ternyata banyak ‘tamu’ yang tidak diundang. Mereka membawa amplop? Iya, semuanya membawa amplop. Isinya bukan uang tapi ‘doa’. Mereka ikut makan siang (free lunch)!  Sebetulnya gak gratis sih, ya, ‘kan ada doanya sebagai imbalan. 

Memang ada sih orang tua yang menganggap anak anaknya sebagai ‘investasi’ untuk jaminan hidupnya di hari tua. Tapi sesungguhnya dasarnya tetap saja kasih sayang yang tulus.

Sikap tanpa pamrih ini ternyata ada hubungannya dengan Maslow Hierarchy. Orang yang masih tergantung pada kebutuhan fisik, keamanan, sosial dan pengakuan, sikapnya belum sepenuhnya tanpa pamrih karena masih mengharapkan imbalan dalam berbagi bentuk yang berbeda.

Yang keren dalam Maslow Hierarchy ini adalah self-actualization (aktualisasi diri, pembuktian akan kemampuan diri). Sikap orang yang ‘need’ (kebutuhan) nya adalah aktualisasi diri tidak terpengaruh oleh sikap atau penilaian orang lain. Dia akan tetap menjalankan hal hal terbaik yang bisa dilakukannya, terlepas ada atau tidak ada penilaian/penghargaan dari orang lain.

“Free Lunch” (Pamrih) Terselubung

Memang ada sih orang atau kelompok tertentu yang memanfaatkan sumbangan untuk mencari  nama untuk dirinya atau golongannya (kalau sudah punya nama, kenapa masih mencari nama lagi ya…..?). Ada pamrihnya, misalnya ketika memberikan sumbangan untuk para korban bencana alam. Mereka ingin namanya, golongannya, bendera partainya dipajang di sekitar lokasi bencana.

Tapi terlepas dari ada atau tidak adanya pamrih, sumbangannya tetap berharga bagi korban bencana alam. Semua sumbangan patut kita hargai.

Ada lagi sikap orang yang penuh pamrih, tapi begitu pandai menyembunyikan niatnya sehingga banyak yang tertipu dengan sikapnya yang ‘manis’. Selalu ada pikiran di dalam dirinya:”Apa untungnya buat gue?”. (WIIIFM: What is in it for me?). Sikapnya yang munafik, dipoles dengan senyum dan kata kata manis…..

Tidak heran jika sikap orang yang munafik seperti ini sering ‘berteman dengan dendam ketika dirinya tidak dibutuhkan lagi atau dia tidak membutuhkan orang lain lagi.  

Pahala

Bagaimana dengan pahala? Banyak orang mau berbuat baik demi pahala yang akan diperolehnya. Menurut saya sikap ini wajar saja, apalagi sesuai dengan ajaran agama.

Tapi, apabila kita mau berbuat kebaikan terlepas dari ada atau tidaknya pahala, nilainya akan jauh lebih tinggi. Sikap ini diuji dengan pertanyaan:”Sekiranya tidak ada pahala, apakah sikap kita tidak berubah dalam berbuat kebaikan?”. Ini adalah pendapat pribadi, yang bisa jadi berbeda dengan sikap banyak orang.

Training dari Perusahaan itu traksaksional?

Kalau perusahaan memberikan training bagi karyawannya, apakah itu berdasarkan pamrih juga? Iya dan tidak. Iya, karena yang namanya perusahaan, memang selalu bertransaksi. Perusahaan  mengharapkan supaya karyawan mampu bekerja dengan lebih baik sehingga bermanfaat bagi perusahaan.

Tapi dibalik itu, manfaatnya lebih banyak diperoleh oleh karyawan sendiri. Semua Ilmu yang diperolehnya bermanfaat bagi dia sepanjang hidupnya. Sementara perusahaan akan kehilangan manfaatnya ketika si karyawan berhenti (resign, pindah, pensiun).

Ada juga boss yang memang mempunyai misi mulia untuk mencerdaskan anak bangsa yang adalah karyawannya sendiri. Tidak melulu untuk kepentingan bisnisnya. Tapi betul betul tulus untuk mengembangkan kemampuan karyawannya. Lebih banyak unsur sosial-edukasi nya daripada transaksionalnya. 

‘Penjilat’

Ada orang yang menginginkan sesuatu dengan ‘menjilat’ atasannya atau orang lain yang berpengaruh terhadap karier, profesinya. (padahal mereka bukan ice cream, kok dijilat ya)

Jelas mereka membutuhkan imbalan dalam berbagai bentuk. Ini adalah cara termudah untuk mencapai tujuannya. Sayangnya, banyak orang yang mau mengorbankan harga dirinya dengan cara ini.

Sayangnya juga, banyak atasan atau orang yang mudah terpengaruh oleh pendekatan cara ini (suka ‘dijilat’). Akibatnya, penilaiannya bisa melenceng dan tidak fair lagi.

Kalau mau menjilat, lebih baik beli ice cream aja, lebih asyiiiik!

Alam sudah mengajarkan kita sesuatu yang sangat berharga. Semuanya diberikannya kepada kita tanpa pamrih, tanpa meminta ‘makan siang’ (lunch). Alam telah memberikan manusia “free lunch, free breakfast, free brunch, free dinner, free supper” tanpa memikirkan WIIIFM.

Ayo kita belajar dari alam……. Walau sedikit….

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition), Relative-Contradictive dalam Profesi, Relative-Contradictive dalam Kehidupan.

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.

#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #relativecontradictive #transaksional #pamrih #imbalan #alam #tulus #munafik

Leave A Response »