Senang atau Sengsara, Pilihan kita

Eka Wartana 24/01/2023 2
Senang atau Sengsara, Pilihan kita

Oleh: Eka Wartana

Kata psikolog:

“Manusia cenderung mencari kesenangan dan menghindari sengsara.”

Kenyataannya, dalam kehidupan telah terjadi penyimpangan penyimpangan.

Orang yang terlalu focus pada kesenangan malah menjadi sengsara. Secara tidak langsung sesungguhnya mereka mencari sengsara, bukan menghindarinya.

Sebabnya: Hanya melihat kondisi sesaat saja, alpa memikirkan akibat dari ulahnya.

Contohnya: Terlalu banyak makan enak (daging berlemak, junk-food) akan mengundang penyakit (obesitas, darah tinggi, ginjal, stroke, dsb).

Terlalu mengumbar kesenangan di kala muda, mendatangkan sengsara di masa tua.

Sebaliknya, ada orang yang mau mengalami sengsara dulu. Kesenangan menyusul kemudian.

Tapi sayangnya tidak selalu kesenangan yang dihasilkan dari kesengsaran.

Hasilnya bisa dua macam:

  1. Hidupnya menjadi senang di kemudian hari, hasil dari kerja kerasnya menempuh sengsara.
  2. Hidupnya tetap sengsara tanpa perubahan.

Kenapa bisa tetap sengsara?

  • Tujuan tidak jelas.
  • Terjebak dalam rutinitas, sehingga melupakan terobosan terobosan baru, cara cara lain dari yang lain untuk mencapai hasil lebih bagus.
  • Keterampilan dan kompetensi yang kurang.
  • Cepat merasa puas dengan pencapaian sekarang.

Supaya mampu mencapai kesenangan, perlu diingat:

  • Tujuan jelas: Hidup hemat, bekerja keras dan investasi (kredit)
  • Menimba ilmu tanpa henti, mencari terobosan baru yang lebih efisien dan efektif. Ini menjadi modal dikemudian hari, baik untuk pengembangan karier ataupun untuk menghasilkan uang
  • Selalu siap menghadapi tantangan (kalau perlu tantangan itu dicari)
  • Selalu melakukan yang terbaik, walau harus berkeringat deras. Berikan lebih dari yang diharapkan dari kita.

Kesenangan yang berlebihan malah mendatangkan sengsara.

Sebaliknya, sengsara yang berlebihan, memperbesar sengsara.

“Kesenangan berlebihan, bisa menyenangkan ataupun

menyengsarakan diri sendiri atau orang lain”

“Ketika senang ataupun sengsara, janganlah berlebihan! ”

Supaya mampu mempertahankan ‘senang’ dan menghinari ‘sengsara’ diperlukan beberapa skills/competency seperti:

  • self-control (termasuk mengendalikan emosi, menjaga disiplin diri),
  • consequential thinking (memperhitungkan akibat dari suatu tindakan),
  • problem preventing (mencegah terjadinya masalah, antisipasi).

Kesenangan tidak usah dicari tapi diciptakan dan dinikmati.

Kesengsaraan jangan dihindari, tapi dicegah terjadinya.

(The MindWeb Way)

Salam Problem Preventing,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition), Relative-Contradictive dalam Profesi, Relative-Contradictive dalam Kehidupan.

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.

#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #relativecontradictive #senangdansengsara #selfcontrol #consequentialthinking #problempreventing

2 Comments »

  1. Nana 26/01/2023 at 8:25 am - Reply

    Bagus sekali artikelnya, pak Eka. Sangat menarik angle yg bapak ambil dalam menimbang senang vs. sengsara. Rupanya ini hasil cara berpikir the MindWeb Way ya pak Eka..!!

    Sehat dan sukses selalu utk pak Eka!

    • Eka Wartana 28/01/2023 at 5:19 pm - Reply

      Terima kasih banyak untuk komentarnya yang positif sekali, Bu Nana.
      Iya, memang The MindWeb Way of Thinking memberi banyak manfaat untuk berbagai hal, termasuk untuk mengembangkan idea, inovasi dalam penulisan artikel dan pemecahan masalah.
      Buat Bu Nana, sehat dan sukses selalu ya….

Leave A Response »