BAPER dalam Profesi

admin 15/03/2021 0
BAPER dalam Profesi

Oleh: Eka Wartana

Tentunya setiap manusia mempunyai perasaan. Bedanya: ada yang terlalu dipengaruhi oleh perasaan (baper) ada yang mampu mengendalikan perasaannya. Tapi bagaimana membedakannya? Ayo kita lihat ciri-cirinya.

Ciri-ciri orang baper:

  • Ego sentris, semuanya berpusat pada dirinya
  • Sering memojokkan diri sendiri, tanpa disadarinya. Orang lain bermaksud lain, dia merasa ditujukan ke dia. Balas dendamnya: dia memojokkan orang lain.
  • Sering menilai sesuatu dari sisi negative. Ketika orang lain dipuji, dia sakit hati.
  • Terkadang mau menghalalkan segala cara termasuk dengan fitnah, manipulasi
  • Berusaha keras menjaga image sendiri, kalau perlu dengan memakai topeng kepalsuan

Contoh-contohnya dalam profesi:

  • Ketika atasan memberi pekerjaan extra, dianggap atasan tidak suka. Padahal, apapun alasannya, pekerjaan extra memberi banyak manfaat bagi si bawahan: menambah pengetahuan, pengalaman, memotivasinya mencari cara kerja yang lebih efisien dan tetap efektif, melatih AQ (Adversity Quotient). Semuanya tergantung dari sudut pandang masing masing.
  • Ketika atasan memuji koleganya, dia merasa dirinya diabaikan, dilecehkan. Padahal tidak ada maksud atasan seperti itu. Dia memojokkan dirinya sendiri.
  • Untuk menarik perhatian atasan, dia tega mendiskreditkan koleganya, bahkan dengan fitnah sekalipun. Semuanya demi keuntungan dirinya.  
  • Dia mau menolong koleganya, demi menjaga imagenya supaya terlihat sebagai orang baik, bukan dengan niat yang tulus-ikhlas.
  • Dalam sikapnya ada tersembunyi niat yang sering tidak terlihat orang: “Apa untungnya buat aku?

Hubungan antara baper dan kepercayaan diri.

Ada orang yang sangat percaya diri (pede) ketika presentasi di depan para boss. Tapi ketika mendapat kritik dia langsung kesal, marah dan goyah. Dia menjadi sangat baper. Di sini kita lihat rasa pede yang di satu sisi tinggi, di sisi yang lain rapuh, tidak real.

Saya pernah punya atasan, orang Inggris. Mentalnya sangat stabil. Ketika presentasinya dikritik peserta, dia tetap tenang dan menanggapinya dengan logis. Dia tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh emosinya. Yang didemonstrasikannya itu adalah percaya diri yang sejati, bukan abal abal. Peserta kagum dengan sikapnya yang professional.

Pembelajarannya:

  • Sebaiknya jangan kita biarkan orang atau situasi yang mengendalikan response kita. Diri sendirilah yang memegang kendalinya.
  • Sadari ketika perasaan mau mengambil kendali, arahkan diri kita ke logika. Maka dominasi perasaan akan menurun dan mental kita akan lebih stabil.
  • Jangan mau dikuasai oleh pikiran negative. Semuanya perlu kita lihat secara fair dan objektif.
  • Jauhi sikap baper karena baper suka berkawan dengan iri hati dan fitnah. Berperasaan itu perlu tapi nggak usahlah berlebihan.
  • Sikap professional selalu menjaga keseimbangan antara emosi dan rasio.

“Di saat emosi berkuasa, ketika itulah logika binasa

Di saat logika mendominasi, ketika itulah emosi tak berfungsi

Ketika emosi dan logika ‘berkolaborasi’,

saat itulah kita mampu melejitkan prestasi

(The MindWeb Way)

Article terkait: Real Self-Confidence  https://mindwebway.com/2020/10/30/real-self-confidence/

Salam Relative-Contradictive,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking

Author: Relative-Contradictive dalam Profesi, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking (Gramedia Pustaka Utama)

FB: eka.wartana.5   LinkedIn: Eka Wartana   IG: eka.wartana

Website: www.mindwebway.com

#relativecontradictive #baper #profesi #professional #percayadiri #emosi #logika #ekawartana #berpikirtanpamikir #mindwebway

Leave A Response »