Rugi Dua Kali…. Kok Mau?

admin 01/05/2016 5
Rugi Dua Kali…. Kok Mau?

Rugi Dua Kali Kok Mau, Sih?

Oleh: Eka Wartana

Untung dua kali? Siapa yang tidak mau? Tapi rugi dua kali, siapa yang mau? Mestinya tidak ada, tapi herannya, banyak sekali orang yang justru memilih rugi dua kali.

Pada dini hari di tahun 1980an, istri saya membangunkan saya: ”Bang, TV, speaker, sound system di ruang tamu, hilang semua!” Rupanya ada “tamu” yang tanpa permisi masuk rumah, dan mau repot-repot mengangkut barang-barang elektronik kami. Dalam keadaan masih mengantuk, saya menjawab dengan santai, tanpa mikir, ”Ya sudah, besok kita kredit lagi”. Istri saya kaget dan heran melihat reaksi saya. “Kok gak marah, ya?”  mungkin begitu pikirnya.

Padahal barang-barang elektronik itu dibeli dengan kredit dan belum lunas! Sebelum istri saya berkomentar lagi, saya katakan: ”Mengapa kita harus rugi dua kali? Pertama, kehilangan barang, lalu kedua, sakit hati. Lebih baik memilih satu kali rugi saja: kehilangan barang, titik! Tidak perlu menambah kerugian dengan rasa kecewa dan sakit hati.”

Banyak orang yang mengalami kerugian atau kegagalan di dalam hidupnya. Mereka merasa sakit hati dan menyimpan kekesalan berkepanjangan. Pikiran yang penuh dengan “sampah emosi” akhirnya membuat mereka sakit. Kondisi psikisnya sering berakibat sakit fisik (psikosomatis). Maka merekapun berobat ke dokter. Bahkan ada yang sampai dirawat di rumah sakit. Akhirnya kerugiannya berlipatganda. Dan hal itu terjadi tanpa disadari! Padahal, sebetulnya dia mempunyai pilihan: rugi sekali saja (kerugian atau kegagalan itu saja), atau rugi dua kali plus plus (kerugian/ kegagalan plus rasa kecewa yang mendalam, sakit hati plus biaya pengobatan yang mahal).

Tragis! Seorang gadis bunuh diri! Dia patah hati ditinggal oleh pacarnya yang sudah merenggut kegadisannya. Bahkan ada gadis yang menjadi tidak waras akibat depresi yang luar biasa. Mereka menjadi gelandangan, berjalan tak tentu arah, tanpa busana. Keduanya disebabkan oleh kemarahan, kekesalan, sakit hati yang begitu parah. Sudah ditinggal pacar (kerugian pertama), kehilangan kegadisannya (kerugian kedua), plus penderitaan lahir batin (kerugian ketiga).

Kalau saja dia bisa “membingkai ulang” (reframing) peristiwa yang dialaminya, nasibnya bisa menjadi jauh lebih baik. Dia bisa saja berpikir:”Dia bukanlah calon suami yang baik. Lebih baik dia meninggalkan aku sekarang daripada nanti setelah menikah, beranak pinak, dan termakan usia.” Lalu, bagaimana dengan kegadisannya? Ya, sudah, itu telah terjadi. Let bygone be bygone (biarkan yang sudah lalu, berlalu). Memang mudah untuk mengatakannya, tapi tidak semudah itu buat yang mengalaminya. Dia membutuhkan dukungan keluarga, teman atau konselor supaya bisa melupakan peristiwa pahit yang dialaminya dan bangkit kembali.

“Tapi, yang namanya manusia, tentu manusiawi kalau merasa kecewa, marah, putus asa dengan apa yang dialami.” Memang tidak salah, tapi sampai kapan mau seperti itu?

Dengan melihat hubungan sebab – akibat dari tindakan kita, kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi sudah bisa diprediksi sebelumnya. Dengan begitu tindakan pencegahan bisa dipersiapkan. Dan itu bisa dilakukan tanpa mikir lagi.

Dengan memilih satu kerugian saja, kita bisa menghemat banyak energi, yang diperlukan untuk mengambil tindakan perbaikan. Dan yang lebih penting lagi kita berupaya agar kesalahan yang serupa tidak terulang lagi.

Begitu mengalami masalah, berpikirlah tanpa mikir: “Jangan menambah masalah lagi. Satu saja sudah cukup!”

Mari, kita ubah kehidupan kita. Jangan mau rugi dua kali.

Kalau rugi, cukup sekali saja. Kalau bisa, ya untung terus……….

 

Disadur dari buku Berpikir Tanpa Mikir

Eka Wartana

 

5 Comments »

  1. yuliana 01/05/2016 at 6:12 am - Reply

    Salam kenal bang Eka Wartana, saya ibu rt yg lg belajar ngeblog dan suka tulisan anda, sangat menginspirasi saya terutama buku mindweb (hehe sebetulnya belum punya, baru niat mau beli)
    Tulisan anda menyemangati semangat saya untuk terus menulis dan berfikir tentang hal yang tak terpikirkan sebelumnya, ya..seperti Rugi duakali

    • admin 01/05/2016 at 6:43 pm - Reply

      Salam kenal kembali, Bu Yuliana.
      Senang bisa berkenalan dengan Bu Yuliana yang punya semangat untuk maju.
      Terimakasih ya, bu sudah menyukai tulisan saya, semoga bisa menginspirasi Bu Yuliana dan rekan rekan lainnya.

      Untuk info Ibu, Buku MindWeb sudah habis dan tidak ada lagi di Gramedia.
      Kalau mau saya bisa kirim dari stock saya, dengan harga discount Rp 50 ribu plus ongkos kirim.

      Yang masih ada di Gramedia adalah buku terbaru berjudul: Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb.
      Dalam buku ini banyak informasi tentang 7 Rahasia Berpikir Tanpa Mikir, rahasia kemiripan cara berpikir orang jenius dan MindWeb. Juga ada tips anti stress, anti pikun, mengendalikan emosi dan contoh contoh nyata bagaimana aplikasi dari Berpikir Tanpa Mikir itu dilaksanakan dalam kehidupan sehari hari.

      Ibu bisa beli buku terbaru itu dari Gramedia terdekat. Bisa juga Ibu pesan dari saya, dengan tanda tangan, dengan harga yang sama dengan Gramedia Rp 82 rb dan free ongkos kirim untuk Jabodetabek.

      Terimakasih banyak,Bu Yuliana untuk minatnya belajar MindWeb. Itu adalah konsep yang sangat sederhana yang bisa diterapkan oleh setiap orang yang mau.

  2. Agus 06/05/2016 at 3:57 pm - Reply

    Dear Pak Eka, apakah pembaca harus membaca buku “Mind Web” terlebih dahulu sebelum membaca buku “Berpikir Tanpa Mikir ala Mind Web”?

    • admin 07/05/2016 at 4:26 am - Reply

      Dear Pak Agus,
      Kedua buku itu berbeda dan Bapak tidak harus membaca buku MindWeb dulu.
      Bapak bisa langsung membaca buku Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb tanpa masalah.

      Buku MindWeb bagus sekali sebagai referensi untuk para karyawan, supervisor, manager, general manager dalam organisasi. Disana diberikan banyak diagram untuk decision making, problam solving, planning, pricing, dan banyak lagi yang lainnya. Juga banyak contoh contoh diagram untuk kehidupan.

      Kedua buku itu saling melengkapi.
      Semoga ini menjawab pertanyaan Pak Agus.

  3. Agus 08/05/2016 at 1:33 pm - Reply

    terima kasih atas penjelasan Pak Eka.

Leave A Response »

Click here to cancel reply.