Polusi Pikiran…….
Oleh: Eka Wartana
Polusi udara sudah sering dibicarakan orang. Dampak polusi udara sangat buruk bagi kesehatan manusia.
Ada polusi lain yang lebih parah lagi, namun kurang diperhatikan orang: polusi pikiran. Polusi udara memberi pengaruh buruk pada fisik seseorang. Polusi pikiran memengaruhi mental dan jiwa yang akhirnya mengganggu kesehatan fisik juga. Sesungguhnya, manusia mengalami dampak ganda (double impact) akibat dari polusi pikiran.
Menurut para ahli, manusia mengolah 12.000 sampai 60.000 pikiran setiap hari (gak menyangka ya, begitu aktif nya otak kita….?). Sayangnya, konon 80% dari pikiran pikiran itu bersifat negative! Lebih parahnya lagi, 95% dari pikiran pikiran kita setiap harinya adalah pengulangan. Bayangkan deh, bagaimana pikiran negative yang begitu banyak dan berulang ulang itu tertanam dengan kuatnya di dalam pikiran bawah sadar.
Setiap saat ada saja kata kata bernada negative yang muncul di benak manusia, seperti “Sulit”, “Gak bisa”, “Tidak mungkin”, “Seharusnya”, dan lain lainnya. Belum lagi komentar komentar miring dan gossip tentang orang lain. Betapa banyak orang yang hobi mencari cari alasan, mencari cari ‘kambing hitam’ atas kesalahannya sendiri (sekali sekali cari ‘kambing putih’ kek…..). Ada saja kesalahan orang lain yang dilihatnya, tapi kesalahannya sendiri invisible (tak terlihat). Gossip yang ramai digunjingkan lebih banyak tentang keburukan orang lain. (namanya juga gossip…..). Kala dimarahin boss:”Sialan, boss gue cerewet banget”. Asumsi asumsi negative begitu banyak berseliweran dimana mana. Bahkan niat untuk berbuat baik, bisa dicurigai:”Ada udang dibalik tahu….” (seakan niat baik itu sudah punah di dunia ini).
Ketika mendengar orang lain berhasil, manakah gerangan reaksi yang lebih banyak muncul…. Rasa syukur atau rasa iri? Kiranya Iri hati yang menjadi mayoritas…..”Kenapa nasibnya lebih baik dari aku?” Biasanya, rasa iri itu bertetangga dengan rasa benci yang mengundang munculnya fitnah.
Nah, kalau orang gagal membenci orang sukses, bukankah secara tidak sadar dia sudah membenci kesuksesan itu sendiri? Kalau begitu bagaimana dia bisa mencapai kesuksesan? Demikian pula orang miskin yang membenci orang kaya (tanpa sadar, sebetulnya dia juga membenci kekayaannya, karena itu adalah satu ‘paket’), apakah mudah jalan baginya untuk mencapai apa yang dibencinya yaitu kekayaan…..? Sepertinya mustahil ya……?
Kenapa ya begitu banyak orang yang berperilaku negative? Ada yang kelewatan narsis nya, ada yang kelewatan sombong nya, selalu ingin mendapat perhatian lebih, suka mem-fitnah, dan lain lainnya. Mereka ingin terlihat paling baik, paling sukses, paling berkuasa, dan banyak “paling” lainnya. Semoga huruf ‘p’ nya tidak bermetamorfosa menjadi ‘m’….. dari ‘paling’ menjadi “maling”(maling hak orang lain, maling perhatian untuk orang lain, maling kesuksesan orang lain…….). Sempat terpikir (tapi tanpa mikir… he he he), sumber dari semua itu kemungkinan adalah kerakusan.
Tuhan adalah designer ulung. Kita diberikan filter untuk panca indera kita. Telinga dan hidung kita dilengkapi dengan saringan berupa bulu bulu yang mencegah kotoran masuk kedalam telinga dan hidung. Fungsi filter itu sekalian memberikan kenikmatan bagi banyak orang….. ketika mengorek nya. (yang dikorek, maaf, “tahi”, kok nikmat ya…. Ha ha ha).
Lalu, bagaimana dengan saringan pikiran? Semua agama mengajarkan kebaikan, baik dalam pikiran, perkataan, maupun perbuatan.
Bagaimana ya caranya untuk mengendalikan pikiran kita? Beberapa saran untuk mengubah pikiran negative menjadi positive misalnya:
- Ikut bersyukur kalau ada orang yang berhasil. Rasakan nikmatnya kalau kita sebagai orang itu. Suatu saat akan datang giliran buat kita. Iri hanya akan menjadi ‘rem’ bagi kedatangan rezeki kita.
- Sebaiknya kita sadari ketika muncul kata kata negative dari dalam pikiran kita. “Ups, kok aku berpikir negative ya?” Kemudian, masukkan ‘gigi netral’ alias, netralkan dulu pikiran kita. Ketika orang membicarakan kejelekan orang lain, kita pikirkan kelebihan kelebihan orang itu. Bila kita ingin diperlakukan secara fair, tentunya kita juga berlaku fair terhadap orang lain, bukan?
- Ubah yang negative menjadi positive. Contohnya, ketika kita menghadapi masalah. Alih alih membiarkan masalah menguasai kita, lebih baik kita yang mengendalikan masalah dengan mengubah kata “Sulit”, “Tidak bisa” menjadi lebih positive seperti “Tidak ada masalah yang tak terpecahkan”.”Apa saja alternative solusi yang bisa didapat?”, “Masalah akan menjadi lebih ringan kalau dipilah pilah”. Fokus pada masalah akan mempersulit keadaan, focus pada solusi akan memberi jalan keluar.
- Hal hal negative mengundang hal hal negative, hal hal positive mengundang hal hal yang positive (The Law of Attraction – Rhonda Byrne). Kita mau mengundang yang mana…..? Terserah kita….. begitu sederhana, bukan?
- Takdir tidak bisa diubah, tapi nasib bisa diubah. Bukankah lebih baik focus pada memperbaiki nasib kita daripada menggunjingkan nasib orang lain?
Polusi pikiran sangat menguras energy. Tanpa sengaja kita telah menambah beban sendiri ketika mendaki jenjang kesuksesan. Kenapa tidak kita buang saja beban beban polusi itu, sehingga mempermudah kita untuk mencapai kesuksesan…..?
Mari kita bersihkan hati dan pikiran kita untuk kehidupan yang jauh lebih baik buat diri sendiri dan orang lain……
Tulisan terkait:
Mengendalikan atau Dikendalikan ( https://mindwebway.com/?p=1171 )
Netral (https://mindwebway.com/?p=1026 )
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana