Mengendalikan atau Dikendalikan?

admin 06/01/2016 0
Mengendalikan atau Dikendalikan?

Mengendalikan atau Dikendalikan….?

Oleh: Eka Wartana

 Bayangkan kalau kendaraan kehilangan kendali……… bisa nabrak pohon, nabrak orang atau masuk jurang.

Tapi….., tapi…..(niru Pak Jokowi waktu bicara tentang catut di kasus Freeport), kok orang santai saja ketika kehilangan (tidak punya) kendali atas profesinya ya…..? Kendali diri diserahkannya kepada orang lain, bahkan kepada keadaan. Resikonya tidak kalah besar dengan kendaraan tanpa kendali.

Kalau kendaraan kehilangan kendali, apa yang harus dilakukan….? Ya beli lagi kendali nya…..ha..ha..ha.. #becanda.com

Nah, kalau orang kehilangan kendali….gimana? Ya, nyari kendali lagi dan pegang kuat kuat…., jangan sampai lepas….

Pernahkan kita melihat perilaku karyawan seperti berikut ini?

  • Disiplin hanya kalau ada atasannya. Dia rajin, hanya didepan atasannya. (Dia juga rajin… berdoa moga moga boss nya sering sering keluar kota, atau sering sakit…..). Kalau atasannya pergi, dia bersantai-ria. Tidak ada self-discipline (disiplin diri). Dia dikendalikan oleh situasi, yaitu keberadaan atasannya. Bukan hanya dia tidak memegang kendali, dia juga terbelenggu oleh hal hal lain diluar dirinya. Pantas gak ya dia nantinya dipromosi menjadi atasan….?
  • Bekerja seadanya saja. Kalau mahasiswa, cukup C aja IP nya. Yang penting lulus aja. Yang penting menerima gaji setiap bulan dan tidak dipecat. Tidak ada usaha untuk melakukan yang terbaik. “Ngapain capek capek kerja keras, toh gaji gak naik”. Tidak terpikir olehnya hari esok. Nasibnya ya, begitu begitu saja. Jadi, siapa yang mengendalikan masa depannya? Berhak kah dia untuk komplain ke Tuhan, kok penghasilannya segitu segitu aja….? (rasanya dia perlu menghadapi MKD dulu sebelum komplain: Masalah Keuangan Darurat…..)
  • Prestasi kerjanya tergantung dari sikap atasan. Seperti Chelsea di Liga Inggeris. Gara gara pemain tidak suka dengan pelatihnya, Jose Mourinho, mereka main ogah-ogahan sehingga prestasi team merosot mendekati zona degradasi. Mereka lupa bahwa prestasi individunya terus dipantai oleh klub lain dengan iming iming gaji besar di bursa transfer. Apakah atasannya yang harus menyesuaikan diri dengan dia…..?
  • Mood nya tergantung cuaca. Kalau cuaca mendung, hatinya gundah, maunya meneruskan mimpinya. Kalau hari hujan, mengeluh kuatir banjir. Kalau hari panas, mengeluh AC nya kurang dingin. Bagaimana dia bisa mengendalikan cuaca, kalau mengendalikan dirinya saja gak becus….? (bisa mengendalikan diri pun, tetap aja tidak bisa mengendalikan cuaca…..he he he paling paling bisanya cuti atau cabut….).
  • Takluk pada HP nya. Bagaimanapun sibuknya dia, selalu disempatkan untuk mengintip pesan pesan yang masuk. Bahkan sampai lupa dengan tugas tugas utamanya. Dia bukan hanya takluk, tapi diperbudak oleh gadget nya……. Kok dia mau, ya…. Jadi budak…?

Mumpung 2016 masih baru, ayo kita ambil kembali kendali yang selama ini (dibiarkan) hilang……….

  • Kita adalah master dari diri kita sendiri. Kita memiliki sense of responsibility, bukan sense of jilat silit-e…(maaf….ini Bahasa Jawa, silit = ……)
  • Always “Do Your Best”. Potensi besar yang masih terpendam kok disia-siakan. Usia semakin bertambah, biaya semakin meningkat, masak ilmu kita dibiarkan merosot termakan inflasi….seperti merosotnya nilai gaji…..?
  • Masa depan kita tergantung dari kita, bukan dari atasan. Atasan bisa menentukan gaji kita, tapi tidak masa depan kita. Kitapun bisa memecat boss dan cari boss baru…. Tetap jaga respek dan dukung atasan untuk maju, tapi tidak lupa untuk menjaga self-esteem dan integritas diri.
  • Cuaca hati” kita berada didalam kendali kita. “Focus” mampu mengalahkan segala bentuk cuaca.
  • First Thing First”, kata Stephen Covey. Beliau tidak mengatakan “Santai Thing First” (tentu saja beliau tidak bilang begitu, soalnya gak ngerti ‘santai’ itu apa…..). Sayangnya, banyak karyawan, kalau tidak bisa dibilang kebanyakan…., mengutamakan mengintip HP dulu, sudah itu baru…. HP lagi, HP lagi….sampai lupa dengan pekerjaannya…..

Untungnya, kita memiliki banyak karyawan yang punya integritas dan kemampuan tinggi, seperti para pembaca artikel ini, sehingga selalu siap menghadapi persaingan, baik local maupun global.

Semuanya tergantung kita.

Seperti kata Henry Ford: ”Whether you think you can, or you think you cannot….you are right”.

Yes, You can…..!

But you are not ‘can’ alias kaleng…..apalagi mentalnya….! (mendingan mental kaleng ya, daripada mental krupuk…ha..ha..ha..)

Salam MindWeb,

Eka Wartana

Leave A Response »