Subsidi BBM Dan Koruptor

admin 27/08/2014 3
Subsidi BBM Dan Koruptor

Subsidi BBM Dan Koruptor

Oleh: Eka Wartana
Semakin membengkaknya nilai subsidi BBM, semakin meningkatkan desakan untuk menaikkan harga BBM. Alasan klasiknya, sebagian besar subsidi BBM dinikmati oleh orang yang mampu. Sehingga, teorinya, kalau harga BBM dinaikkan, dampaknya pada rakyat kecil tidak ada atau sedikit sekali. Apakah benar demikian? Sepertinya tidak sesederhana itu.

Dampak kenaikan harga BBM bisa berupa dampak ekonomis, dimana biaya logistic akan naik, yang berakibat naiknya harga barang. Selain itu, ada dampak psikologis, dimana terjadi pembenaran untuk menaikkan harga barang. Aji mumpungnya keluar…… Naiknya harga barang akan menambah biaya hidup dan mengurangi kualitas hidup, bagi rakyat kecil.

Selain biaya logistic, biaya produksi pun akan naik. Kalau harga barang naik, apakah karyawan tidak menuntut kenaikan gaji? Naiknya harga barang apakah tidak menaikkan biaya produksi akibat dari kenaikan harga raw material dan bahan penunjang lainnya?

Ide lain untuk mengurangi kuota BBM telah dicoba oleh Pertamina yaitu dengan mengurangi kuota BBM. Akibatnya seperti bisa diduga, terjadi antrian amat panjang di SPBU. Banyak waktu yang terbuang untuk antri, yang tentunya berdampak pada produktifitas kerja. Bisa jadi, cara ini akan membuka peluang  terjadinya penggelapan BBM. Sesuai dengan teori ekonomi, berkurangnya supply akan menaikkan harga barang, yang memicu berkembangnya pasar gelap BBM.

Nah, selain mengurangi subsidi, alias menaikkan harga dan membatasi kuota BBM, adakah hal hal terkait lainnya? Tentu ada, baik yang langsung maupun tidak langsung.

Kenapa orang hanya terfokus pada kenaikan harga BBM? Bagaimana dengan biaya produksi BBM itu sendiri? Sudahkah bersih dari korupsi? Sudah efisien kah proses produksi BBM nya? Bagaimana dengan pengadaan material nya, apakah dibeli dengan harga yang paling ekonomis, bebas dari mark up? Adakah usaha untuk menemukan bahan additives oleh para ahli kita, dengan biaya yang ekonomis? Herannya, Malaysia bisa menjual BBM sekelas Pertamax dengan harga lebih murah dari harga Premium di Indonesia. Keduanya sama sama memperoleh subsidi dari pemerintah. Ini berarti Malaysia pun bisa menjual premium dengan harga yang lebih murah lagi dari harga kita.

Tingginya harga BBM import dipengaruhi oleh adanya “agen” BBM (makelar?) di Singapore yang mengambil keuntungan besar, serta mahalnya sewa kapal tanker. Kenapa tidak langsung saja order ke produsen diluar negeri, tanpa melalui agen? Apakah sewa kapal tanker sudah sesuai dengan harga pasar, tanpa ada mark up?

Pertanyaan lainnya, kenapa sudah 20 tahun ini tidak ada kilang minyak yang dibangun didalam negeri? Padahal pemakaian BBM selalu meningkat setiap tahun? Adakah hal ini berhubungan dengan begitu kuatnya peran “agen” sehingga mereka mampu membekukan usaha pembangunan kilang didalam negeri? Mereka tidak mau kehilangan untung besar yang selama ini mereka nikmati.

Ada satu lagi hal yang agak tersamar, seakan tidak terkait dengan dampak BBM ini. Itulah Keluarga Berencana (KB). Kok bisa? Apa hubungannya? Dengan semakin banyaknya anak, biaya hidup rakyat akan semakin tinggi. Sayangnya, keluarga dengan anak banyak justru terjadi pada kebanyakan rakyat kecil. Akibatnya, kenaikan harga barang akan memperberat beban rakyat kecil untuk menghidupi keluarganya. Kiranya KB sudah seharusnya mulai dibenahi kembali, seperti pada jaman Pak Harto dulu.

Sudah seharusnya KPK memberi prioritas pada pemberantasan mafia migas dan mengusut semua biaya biaya produksi dan logistic BBM.

Seandainya saya menjadi Presiden RI, maka saya tidak akan menaikkan harga BBM, dan menanggung beban subsidi sampai tuntasnya korupsi yang membuat biaya BBM menjadi tinggi. KPK diprioritaskan untuk memberantas mafia migas dan mengusut semua biaya produksi dan logistic BBM. Dengan begitu, mau tidak mau semua orang akan difokuskan pada upaya menghilangkan biaya biaya siluman. Kalau tidak begitu, kenaikan harga BBM dianggap satu solusi dan masalah dianggap selesai. Padahal, pokok permasalahannya tidak akan pernah diselesaikan.

Dengan memakai metode MindWeb, kita diajak untuk memperluas hubungan sebab akibat dari suatu masalah. Seringkali ada hal hal yang tersembunyi yang bisa diungkap dengan metode MindWeb ini.

Buat yang ingin memperdalam MindWeb, dibawah ini ada diagram terkait dengan artikel ini.

Salam, eka wartana

BBM Subsidi

3 Comments »

  1. GM Agung Nugroho 28/08/2014 at 5:31 am - Reply

    Pak EKA terima kasih telah membuka wawasan saya untuk berfikir dari sisi yang lain.

  2. admin 28/08/2014 at 8:33 am - Reply

    Hallo Pak Agung,
    Terimakasih banyak untuk masukannya, Pak.
    Saya cuma ingin mengubah pikiran tradisional banyak orang.
    Dengan berpahit pahit dahulu (subsidi membengkak), kita akan memutar otak untuk menghilangkan kebocoran yang tidak perlu. Nantinya manfaatnya buat bangsa akan jauh lebih besar.
    Salam, eka wartana

  3. admin 28/08/2014 at 8:49 am - Reply

    Tambahan sedikit Pak Agung,
    Menurut Dr Soemitro, kebocoran yang terjadi 30%.
    Kalau separuhnya aja kebocoran bisa dikurangi, itu sudah cukup buat menutup subsidi BBM.
    Belum lagi nilai yang bisa diselamatkan dari in-efisiensi prosesnya.
    Kiranya arah solusi masalahnya perlu dibalik. Kalau tidak, masalahnya berulang terus….
    Salam, eka wartana

Leave A Response »