How EQ Solve Organization Headache!

admin 04/06/2014 0

How EQ Solve Organization Headache!

Smart Emotion Radiotalk, Rabu 04 Juni 2014

(Bp. Anthony Dio Martin)

  Baru-baru ini, buku Smart Emotion karya Anthony Dio Martin yang merupakan intisari pembelajaran soal Kecerdasan Emosional yang disiarkan rutin di SmartFM, diterbitkan kembali bekerjsama dengan Gramedia Pustaka Utama (GPU). Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana sih Kecerdasan Emosional bisa membantu menghilangkan problem dan berbagai permasalahan yang ada di dalam organisasi?

 Apakah sebenarnya EQ hanya untuk keperluan persoalan pribadi saja?  Jawabannya? Tentu saja TIDAK! EQ bukan hanya untuk personal, untuk organisasipun paling tidak ada 6 “kepusingan” yang bisa tertolong dengan EQ yang tinggi!

Contoh organisasi yang dipusingkan dengan masalah EQ pada karyawannya:

  • Pada Oktober 2011, karyawan McDonald memukul pelanggannya dengan batang besi. Tapi ia dibebaskan karena dianggap melindungi.
  • Agustus 2012, manager PLN Kota Prabumulih memukul assistant officer administrasi karena saat ditanya pekerjaannya, dia bilang tidak sanggup.
  • Eksekutif perusahaan mining mengamuk di bandara karena dua kali ketinggalan flight.

 Kesimpulan:

  • Organisasi tidak salah, yang salah adalah orangnya. Tapi orang tetap mengonotasikan dengan organisasi.
  • Akibat dari organisasi dan orang yang EQnya jongkok: ketidakpuasan, konflik terpendam, boikot terselubung, image perusahaan, bahkan urusan hukum.

 Salah satu kesalahan terbesar ketika kita belajar EQ adalah Tidak Boleh Marah. EQ itu belajar tegas, mampu mengungkapkan perasaan kita sesungguhnya.

 “Kepusingan” yang sebenarnya bisa tertolong oleh EQ yang Tinggi:

1. Stress yang Tinggi!

2 macam Stress: Ada jahat : distress (stress yang berlebihan yang menimbulkan masalah-catatan dari Eka W)  dan stress baik: eu-stress (stress yang diperlukan untuk berprestasi – catatan dari Eka W).

Akibat buruk dari stress:  sulit berkonsentrasi, sulit tidur, gampang menjadi marah dan tersinggung, imun tubuh menurun, jadi gampang sakit. EQ mengajarkan untuk mengenali gejala, ambang batasnya, dan melakukan de-stress (cara menghilangkan stres).

 

  1. Konflik yang melumpuhkan!

EQ mengajarkan: komunikasi empatik, membangun tabungan emosi! How do you feel, how other feel? What to say!

  1. Team kerja yang tidak solid!

Dalam team ada Tipologi tim beda2, kebutuhan emosional tiap orang beda, Chemistry orang beda! Jika sedang Low EQ: klik, kelompok2, politicking jadi tinggi. Dalam EQ, kita diajarkan tentang  L-Factor  (Likeability Factor) bisa membuat diterima dimanapun.

  1. Komunikasi yang tidak terbuka dan tidak simpatik!

Komunikasi: (1) terbuka, tapi nggak simpatik (KASAR); (2) Nggak terbuka, tapi simpatik (BOM WAKTU); (3) nggak terbuka, nggak simpatik (PERANG); (4) terbuka, simpatik (SEHAT)

Ketika Komunikasi bermasalah: pesan tidak sampai,tidak percaya (curiga), tidak bisa kerjasama, hasil tidak bisa optimal! EQ mengajarkan  soal CARE (Concern-Attention-Relation-Emotion),

  1. Logika jangka pendek yang bisa menghancurkan profit!

Orang logis, biasanya nggak merasa nyaman dengan EQ, dianggap terlalu soft! Tetapi, Keputusan logis, belum tentu cerdas emosi

 

  1. Ketidakpuasan yang menjadi bom waktu!

Puas bisa menambah 10-25% terhadap kinerja karyawan. Sebaliknya, kalau tidak puas akan terjadi: wasting time (bergosip, fokus pada masalah, dsb), contagius effect (karyawan yang tidak puas bisa berdampak pada servis yang mereka berikan kepada pelanggan), loss of business (karyawan memboikot), deal with law (urusan hukum, perusahaan dicari kesalahannya dan dilaporkan).

 

“People will forget what you say but they will never forget how you make them feel!” (Orang akan lupa dengan apa yang kamu katakan, tapi orang tak akan perlu lupa bagaimana kamu membuatnya merasakan sesuatu)

Best regards,

Stephanie Natalia

 

Leave A Response »