Pembunuhan Sadis (12 March 2014)

admin 14/03/2014 0

PELAJARAN KECERDASAN EMOSI

DARI PEMBUNUHAN SADIS DI JAKARTA BARU-BARU INI!

Smart Emotion Radiotalk, Rabu 12 Maret 2014

 

Jakarta heboh! Rabu 5 Maret 2014, publik Jakarta dibuat geger atas penemuan mayat perempuan di tol JORR. Kepolisian pun bekerja cepat. Korban akhirnya diketahui bernama Ade Sara Angelina Suroto. Seorang mahasiswi Universitas Bunda Mulia, jurusan psikologi tingkat awal, yang baru berusia 19 tahun. Pembunuhannya pun akhirnya cepat terungkap. Ternyata, pembunuhnya adalah mantan pacarnya sendiri, Hafits bersama dengan Assyifa, kekasih Hafitd yang baru.

 

Polisi berhasil menangkap Hafitd, saat justru ikut datang melayat jenasah Sara di RSCM.  Semua terungkap saat kepolisan bertanya kepada teman-teman Sara di RSCM dan tak sengaja, polisi melihat ada bekas luka di tangan Hafitd yang ketika ditanya lebih rinci, akhirnya mengakui bahwa itu adalah bekas gigitan Sara. Setelah itulah kepolisian membekuk Hafitd dan menangkap Syifa di kampusnya.

 

Dari mulut kedua pembunuh ini juga terungkap bagaimana Sara dihabisi. Sara ternyata tewas dianiaya di dalam mobil milik Hafitd. Sara pun sempat disetrum dengan setruman yang diduga berkekuatan sekitar 3.800volt hingga pingsan. Dan setelah pingsan, mulutnya pun disumpal kertas koran. Dan konon, koran inilah yang akhirnya membuat Sara kehabisan nafas dan tewas. Setelah membunuh, Hafitd membuang semua barang milik Sara di tol dan di sungai, sebelum akhirnya mereka pulang ke rumah.

 

Setelah pulang, mereka pun berusaha menutupi kejahatannya. Bahkan, baik Syifa maupun Hafitd sempat membuat kicauan di Twitter mereka masing-masing soal perasaan duka mereka.  Termasuk, bahkan Hafitd pun datang melayat Sara di RSCM yang akhirnya justru luka gigitan di tangannya, yang kemudian jadi kunci pembuka misteri kematian Sara. Dan setelah ditangkap pun, publik pun menjadi bertambah marah tatkala melihat Hafitd maupun Syifa tidak menunjukkan rasa penyesalan mereka. Bahkan, mereka tampak tersenyum dan tertawa-tawa. Mencengangkannya, pembunuhan ini ternyata sudah direncanakan selama seminggu. Ketika ditanya alasannya, Hafitd menyebutkan dendam pada Sara sebab setelah hubungan mereka putus, Sara tidak mau meladeninya lagi. Sementara Syifa sendiri mau membantu Hafitd menghabisi Sara sebab takut Hafitd akan berbaik lagi dengan Sara. Sungguh tragis karena akhirnya mereka sama-sama bahu-membahu menghabisi nyawa Sara.

 

Pertanyaan kepada Smart Listener:

“Apa komentar Anda tentang Kasus Pembunuhan Ade Sara Ini?”

 

5 Pelajaran Kecerdasan Emosional

 

  • ·         Ada yang masih menjadi teka-teki:

o    (1) Apakah ini pembunuhan yang direncanakan atau tidak direncanakan?

o    (2) Apakah kedua pasangan ini psikopat atau bukan?

  • ·         Apa pelajaran EQ dari kejadian ini?
  • ·         Media sempat membahas kebiasaan Hafitd
  • ·         Ada yang anggap dia sebagai anak yang baik-baik, namun tetangga dan temannya juga menangkap perilaku Hafitd yang aneh.
  • ·         Kebiasaannya adalah suka menonton film-film yang aneh dan cenderung sadis, seperti film Jackass (film yang isinya orang melukai diri atau melakukan hal-hal yang aneh dan cenderung bodoh)
  • ·         Tetangganya mengatakan Hafitd termasuk anak yang suka memarkir mobilnya sembarangan dan pernah terlihat menampar Sara.
  • ·         Keluarga mengatakan Hafitdpun seringkali mengeluarkan kata-kata makian kalau sedang marah kepada Sara.
  • ·         Hobinya Hafitd yang suka cemburuan juga, yang membuat Sara merasa tidak tahan dengannya.
  • ·         Kesimpulan: perilaku sadis itu sebenarnya tampak! Semestinya bisa mulai diantisipasi oleh orang tua ataupun pendidik. Kalau anak kita terbiasa menonton film-film sadis, suka membunuh binatang dan agak anti social, sebagai orang tua harusnya diantisipasi, dialihkan ataupun diberikan pengertian. The absent of the family!
  • ·         Dalam EQ, ada banyak jenis marah: situational angry, accumulated angry, exploded angry, displacement angry, hidden angry, enjoyed angry, prolonged angry.
  • ·         Jenis kemarahan yang disebut sebagai prolonged angry atau kemarahan yang berlarut-larut.
  • ·         Hafitd berusaha mengontak Sara, namun selalu ditolak sehingga akhirnya menjadi dendam. Sayangnya, Hafitd membiarkan dirinya terus dimakan oleh emosi kemarahnnya. Pikirannya terus memberikan makan energi negatif itu. Proses kemarahannya lama dan panjang.
  • ·         Alih-alih memikirkan sisi positif serta pembelajaran baginya, Hafitd justru “mengerami pikiran jahatnya”. Makin lama, ia pun makin terjebak dalam dendam dan kemarahan, hingga akhirnya berbuah menjadi tindakan kriminal.
  • ·         Kesimpulan:
  1. Soal kebiasaan buruk.
  1. Soal kemarahan terpendam.

(1) Dalam EQ, setiap pengalaman sebenernya memberikan pelajaran. Kalau Hafitd bisa belajar menerima penolakan serta belajar untuk membuat dirinya lebih baik, mungkin justru Hafitd bisa tumbuh menjadi remaja yang matang. Sayangnya, ia justru membiarkan emosi nengatifnya yang menang.

(2) Emosi panjang itu bisa distop, dgn berpikir positif, dengan mengalihkan kapada yg positif ataupun dibicarakan

  1. Soal perpaduan dua emosi yang negatif bisa menghasilkan kondisi yang berbahaya.
  • ·         Dua perasaan negatif ini bertemu, hasilnya NEGATIF KUADRAT!
  • ·         Di satu sisi, Hafitd punya dendam. Sementara, Syifa, pacar barunya Hafitd juga takut bahwa cowoknya itu akan kembali lagi ke Sara. Sama-sama, mereka memiliki emosi negatif  terhadap Sara. Tak heran, dengan perasaan ini mereka sama-sama bisa merencakan seminggu lamanya untuk pembunuhan ini.
  • ·         Kesimpulan: 2 emosi negative yang bergabung jadi satu, bisa menjadi sangat membahayakan. Dengan siapa kamu berkumpul? Saat lagi punya kemarahan terpendam pada seseorang, siapa yang kamu temui bisa jadi provokatormu.
  • ·         Setiap tindakan dan perbuatan, pasti ada konsekuensinya. Artinya mereka punya waktu seminggu untuk memikirkannya.
  • ·         Bayangkan? Hafitd dan Syifa melakukan tindakan penganiayaan yang telah direncanakan seminggu!
  • ·         Kesimpulan: Hal ini, akhirnya mengingatkan kita soal pentingnya berpikir konsekuensial yang sangat penting dalam EQ. Berpikir konsekuensial adalah memikirkan akibat dari tindakan kita, jadi bukan cuma sekedar melampiaskan amarah dan kebencian.
  • ·         Pihak keluarga Sara mencoba memaafkan. Cobalah bayangkan bagaimana terlukanya keluarga yang anaknya harus meninggal dalam kondisi demikian. Apalagi, Sara anak tunggal!
  • ·         Pihak keluarga Sara tidak terlalu memperpanjang urusan ini, bahkan Ibu serta bapaknya Sara mengatakan berusaha “melupakan dan memaafkan”
  • ·         Kesimpulan: Sungguh tidak mudah belajar memaafkan dalam kondisi seperti ini. Publik saja marah dengan sikap dan perilaku kedua pembunuh ini. Masih ketawa-ketawa. Tampak tidak penyesalan dan permintaan maaf. Gimana caranya bisa memaafkan tindakan sadis seperti itu? Tapi, hidup perlu berlanjut!
  1. Soal lemahnya berpikir konsekuensial.
  1. Soal pemaafan

o    Emotional reconciliation. Butuh Kematangan Emosional dan kematangan Spiritual untuk menerima semua ini. Fakta: (1) Sudah terjadi: Sara sudah almarhum dan (2) Semarah dan sebenci apapun, tidaklah mungkin menghidupkannya kembali.

o    Tetapi, sikap keluarganya yang berusaha memaafkan sebenarnya bisa menjadi teladan dan contoh pembelajaran yang mulia.

o    Bagi yang ditinggal, masih harus ada kehidupan yang terus berjalan dan perlu menjadi pembelajaran bagi kita bagaimana hal semacam ini tidak terjadi pada orang lain. Sara mungkin telah hidup dengan bahagia di alam sana. Namun yang terpenting, bagaimanakah kematian Sara kali ini bisa jadi pelajaran berharga bagi keluarga dan kita yang masih hidup?

o    Kisah th 1980, Aba Gayle yang putrinya Catherine Blount berusia 19 tahun ditikam berkali-kali oleh Mickey Douglas. Butuh bertahun-tahun lamanya baginya untuk memaafkan! Kata Aba Gayle, “Saya tidak menyangka saya bisa belajar memaafkan!”

 

Penelepon/SMS:

Pak Fadli:

Saya tertarik dengan kasus yang seperti ini. orang tua sara saat diwawancara begitu tegar. Saya merasa kl saya di posisi mereka mungkin saya tidak bisa seperti mereka. Apakah itu normal?

Pak Andreas:

Kasus yang menarik yang memiliki 2 sisi. 1 sisi faktanya ada emosional yang tidak terkendali tapi 1 sisi lain ada peran seorang Ibu yang sangat luar biasa, Sang Ibu sudah menunjukkanPertunjukkan Kasih yang luar biasa. Ibu itu juga mempersilahkan untuk kedua tersangka memanggil dia mama. Ini adalah pelajaran berharga buat kita semua.

Bpk Andi,

Ciri-ciri dasar Psikopat seperti apa? Apakah Psikopat ada didalam setiap diri manusia?

Beberapa hasil penilitan ttg psikopat menarik, 1 % dari populasi adalah Psikopat, dan 80% dari 1% ini hidup berkeliaran lepas tanpa ketahuan, dan mereka bukan di rumah sakit jiwa, penjara dsb. Dalam psikologis, Freud mengatakan kita mempunyai unsur Thanatos (Melukai) dan bagian dari ciri-ciri itu adalah Penyeimbangan diri. Itu menjadi masalah ketika Psikopat itu mempunyai kenikmatan di dalam melukai. Rasa empatinya kurang, ketika melihat orang sakit, normalnya kita akan merasa kasihan, tetapi untuk Prikopat ada unsur kenikmatan, mereka bisa bersandiwara menutupi perasaan-perasaan seperti itu. Bagi mereka (Psikopat), memotong kepala ayam dengan memotong kepala manusia sudah tidak ada bedanya. Segala ketidakwajaran ini bisa dilacak lagi bagaimana kondisi masa kecilnya.

Makanya untuk keluarga / orang tua, jika anak-anak kita melakukan hal-hal seperti itu (membunuh binatang, jago main game kekerasan) jangan pernah diberikan reward, di tertawakan, ditepuk tangan dan dijadikan bahan lelucon. It’s not Funny!! Karena jika itu dibiarkan, itu melatih otak anak-anak kita menjadi suatu kebiasaan dan kehilangan rasa sensitive terhadap sekitarnya.

 

“Jangan sampai kemarahanmu 3 menit, membuat kamu menyesal selama 30 tahun”

 

INFORMASI PENTING!!

WORKSHOP

EMOTIONAL QUALITY MANAGEMENT

OLEH ANTHONY DIO MARTIN & MAX SANDY

Hotel Santika, 24 – 26 Maret 2014

MENGAPA PERLU MENGIKUTI TRAINING INI?

  • ·           Membangun pribadi dengan mental dan kemampuan interpersonal yang lebih baik melalui kompetensi EQ
  • ·           Mengurangi terjadinya konflik, pertentangan dan kesalahpahaman akibat perbedaan pola pikir dan style individu yang berbeda
  • ·           Menciptakan iklim dan suasana yang lebih saling percaya dan lebih mudah berkomunikasi, khususnya dalam keluarga dan di tempat kerja
  • ·           Mengaplikasikan pengetahuan tentang emosi dalam menghadapi atasan, rekan, bawahan bahkan pelanggan yang tergolong sulit di tempat kerja
  • ·           Mengaplikasikan pengetahuan kecerdasan emosional dalam berbagai bidang pekerjaan termasuk untuk mendidik anak, dalam pekerjaan sebagai sales, operation, back office, customer service, dll

 

Untuk informasi dan pendaftaran, telp. 021. 3518505, atau 021.3862521

 

Best regards, Stephanie Natalia

 

Leave A Response »