PUNGLI dan ‘SUSU’

admin 21/10/2016 0
PUNGLI dan ‘SUSU’

Dari ‘SUSU’ ke PUNGLI

Oleh: Eka Wartana

Mungkin gak kepikir ya bahwa PUNGLI (PUNGutan LIar) itu berasal dari SUSU (SUap SUkarela). Kebiasaan suap itu muncul karena kesalahan para ibu! Sejak bayi orang sudah terbiasa disuap……

Transformasi suap, dari bubur menjadi duit……

Pungli adalah hilir dari Susu. Yuk kita bahas yang hulunya dulu: Susu.

Suap dan Metafora

Saking seringnya dipakai kata suap kepada oknum pejabat, banyak orang yang tidak sadar bahwa sesungguhnya suap itu sendiri adalah metafora dari aktifitas para ibu ketika memberi makan si bayi. Bedanya, bayi yang disuap itu adalah mahluk tanpa dosa, oknum itu “bayi” yang sudah dewasa dan penuh dosa……

Suap dan Tanda Terimakasih

Kita diajarkan oleh orangtua untuk menjadi manusia yang tahu membalas budi. Nah, kalau ada oknum pejabat yang sudah membantu kita menyelesaikan masalah dan kebutuhan kita, wajar toh kalau kita memberikan sesuatu sebagai ucapan terimakasih?

Suap dan Gaji

Orang yang menerima ‘tanda terimakasih’ tentunya senang sekali. Si pemberi sudah berbuat baik ‘kan? Lumayan buat nutupin tekor uang dapurnya. Kalau dia menerimanya dalam jumlah besar, bisa tergoda dia untuk menambah ‘biaya kenakalan’. Sementara istri ngirit-ngirit uang belanja, dia berboros-boros dengan yang lain.

Suap dan EQ (Kecerdasan Emosional)

Orang yang memberi suap itu mengerti EQ lho! Dia penuh pengertian dan tahu keinginan dan kebutuhan oknum itu. Dia ingin berbagi kebahagiaan kepada orang lain. Dia tahu gaji oknum itu ‘kecil’. Tapi tanpa disadarinya, niat baik itu bisa berbuntut kesengsaraan. Si oknum bisa bisa masuk rumah prodeo atau terjerumus dalam pelukan wanita lain.

Dari SUSU menjadi PUNGLI

Sekiranya tidak ada SUSU, bisa jadi PUNGLI tidak berkembang? Jadi, siapa yang bertanggung jawab atas berkembangnya PUNGLI? Ya orang yang niatnya baik itu, yang tahu berterimakasih…… Begitukah?

Namanya juga manusia. Kalau sudah enak, ingin yang lebih enak lagi. Maka, kata ‘cukup’ sudah berlalu dan berubah wujud menjadi kata ‘mana lagi’ (yang bukan mangga!). Orang yang biasa memberi dengan ikhlas tanda terimakasihnya, menjadi kesal karena dijadikan ‘sapi perah’ yang ‘susu’ nya disedot habis (SUSU: SUap SUkarela yang menjelma menjadi SUSU: SUap neSU, suap yang bikin orang nesu/kesal).

Pungli dan Team-Work

Hebat lho, pungli erat kaitannya dengan teamwork. Buktinya, pungli dilakukan ber-ramai ramai. Pejabat yang tidak mau menerima pungli bisa disingkirkan. Apalagi kalau ada sistim setoran kepada atasan, maka terbentuklah gang pungli. Ibarat masuk gang, sudahlah sempit, pada setiap langkahnya orang dipungut ‘derma’ (SUSA: SUmbangan pakSA)

Pungli dan Gaji

Kenapa minta pungli? “Gaji saya kecil”. Tapi kenyataannya, semakin besar gajinya, semakin tinggi punglinya. Ternyata pungli tidak relevant dengan tingginya gaji? Bagi mereka tidak berlaku ungkapan “Enough is enough”. Buat mereka:”Enough is never enough”. Mereka tidak pernah puas, karenanya tidak pernah bersyukur……

Interkoneksi ala MindWeb Way

Artikel ini menunjukkan adanya interkoneksi beberapa hal dan informasi yang saling terkait, yang seringkali terlewatkan kalau kita memakai cara berpikir konvensional. Cara berpikir interkoneksi bisa memberi banyak manfaat buat kita, terutama dalam menyesuaikan diri dengan perubahan zaman yang semakin kompetitif ini.

Note: Transformasi suap sukarela menjadi pungutan liar ini mirip sekali dengan artikel saya sebelumnya berjudul Sumbangan Rutin Menjadi Beban Batin

( https://mindwebway.com/?p=1297 ).

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Penemu The MindWeb Way of Thinking, Berpikir Tanpa Mikir.

Penulis buku MindWeb – A New Way of Thinking (versi Indonesia & Inggeris), buku Berpikir Tanpa Mikir– A Thinking Breakthrough.

Professional Licensed Trainer.

mindwebway.com

 

 

 

Leave A Response »