Komorbid di-Covid-in

Eka Wartana 26/05/2023 0
Komorbid di-Covid-in

Oleh: Eka Wartana

Boleh berbagi pengalaman pahit ya, rekan rekan….?

Walaupun pandemic Covid sudah mereda (katanya), tidak ada salahnya kita tetap waspada.

Pengalaman ini terjadi tahun lalu….

Waktu itu istri saya sakit demam. Saya bawa ke dokter umum dekat rumah. Syarat dari dokter itu: semua pasien harus menjalani test swap antigen di tempat praktik si dokter (bayar lho, tidak gratis!) Hasilnya mengejutkan: Covid, katanya.

Padahal saya yakin sekali istri saya hanya demam biasa. Tapi ya sudah, dokter kan lebih tahu. Maka diberikanlah ‘paket’ obat Covid yang harganya cukup mahal. Tidak ada proses pemeriksaan apakah si pasien tergolong komorbid tertentu!

Sudahlah, percaya aja sama si dokter. Ternyata kepercayaan itu tidak selalu berdampak baik. Baru minum satu macam obat saja, terjadi hal yang mengejutkan!

Istri saya terkapar di tempat tidur, dalam kondisi hampir tidak sadar….!

Langsung saya check obat yang diminumnya. Ternyata obat itu tidak boleh untuk orang yang hipertensi (darah tinggi)!

Kalau saja obat itu diteruskan, bisa bisa istri saya berpindah ke alam baka! Dan parahnya, meninggalnya bisa saja dikaitkan dengan si Covid! (sesuai dengan “indikasi” awal si dokter)

Semua obat resep dokter itu saya buang. Dengan Panadol biru dan vitamin C-1000 kondisi istri membaik dan dalam 3 hari sudah sembuh total. (sepertinya, dugaan ‘hanya’ demam itu benar adanya?).

Untunglah saya mengambil tindakan cepat memeriksa obat resep dokter tersebut. Kejadian fatal pun bisa dihindarkan. (ini termasuk dalam problem preventing, mencegah terjadinya masalah).

Saran untuk rekan rekan:

  1. Beritahu dokter kalau kita dalam kondisi komorbid seperti darah tinggi, diabetes, jantung dsb. Seharusnya sih si dokter yang menanyakannya ke si pasien, seperti biasanya.
  2. Periksa obat obat yang diberikan. Informasinya bisa diperoleh di Google.
  3. Kalau dibilang kena Covid, sebaiknya periksa ulang lebih teliti. Bisa dengan PCR selain antigen atau ke dokter lain yang bisa dipercaya.
  4. Pengalaman ini jangan digeneralisir, (dengan gejala seperti itu dianggap demam biasa), karena bisa misleading (salah arah). Bisa jadi pasien memang benar kena Covid. Sebaiknya tetap periksa ke dokter yang dipercaya.

Semoga tidak ada rekan rekan yang menjadi korban salah obat, terutama terkait Covid dan peng-covid-an…..

Di era pandemic ini memang mudah sekali meng-covid-kan seseorang…..oleh oknum oknum tertentu.

Motivasinya apa, ya? Rekan rekan mau sharing….?

Salam Problem-Preventing,

Eka Wartana

Author:

Relative-Contradictive dalam Profesi,

Berpikir Tanpa Mikir – Terobosan Cara Berpikir,

To Think Without Thinking – A Thinking Breakthrough,

MindWeb-A New Way of Thinking.

Founder and Master Trainer:

The MindWeb Way of Thinking

Problem-Preventing, The Advanced Competency – The MindWeb Way

#relativecontradictive #problempreventing #tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #karyaanakbangsa #aslikaryaindonesia #mindweb #obatcovid #komorbid #tesantigen #pcr #hipertensi

Leave A Response »