Oleh: Eka Wartana
Bersaing dengan kolega tidak disarankan…
Bersaing dengan bawahan, jangan dilakukan…
Bersaing dengan atasan….? Apa salahnya?
Ayo kita bahas dulu, bersaing dalam hal apanya?
Ada dua sisi untuk melihat persaingan ini:
- Bersaing merebut posisinya
- Bersaing dalam hal kompetensi dan skills.
Untuk point 1 sebaiknya dilupakan saja. Daripada ‘merebut’, lebih baik mempersiapkan diri untuk pantas menduduki posisi lebih tinggi(point 2). Posisi yang ada bukan hanya yang sedang dipegang oleh atasan kita. Bisa di divisi/departemen lain ataupun di perusahaan lain.
Dan siapa tahu nantinya atasannya dibajak perusahaan lain, atau resign, atau pensiun.
Selalu saja ada bawahan yang berambisi untuk mengambil posisi atasannya. Banyak cara yang dilakukannya. Ada yang mendiskreditkan atasannya, atau mem-bypass atasannya ke atasan yang lebih tinggi. Cara yang lebih ‘halus’: dari tidak mendukung atasannya sampai menyabot program atasannya, secara dian diam. Seorang professional tidak melakukan cara-cara seperti itu.
Seorang professional akan terus meningkatkan kemampuan dan keterampilan, speed dan accuracy kerjanya, serta menciptakan terobosan terobosan, sehingga mampu melebihi atasannya. Namun tetap mendukung kinerja atasannya.
Bagaimana kalau atasan kita gak becus? Tetap saja didukung karena kita berada dalam posisi nothing to lose, many things to gain. Contohnya, pengalaman saya sendiri. Pernah ada atasan saya yang kerjanya ‘kurang beres’. Alih alih mendongkel dia, saya mendukung kinerjanya. Kenapa? Karena dengan cara kerjanya itu saya bisa lebih leluasa menerapkan ide ide dan terobosan terobosan, yang diterimanya begitu saja.
Ketika dia lupa akan tugas dari atasannya, saya ingatkan. Dengan begitu seakan sayalah yang berperan sebagai atasan…., satu bentuk self-development. Sementara kolega pada mengeluh, saya malah bersyukur.
Ada lagi pengalaman saya yang lain. Ada bawahan yang mengkritisi cara kerja saya. Tidak tanggung tanggung, dilaporkan ke keluarga owner perusahaan. Owner lalu menyampaikannya ke atasan dari atasan saya. Tahu akan hal itu, saya tidak marah sama sekali kepada bawahan itu. Dia tidak mengerti akan apa yang telah dilakukannya, kurang menguasai medannya dan tidak sadar akan dampaknya.
Yang marah besar justru atasan dan atasan dari atasan saya (expats). Maksud hati ingin menggeser atasan, malah dia terpojok sendiri. Saya kasihan kepadanya, memberi nasihat dan terus memotivasi dia.
Seperti tulisan sebelumnya, sebaiknya sebagai professional, kita janganlah bersaing dengan: bawahan, kolega, atasan. Tapi bersainglah dengan diri sendiri dan terus meningkatkan kemampuan sendiri sehingga melebihi kemampuan mereka semua….
Saran:
Hendaknya jangan menjegal bawahan, menyikut kolega, mendongkel atasan.
Tapi bersikap sebagai seorang professional:
- mengembangkan karier bawahan (tanpa pamrih)
- bersinergi dengan kolega (tanpa transaksional)
- mendukung atasan (tanpa ‘menjilat’)
Dengan demikian maka kita telah berperan baik dalam mengembangkan teamwork dalam perusahaan.
Kalau mau bersaing, bersainglah dengan diri sendiri. Dialah competitor yang sesungguhnya…….
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.
Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition).
Professional Licensed Trainer (MWS International)
Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.
#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #relativecontradictive #competition #bersaingtanpapesaing #atasan #terobosan