Unconscious-Competence Tidak Cukup

Eka Wartana 25/04/2022 2
Unconscious-Competence Tidak Cukup

Oleh: Eka Wartana

Tahap perkembangan keterampilan sudah banyak dibahas orang dengan memakai Conscious-Competence Learning Model/Matrix.

Dimulai dari Unconscious-Incompetence (tidak tahu/sadar, tidak mampu) menjadi Conscious-Incompetence (tahu/sadar, tidak mampu). Berkembang ke Conscious-Competence (tahu, mampu) sampai tahap Unconscious-Competence (mampu ‘tanpa mikir’).

Contoh yang dipakai banyak dipakai misalnya kemampuan mengendarai mobil atau bermain instrument. Di sini kita pakai contoh yang lain: peran sebagai pemimpin.

Banyak orang yang belum berpengalaman menilai:”Mudah kok menjadi kepala cabang, tinggal perintah kiri kanan dan tanda tangan sana sini…”. Dia tidak sadar bahwa tidak tahu apa tugas kepala cabang (unconscious-incompetence).

Ketika dicoba menjalaninya, dia baru sadar bahwa kemampuannya belum ada (conscious-incompetence). Setelah menjalaninya beberapa lama, dia baru sadar:”Oh, begini ya caranya menjadi pemimpin cabang” (conscious-competence). Setelah cukup lama, dia mampu menjalankan perannya secara otomatis (unconscious-competence)

Cukupkah dengan unconscious-competence saja? Tidak cukup lho! Perubahan dan perkembangan selalu terjadi. Kita perlu menambah unconscious-competence yang baru sevara terus menerus. Caranya?

Kembali ke proses sebelumnya: conscious-competence dan conscious-incompetence. Namun dengan makna yang berbeda.

Dari Unconscious-Competence ke Conscious-Competence lagi

Lho kok balik lagi? Ya, iyalah. Kalau tidak begitu, para pemimpin akan terjebak dalam rutinitas. Semuanya dijalaninya tanpa ‘menjiwai’ lagi. Akibatnya, prestasinya akan begitu begitu saja, bahkan cenderung menurun.

Mereka perlu menyadari (conscious) akan peran penting yang dipercayakan padanya dan akan kemampuan (competence) yang dimilikinya. Mereka perlu menjiwai apa yang dilakukannya.

Dengan penuh kesadaran akan kemampuan yang dimilikinya, mereka akan mampu bekerja dengan lebih efisien dan efektif.

Dari Unconscious-Competence ke Conscious-Incompetence

Lho, kok gitu? Ya, iyalah…. Masih banyak kompetensi lain yang perlu digali untuk peningkatan kemampuan. Apa yang dikuasai saat ini belum tentu sesuai dengan kebutuhan di masa depan. Perubahan selalu terjadi dan kita perlu adaptasi terhadap perubahan.

Selanjutnya, kembangkan lagi conscious-incompetence baru ini menjadi unconscious-competence baru. Demikian selanjutnya.

Perubahan terjadi bukan hanya di bidang teknologi dan science tetapi juga dalam hal kompetensi yang dibutuhkan.

Jadi, hendaknya kita tidak berpuas-diri ketika berada dalam status Unconscious-Competence yang statis. Tapi, terus menerus meng-upgrade diri dengan cara-cara baru supaya tidak ketinggalan zaman dan kalah dalam persaingan…..

Salam Problem-Preventing,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.

Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition).

Professional Licensed Trainer (MWS International)

Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.

2 Comments »

  1. Nana 26/04/2022 at 7:27 am - Reply

    Pak Eka,
    Terima kasih banyak atas sharing melalui tulisan di atas. Reminder yg sangat baik sebab ini bermanfaat saya pribadi yg juga perlu selalu ingat utk tidak merasa complacent dan terus menggali competence2 baru agar dpt terus berkembang. Juga perlu merefresh competence2 lama yg perlu pendekatan baru dg adanya perubahan2 shg harus menyesuaikan.

    Terima kasih ya pas Eka Semoga tidak bosan utk terus sharing melalui tulisan2 yg inspiratif.

    Salam sehat.

  2. Eka Wartana 26/04/2022 at 9:15 am - Reply

    Luar biasa Bu Nana ini, sudah top dan banyak pengetahuan dan pengalaman masih terus mau mengembangkan diri….

    Terima kasih banyak Bu Nana untuk komentarnya yang memberi motivasi buat saya dan tentunya juga rekan rekan lainnya.

    Smoga bermanfaat ya……

Leave A Response »

Click here to cancel reply.