Stress

admin 12/02/2017 0
Stress

Stress

Oleh: Eka Wartana

Dikutip dari: Buku Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb

 

Orang yang bertingkah laku aneh akan diberi titel: orang stress!

Ditempat kerja ada banyak orang yang stress.

Jadi ditempat kerja ada banyak orang yang bertingkah laku aneh….?

Mungkin saja iya, tapi justru yang aneh adalah, orang yang stress seringkali tidak merasa dirinya stress dan orang yang tidak stress mengatakan dirinya sedang stress. Yang belakangan ini merasa stress karena lebih banyak memakai perasaannya daripada logikanya. Beban ringan bisa ‘dirasakan’nya berat. Akibatnya, stress ‘yang asli’ akan muncul.

Banyak factor yang bisa memicu munculnya si “Stress”, seperti: Beban kerja yang terlalu banyak, keterbatasan Waktu, adanya Masalah kerja, kurangnya Kompetensi, Cara Kerja yang kurang efisien dan yang cukup sering terjadi adalah karena factor Atasan. Atasan yang otoriter, yang tidak mau tahu (“Gue gak mau tahu, tugas harus selesai satu jam lagi!”), yang suka last minute (mendadak), yang tidak suka melihat karyawan senang, santai, yang mudah memberi janji semudah dia mengingkarinya, yang maunya karyawan bekerja setengah mati dengan gaji yang untuk setengah hidup. Itupun untuk setengah hidup yang susah.

Selain memberi beban kerja, atasan juga bisa menjadi masalah atau memberikan masalah. Bawahan yang bukan penjilat, bisa mengalami masalah dengan atasan yang suka anak buah yang ABS (Asal Boss Senang, Apapun Buat Saya). Banyak lho, boss yang senang dengan bawahan yang “Yes Man” dan ABS.

Kalau boss terkadang memberi beban (tugas) kepada bawahannya, sebaliknya, bawahan akan membawa masalah yang dihadapinya kepada atasan. Itu adalah sikap dari bawahan yang biasa biasa saja. Mereka akan cocok dengan boss yang hobinya menerima semua laporan dari anak buahnya. Disinilah budaya ABS berkembang. Karyawan yang mem-bypass atasan langsungnya, tidak menjadi masalah buat si boss.

Tips buat karyawan yang ingin maju: Jangan hanya menyampaikannya masalah kepada atasan untuk mendapatkan solusi, tapi berikan pilihan pilihan untuk solusinya. Boss tinggal memilih opsi yang kita sodorkan.

Ini adalah salah satu resep jitu untuk ‘How to manage your boss’(bagaimana ‘mengelola’ boss). Memang ada tambahan pekerjaan buat si karyawan, tapi itu sebetulnya bukanlah beban. Itu adalah latihan untuk mempersiapkan diri menuju posisi yang lebih tinggi. Dia telah melatih dirinya untuk berpikir sebagaimana soerang atasan berpikir. Yang jelas, tidak ada ruginya, kok.

Bawahan yang hanya bisa menyampaikan masalah kepada atasan, tanpa alternative solusinya, hanyalah seorang kurir. Pekerjaan seperti itu bisa dilakukan oleh orang tanpa keterampilan sekalipun. Anak kecil sekalipun juga bisa.

Masalah kerja bisa muncul karena rendahnya kompetensi, kemampuan kerja karyawan. Sebaliknya kemampuan karyawan yang bagus, bisa mencegah terjadinya masalah, yang selanjutnya bisa mengurangi stress level kita.

Cara kerja (proses kerja) membutuhkan kemampuan (kompetensi) tertentu dari pekerjanya. Cara kerja yang salah atau kurang efisien, akan memakan waktu lebih lama untuk menyelesaikannya. Ini juga mengundang stress karena beban pekerjaan akan dirasakan bertambah berat.

Nah, untuk mengurangi beban kerja, kita perlu menganalisa apakah cara kerja kita sudah efisien dan efektif? Apakah ada kecenderungan untuk melakukan ‘last minute jobs’? Jawaban untuk mengatasi hal ini adalah dengan melakukan rencana dan antisipasi kemungkinan yang bisa terjadi. Dengan begitu, masalah akan berkurang, kekurangan waktu akan terhindari, beban kerja akan lebih ringan, sehingga level stress kitapun akan berkurang.

Herannya, banyak sekali orang yang tidak sadar bahwa masalah itu seringkali diciptakannya sendiri.

Tanpa Beban pun Orang Bisa Stress. Nah, orang seperti ini bisa stress karena tidak ada pekerjaan, entah karena memang tidak diberi pekerjaan (kurang becus, kurang dapat dipercaya, tidak disukai boss?), atau dia tidak punya inisiatif untuk melakukan pekerjaannya. Termasuk didalamnya, orang orang yang suka membesar-besarkan masalah, dan orang yang lebih banyak memakai emosi daripada rasionya.

Jadi, bagaimana caranya untuk mengurangi stress?

Beberapa saran:

  • Jaga komunikasi yang baik dengan atasan, kolega, bawahan. Banyak hal bisa diselesaikan dengan mudah melalui komunikasi plus diplomasi yang baik.
  • Utamakan tindakan pencegahan, antisipasi kemungkinan kesalahan yang bisa terjadi (antisipasi). Ingat apa kata Murphy’s Law?Anything that can go wrong, will go wrong”. Berbau sikap pesismis? Iya, sih, tapi dari sisi lainnya, hukum itu membantu kita untuk melakukan tindakan pencegahan. Ada lagi komentar bagus dari Zig Ziglar:” Expect the best. Prepare for the worst”.
  • Hindari tindakan “last minute” sebisa mungkin dengan membuat rencana yang baik, dengan mengantisipasi, memprediksi kemungkinan yang bisa terjadi.
  • Tetapkan target yang realistis namun menantang.
  • Lakukan continuous improvement (perbaikan yang berkesinambungan). Selalu cari proses kerja yang lebih baik, lebih efisien dan efektif.
  • Tingkatkan kompetensi terus menerus, dengan belajar dari orang orang yang terbaik, dari buku yang terbaik, dari referensi terbaik.
  • Lihat sisi baik dari setiap permasalahan. Misalnya, beban kerja yang tinggi akan memberikan tantangan untuk bekerja lebih cepat, mencari cara kerja yang lebih baik, menambah pengetahuan dan keterampilan yang lebih banyak.
  • Rayakan prestasi kerja yang baik.
  • Sediakan waktu untuk istirahat dan relaksasi, ketika sudah letih dan jenuh.

Anything that can go wrong, will go wrong – Murphy’s Law.

“Expect the best. Prepare for the worst” – Zig Ziglar

 Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Founder The MindWeb Way, Author Buku Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb dan Buku MindWeb. Praktisi berpengalaman 33 thn di bidang management. Professional Licensed Trainer (MWS International).

Leave A Response »