Change vs Consistency
Oleh: Eka Wartana
Kata Heraclitus: “Tidak ada yang permanen kecuali perubahan”. Keren ya…..?
Kalau begitu, tidak ada yang konsisten….? Apa hubungannya perubahan dan konsistensi?
Perubahan
Begitu banyak perubahan dalam hidup ini. Orang yang tadinya bayi, berubah terus hingga akhirnya bisa “membuat” bayi. Orang yang tadinya sehat menjadi pelanggan obat obatan. Yang sakit menjadi sembuh. Orang yang tadinya kaya raya, akhirnya bangkrut. Yang miskin berubah nasibnya menjadi kaya raya. Dan yang pasti, semua orang pada akhirnya akan “indekos” diruang sempit 2×1 meter. Orang hidup menginginkan tanah yang luas, tapi setelah meninggal pelit sekali ya dia…..
“Change” seringkali dijadikan label lho…..Yang tidak mau berubah: kuno. Supaya tidak dibilang kolot, orang harus berubah bahkan cenderung mengarah ke “asal berubah”. Padahal berubah itu tidak selalu bagus lho…… tergantung arah perubahan itu, menjadi lebih baik atau malah runyam.
Bagaimana kalau cintanya kepada istri atau pacar berubah? Haruskah cintanya berubah? Lagi lagi tergantung, menjadi lebih cinta atau malah luntur…..? Salah kaprah akhirnya mengubah kata “berubah” menjadi “berganti” atau “bertambah”: istri atau pacarnya…..
Perubahan sering dikaitkan dengan zona nyaman. Orang takut berubah karena kuatir akan kehilangan kenyamanannya. Ini tidak tergantung dari usianya. Tapi orang berusia lanjut lebih sering di cap “anti perubahan”. Kenyataannya memang seperti itu, tapi….pada umumnya.
Tapi, siapa bilang orang tua sulit berubah….? Lihat aja rambutnya yang tadinya hitam berubah menjadi putih…..pikirannya yang tadinya segar menjadi pikun…., kulitnya yang tadinya mulus menjadi keriput, jalannya yang tadinya tegak mulai membungkuk…. “burungnya” yang …. (sorry, kena sensor!)
Tapi tidak semua orang yang tua anti perubahan lho….. contohnya saya (eh, kok narsis…?). “Upgrade” dan “Continuous improvement” adalah kata kata yang sangat enak didengar. Bukan hanya pengetahuan yang perlu di-upgrade (ditingkatkan) tapi juga proses berpikirnya (jangan pakai yang konvensional terus, upgrade dong dengan cara berpikir baru….). Bukan hanya kelakuan yang perlu continuous improvement (perbaikan terus menerus), tapi juga cara bekerjanya.
Banyak orang tua yang takut berubah. Banyak orang muda yang maunya asal berubah. Karena semua orang akan berubah dari muda menjadi tua, kesimpulannya: terjadi perubahan dari asal berubah menjadi takut berubah…… (Benar juga ya, si Heraclitus….! Banyak orang muda yang tidak sadar bahwa suatu saat nanti mereka juga akan menjadi tua, reyot, pikun dan….takut berubah. Jadi, jangan sombong dulu…ha ha ha)
Konsistensi
Salah satu pengertian dari konsistensi menurut dictionary.com: conformity with previous attitudes, behaviour, practice, etc. Konsistensi cenderung bersifat tetap.
Apa hubungan perubahan dan konsistensi? Perubahan cenderung berubah, konsistensi cenderung tetap.
Nah, disinilah letak daya tariknya. Contohnya, continuous improvement memerlukan konsistensi dalam upaya perbaikan terus menerus. Tidak hangat hangat tahi ayam. (kenapa ayam yang dipakai ya, padahal tahi sapi juga hangat…he he he). Sebaliknya konsistensi memerlukan perubahan dalam prosesnya, menyesuaikan dengan situasi, lokasi dan waktu, supaya tidak salah arah dan ketinggalam zaman.
Bisakah dilakukan perubahan secara konsisten? Atau konsisten dalam perubahan?
Change, Consistency dan Inerkoneksinya
Change dan consistency mempunyai interkoneksi dengan hal hal lainnya seperti: justification (pertimbangan: kapan harus berubah, berubah kearah mana, kapan perlu konsisten, konsisten dalam hal apa), flexibility (fleksibel: tidak kaku tapi bisa menyesuaikan diri dengan kebutuhan). Sepertinya Perubahan dan Konsistensi itu ibarat pasanga suami dan istri ya….?
Change & Consistency Yang Ekstrim
Orang yang pendirian dan keputusannya berubah terus: plin plan, bikin bingung, mengubah reputasinya.
Pasangan yang berubah-ubah: senang disini, sakit disana, ada masalah yang tersembunyi.
Gaji yang berubah: kalau turun lapor istri, kalau naik, diam diam cari permaisuri
Alamat yang berubah-ubah: bikin pusing polisi dan penagih hutang dan memberi inspirasi Ayu Ting Ting bikin lagu baru selain Alamat Palsu.
Konsisten berganti pacar: membuka peluang mantan pacar punya pacar baru.
Konsisten telat masuk kantor: menambah kepintaran mencari alasan, menaikkan tekanan darah atasan…..
Kesimpulan Iseng, memaknai perubahan:
“Segala masalah akan berlalu……meninggalkan kita yang senang (karena mencari solusi), atau yang sengsara (karena tidak berbuat apa apa)……” (MindWeb Way)
Artikel terkait:
Mengendalikan atau Dikendalikan
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana