Masalah….?

admin 09/05/2016 0
Masalah….?

Masalah……?

Oleh: Eka Wartana

Emang masalah buat elo…..? Begitu tanggapan kawula muda ketika menerima teguran dari temannya. “Masalah bukanlah masalah kalau tidak dipermasalahkan”, ungkapan yang pas sekali, yang saya kutip dari Bapak Prasetya M Brata dan Bapak Krishnamurti.

Setiap muncul masalah, biasanya orang saling menuduh orang lain yang bersalah. Agak aneh atau kebetulan kah, kata ‘masalah’ kok mengandung kata ‘salah’. Dari sisi lain, kata ‘masalah’ juga mengandung ‘mas’, sesuatu yang berharga. Sesungguhnya, setiap masalah mengandung peluang emas, berupa kesempatan untuk mencari alternative solusi, mengembangkan kreativitas, mengembangkan kecerdasan emosional (menjaga keseimbangan emosi dan rasio), menambah pengalaman dan melatih ketangguhan kita dalam menghadapi kesulitan (adversity quotient). Rupanya banyak ya manfaat dari masalah….?

Kalau begitu, kita perlu membuat masalah dan mencari gara gara….? Kebanyakan orang akan mengajukan pertanyaan seperti itu. Ini tidak bisa disalahkan karena cara berpikir konvensional memang seperti itu, memakai satu sudut pandang saja (logika partial). Padahal ada pendekatan yang berbeda. Apa itu….?

Masalah tidak harus terjadi dulu, baru diselesaikan. Kebanyakan masalah bisa di antisipasi tanpa harus membuat frustasi. Masalah bisa dicegah. Masalah bahkan bisa ‘diselesaikan’ sebelum terjadi. Dengan konsep interkoneksi, kita bisa membiasakan diri untuk berpikir konsekuensial (consequential thinking), apa saja akibat yang bisa terjadi dari setiap tindakan kita. Semua manfaat masalah yang disebutkan diatas, bisa diperoleh disini, tanpa menimbulkan masalah.

Contohnya: Dalam keadaan marah, logika kita sedang ‘jongkok’. Nah, dalam setiap keadaan yang memancing emosi, kiranya kita perlu melihatnya secara rasional. Mahasiswa yang membunuh dosennya akhirnya mendekam didalam penjara. Padahal dia tahu apa konsekuensinya membunuh orang: penjara! Emosi menguasainya sehingga dia buta akan konsekuensi dari tindakannya. Kalau tahu resikonya masuk penjara, masak dia mau membunuh? Ini kalau logikanya tidak sedang ‘cuti’.

Contoh lain. Guru yang mengajar tanpa menghibur dipersalahkan, sehingga murid muridnya kurang tertarik dengan pelajarannya. Kebanyakan orang menyalahkan sang guru. Apakah seleksi guru harus memilih calon hanya yang pandai ‘edutainment’ dan menolak calon lain yang non-edutainment, meskipun pintar? (mengajar sambil menghibur).

Bila kita lihat hal ini dari sisi lain. Apakah harus guru yang melakukannya, ataukah lebih baik sistim yang dibuat dengan alat peraga dalam pengajarannya? Bagaimana dengan para murid? Akankah kita biarkan murid untuk hanya terfokus pada ‘cara mengajar’ guru nya (how) dan bukan pada mata pelajarannya (what)? Sepertinya hal ini perlu diluruskan ya?

Peran orangtua sangat penting untuk mengarahkan anak anaknya untuk tetap fokus pada pelajarannya, terlepas dari bagaimana cara guru mengajar. Ini adalah bekal untuk para murid ketika terjun di masyarakat nanti. Mereka perlu diajari sejak dini, bagaimana mengendalikan situasi, bukan menyerah pada situasi.

Kesimpulan:

Kata ‘masalah’ mengandung kata ‘salah’, ‘mas’ dan juga ‘malah’. Eh, ternyata ada lagi kata yang tersembunyi di situ: ‘malas’. Jelas sifat malas menimbulkan masalah juga. Diterjemahkan secara lengkap: ‘masalah, malah mendatangkan peluang emas’. Namun demikian, peluang emas yang lebih besar bisa kita temui bilamana kita mampu mengantisipasi masalah, sebelum terjadi.

Ketika emosi berkuasa, maka saat itu logika binasa” (MindWeb Way)

Artikel terkait:

Mengendalikan atau Dikendalikan. https://mindwebway.com/?p=1171

Polusi Pikiran https://mindwebway.com/?p=1234

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Leave A Response »