Closing Generation Gap with EQ!

admin 11/06/2014 0

Closing Generation Gap with EQ!

Smart Emotion Radiotalk, Rabu 11 Juni 2014

Bp. Anthony Dio Martin

 “Kuno Ah! Tiap hari cerita bernostagia soal kenangan lama terus. Bosen!”, kata si anak muda. Sementara si tua berkata, “Kok anak sekarang nggak punya sopan santun ya?” atau, “Kenapa ya remaja sekarang nggak menghargai jerih payah kita yang setengah mati berjuang agar kehidupan mereka lebih makmur dan bahagia?” Nah itu dia! GENERATION GAP! Beda Generasi, beda pula komunikasinya!

Saat ini, muncul 4 generasi yang saling berhubungan. Yakni generasi Baby Boomer, Gen X, Gen Y serta Gen Z. Mereka punya kepedulian, minat, tata nilai serta cara berinteraksi yang berbeda karena panggilan jaman mereka. Kini, ke-4 generasi ini hidup di waktu yang sama. Tak heran, muncullah yang namanya “Generation Gap”.  Hal ini bukan saja terjadi di keluarga tetapi juga di tempat kerja. Ketika dikelola dengan baik, maka ke-4 generasi ini akan saling menutupi kekurangan. Tetapi, berbagai sumber konflik, ketidakcocokan, perselisihan juga berawal dari perbedaan ini.

Berbagai Era Generasi di Indonesia:

Baby Boomer (1950-1960): generasi air tajin!

o   Hidup di jaman susah (telur asin dibagi empat dan pendidikan tidak mudah diperoleh)

o   Generasi yang sangat mandiri. Orang tua punya banyak anak, sehingga cenderung tidak terperhatikan.  Banyak yang sudah mandiri sejak kecil.

o   Tidak banyak hiburan. Generasi Khoo Ping Ho.

o   Menjadi keras karena diterpa berbagai kesulitan. Gaya-gaya militeristik: keras, disiplin, sopan santun dan tanpa kompromi

Kelebihan: totalitas, tidak mudah mengeluh dalam kesusahan, disiplin, radikal
Kekurangan: suka bernostalgia, butuh respek atas pengalaman, agak gaptek

 

  • Gen X (1970-an) :  dipopulerkan oleh Dauglas Coupland; generasi susu kental manis, generasi Tintin & HC Andersen

o   Generasi transisi, Generasi yang terimbas langsung dari generasi Baby Boomer, tapi udah lebih kompromistis, dalam berinteraksi mereka mulai memberontak, tidak percaya pada leader

o   Lebih cosmopolitan, mulai bisa enjoy dengan hidupnya, tapi masih mengadopsi nilai-nilai kedisiplinan dan kesusahan.

o   Hasil sensus global: inilah yang pendidikannya paling tinggi, kepedulian masalah social tinggi (krn memberontak terhadap system)

Kelebihan: lebih fleksible, lebih bisa enjoy hidup, lebih kompromistis, moderat.
Kekurangan: Generasi plin plan (nggak mau terlalu militeristik, tapi juga tidak bisa sepenuhnya enjoy

 

  • Gen Y (1980-an): Generasi Millennium. generasi susu formula, generasi Dragon Ball, Power Rangers

o   Bertanya: why? Kenapa….suka menchallenge dan bertanya

Bertanya: why? Kenapa ya?…suka penasaran

Bertanya: why? Kenapa aku…kenapa? Suka lebay

o   Narsis, Pintar, Agresif. Sebagian besar mereka sudah masuk dalam dunia kerja, dan beberapa sudah masuk dalam dunia pimpinan. Kerja “teng-go”. Habis kerja sibuk dengan acara sendiri.

Kelebihan: metroseksual, trendy, branded
Kekurangan: sukar  menerima proses yang lama, tidak sabar.

 

  • Gen Z (2000-skrg): Generasi Platinum. Generasi ponsel, computer, games

o   70%: “smartfphone adalah bagian dari kehidupan saya”

o   50%: utk games dan entertainment; 27% untuk kerja

Ciri-ciri gen-Z:

o   Narsis (berani menonjolkan diri): haus perhatian. Liat dong media social!

o   Lebih tergantung pd teknologi: tersambung 7 hari, 24 jam

o   Memprioritaskan jadwal diri ataupun keluarga (kalau sudah berkeluarga)

o   Achievement oriented: sangat berorientasi prestasi (ambisius)

 

Penelepon

Bapak Junaidi:

Bagaimana menumbuhkan Daya Juang kepada anak-anak kita di jaman sekarang ini??

Bapak Jo:

Saya ajarkan anak saya dari kecil, untuk menyebutkan kata “Tolong” setiap meminta sesuatu, memanggil Mba/Pembantu harus diawali dengan “Ibu”, dan jangan lupa mengucapkan “Terima kasih”. Dan ini berjalan sampai saat ini.

 

Menjawab Pertanyaan:

Bagaimana Orang Tua menghadapi Anak dari Generasi Z?

  • Kenali bahasa mereka. “The best to enter people’s wrls s to speak their language”. Kenali istilah-istilah yang mereka pakai, dan bergaullah dengan cara mereka.
  • Kenali gadget yang mereka pakai dan pakailah untuk berkomunikasi dengan mereka.
  • Be there for important moment. Kalau perlu jadwalkan. Bandingkan dengan ortu dulu yang sama sekali tidak tahu menahu.
  • Kisah susah sudah kuno, mereka lebih suka kisah sukses! Juga kisah yang realistis!
  • Kadang mesti tega. Biarkan anak mencoba dan mengalami kesulitan. Tugas kita sebagai coach!
  • Ciptakan moment interaksi yang menyenangkan, untuk mengalahkan moment-moment bersama gadget mereka

 

2 event penting!!

Tingkatkan Kecerdasan Emosionalmu, jadilah pribadi yang cerdas intrapersonal dan interpersonal, ikuti:

EQ untuk orang dewasa: 16-18 Juni 2014

Untuk anak Remaja – EQ Youth Camp: 19-21 Juni 2014

 Apa yang diajarkan di EQM Youth Camp?

 

(1) Masalah: anak jadi minder, tidak Pede, tak berani tampil, harga dirinya rapuh!

self-awareness : ‘kesadaran diri’, Who Am I?

  • · Ikutkan dalam berbagai kegiatan (lomba, dll), apresiasi kesuksesan (jangan discount, “hebat sih tapi…”), pahami pattern kebiasaan (kalau lapar biasanya jadi mudah marah),

(2) Masalah: kontrol emosi sendiri, pas lagi down, mood management ‘manajemen suasana hati’:

  • · pas anak lagi marah, apa yang terjadi (ada ortu yang anaknya langsung dimarah balik, ada yang dicuekin), ditemani tapi dengarkan, dihargai, diarahkan (3D) tapi kalau anak keterlaluan marahnya, ditegasin!

(3) Masalah: mudah frustrasi, pernah punya luka batin di masa lalu à Self-motivation ‘motivasi diri’:

  • · Beri kisah2 tentang orang yang sukses, ceritakan sewaktu malam

(4) Masalah: nggak bisa kontrol dirinya, game addiction, nakalà Impulse control ‘pengendalian insting’:

  • · consequential thinking (kalau begini, apa akibatnya?)
  • · jangan langsung melakukan sesuatu tapi mikir (kasus anak yang uang sekolahnya dipakai untuk traktir pacarnya, mestinya ia tahu pasti akan ketahuan)
  • · Menunda kesenangan, penelitian Marsmellow yang terkenal!

(5) Masalah: sulit bergaul, sulit komunikasi à People skills ‘keterampilan’:

  • · Kasih kesempatan untuk bergaul; kalau perlu ijinkan anak-anaknya bermain di rumah

Best regards,

 Stephanie Natalia

 

Leave A Response »