Are You Emotionally Smart?

admin 27/02/2014 0

Are You Emotionally Smart?

Smart Emotion Radiotalk, Rabu 26 Februari 2014

Banyak peristiwa di sekitar kita yang menggambarkan rendahnya kecerdasan emosi seseorang. Semuanya harus menjadi pembelajaran bagi kita dalam membangun “Smart Emotion”.

Salah satu contoh kasus adalah tindakan seorang ustad yang marah-marah kepada petugas sound system, dan men-smack downnya. Si ustad menjelaskan alasannya bahwa ia sedang memberi pelajaran kepada petugas sound system itu. Terkait Smart Emotion, maka menyikapi kasus tersebut adalah:

  • Bedakan kasus ini dari agama
  • Ini sepenuhnya tanggung jawab pribadi
  • Pembelajaran bagi kita adalah: harga diri kita dipertaruhkan pada saat marah. Untuk itu, berhati-hatilah saat sedang emosi
  • Pikirkan: Bagaimana mengekspresikan emosi secara cerdas. Kalau orang yang saya kagumi dalam sitausi ini, kira-kira dia bagaimana reaksinya?

5 tips agar cerdas emosi dengan “Smart Angry”:

1.     Pada waktu  kehilangan emosi, ingatlah akibat jangka panjang. Kebanyakan orang jika sedang marah-marah lupa dengan akibat jangka panjang.

2.     Ingatlah bahwa harga diri kita dipertaruhkan pada saat emosi, begitu juga dengan image kita.

3.     Ketika kehilangan emosi, ingatlah juga dengan harga diri orang lain. Hal ini juga berlaku bagi orangtua agar tidak marah-marah sampai melukai harga diri anak.

4.     Jika ingin marah-marah, gunakan marah-marah yang mengembangkan/membangun,

5.     Apakah kita sudah fokus pada solusi? Karena ketika sedang emosi/marah-marah kita tidak fokus pada solusi. Fokus pada solusi juga penting agar kejadian serupa (kejadian pemicu) tidak terulang lagi.

Bagaimana cara membangun emosi yang cerdas? Salah satu aplikasi pilihan emosi yang cerdas adalah: Pikirkanlah  “tidak apa-apa kekalahan sesaat, tetapi memberi kemenangan untuk jangka panjang”.

Bagaimana emosi bisa berpengaruh terhadap produktifitas? Bagaimana perasaanmu tentang pekerjaan, bisa menentukan berat ringannya pekerjaanmu.

Tips membangun emosi yang cerdas:

  • Renungkan dan pikirkan apa yang menyenangkan
  • Tanyakan sesuatu yang lebih mendalam dari “apa manfaat saya mengerjakan ini?”. Kalau jawabannya “untuk dapat uang”, tanyakan lagi “lalu uang itu  untuk apa?”

Contoh kisah tentang marah-marah yang mengembangkan:

  • Ada seorang ulama melihat seorang pencuri sandal di mesjid. Ulama itu  segera mengejar dan menangkap pencuri tersebut.  Dalam situasi ini, ia bisa saja mengumpat dan memaki pencuri tersebut. Tapi ia mengendalikan emosi, dan dengan tegas menghardik pencuri, “Saya tidak suka kamu mengambil yang bukan milikmu, kembalikan sandal ini ke mesjid, dan ini uang untuk kamu membeli sandal”
  • Ada juga seorang manager yang marah-marah dengan target yang tidak tercapai. Ia berkata “Saya tidak suka dengan pencapaian target seperti ini, tapi saya yakin pada bulan berikutnya kalian akan bisa mencapai target”.

 

INFORMASI PENTING!!   WORKSHOP

EMOTIONAL QUALITY MANAGEMENT

OLEH ANTHONY DIO MARTIN & MAX SANDY

Hotel Santika, 24 – 26 Maret 2014

MENGAPA PERLU MENGIKUTI TRAINING INI?

  • Membangun pribadi dengan mental dan kemampuan interpersonal yang lebih baik melalui kompetensi EQ
  • Mengurangi terjadinya konflik, pertentangan dan kesalahpahaman akibat perbedaan pola pikir dan style individu yang berbeda
  • Menciptakan iklim dan suasana yang lebih saling percaya dan lebih mudah berkomunikasi, khususnya dalam keluarga dan di tempat kerja
  • Mengaplikasikan pengetahuan tentang emosi dalam menghadapi atasan, rekan, bawahan bahkan pelanggan yang tergolong sulit di tempat kerja
  • Mengaplikasikan pengetahuan kecerdasan emosional dalam berbagai bidang pekerjaan termasuk untuk mendidik anak, dalam pekerjaan sebagai sales, operation, back office, customer service, dll

Informasi dan pendaftaran:

telp. 021. 3518505, atau 021.3862521

 

Leave A Response »