Menghadap​i Toxic Relationsh​ip dengan Pasangan Anda!

admin 01/02/2014 0

“Menghadap​i Toxic Relationsh​ip dengan Pasangan Anda!”

SmartEmotion Radiotalk, Bp Anthony Dio Martin, 22 Mar 2012

 

Program EQ:

Training EQ untuk 26-28 Maret 2012 sudah penuh! (Program EQM ini selalu full house lho, sebaiknya daftar lebih awal, supaya kebagian ‘seat’)

Rekan rekan yang belum kebagian tempat, bisa ikut training EQM yang akan datang pada bulan Juni 2012.

 

EQ Conference (International):

“ Your Hidden Treasure For Success” (Menggali “Harta” Terpendam Dalam Diri)

19-20 Juni 2012 (Oleh: SixSeconds dan HR Excellency)

Diberikan oleh Super Top Speakers: 5 Speaker International(didatangkan dari Amerika,Singapore dan India), dan 4 Speaker Indonesia! Ada Ayah Edy, Melly Kiong, Mien R Uno dan tentunya juga The Best EQ Trainer kita: Anthony Dio Martin.

 

Ada burung yang bangun dini hari: Super Early Bird selain yang Early Bird. (Burung kesiangan bayarnya lebih mahal….. ). Berminat, hubungi 021 351 8505.

 

Biasanya pernikahan dimulai dengan penyesuaian. Di tahun ke 3 mulai stabil. Berikutnya bisa mulai timbul kebosanan, kehambaran hubungan, yang akhirnya menimbulkan konflik, bahkan saling menyakiti baik secara fisik maupun mental. Inilah contoh toxic relationship.

 

Ada yang mencari pembenaran akan hubungan buruknya, misalnya karena dijodohkan. (padahal banyak pasangan yang dijodohkan tetap berbahagia….). Yang mencari pasangan sendiripun sering mengalami toxic relationship. Ketika pacaran semuanya serba manis, tapi setelah menikah baru keluar ‘asli’ nya. (jangan menyalahkan orang yang mencarikan pasangan….sudah untung dicariin….daripada jomblo terus…;-))

 

Banyak cerita tentang hubungan beracun ini. Misalnya: istri yang wanita karir, tidak menyisakan waktu untuk membina hubungan dengan suami dan anak anak, suami yang super sibuk berbisnis, lupa akan istri dan anak2nya, saling memaki, menyalahkan.

 

Ciri-Ciri Toxic Relationship:

  1. Mulai saling menyerang. Ini salah satu bentuk emosi yang terpendam. Mulai saling mengata-ngatain. Urusan kecil bisa menjadi besar.
  2. Ketika anda harus hati2 terhadap kata2 Anda. Kalau tidak hati hati, salah ngomong, langsung dikritik, dipersalahkan. Tidak ada kebebasan untuk berbicara. (lampiaskan di tulisan aja….)
  3. 3.    Tidak ada apresiasi, rasa menghargai. (gratitude & appreciation). Yang terjadi lebih banyak komentar yang mematikan (killer statement). Misalnya saat suami pulang, cerita bahwa dia dipromosikan. Jawab istinya:” Iya, promosi…belum promosi aja pulangnya jam 8 malam, sesudah promosi, pulang jam berapa?” (killer statement diberikan oleh seorang killer? Jadi, pasangannya  pembunuh….? ;-))
  4.  Mulai menjauhkan diri anda dari aktualisasi dan hidup bermakna. Bukannya lebih berbahagia, tapi malah semakin menciut. Ada yang mengakhiri karir supaya keluarganya bahagia. Kalau seperti ini masih okay (asal cukup dana untuk menghidupi keluarga…;-)).
  5. Pasangan memulai kebiasaan negative. Misalnya: cemburu yang berlebihan, selalu curiga secara berlebihan. Hubungan menjadi tidak sehat. (jadinya sakit2an….sakit hati ;-))
  6. Mulai bersikap seenaknya. Cuek, tidak peduli dengan pasangannya. Kebebasan sih boleh saja, tapi jangan tidak peduli.  (orang yang cuek, kalau dicuekin biasanya marah….;-))
  7. Mulai membawa masalah anda kemuka umum. Misalnya menceritakan masalah keluarga di FB, Twitter, lewat gossip dengan teman. (yang pasti bukan kemuka WC umum….;-)).

 

Detox-nya.

Setiap pernikahan pasti ada pasang surutnya. Biasanya ada kontribusi kedua belah pihak. Bisa jadi masing masing mempunyai pandangan tertentu, tapi tidak dikomunikasikan. Mereka cenderung saling menyalahkan. Masalahnya bukan dibahas bersama pasangan, tapi malah dibicarakan dengan orang lain.

Mengatasi Toxic Relationship:

  1. Renungkan. Jangan2 toxic itu berasal dari diri kita sendiri. Ubahlah.
  2. Padamkan apinya sebelum menjadi besar. Minta advis ahlinya. Ketika sudah tidak saling menelpon, tidak saling berkomunikasi, jangan dibiarkan saja. Bicarakanlah. (ketika masih kecil, apinya ditiup aja, gak perlu sampai memerlukan pemadam kebakaran..;-))
  3. Focus pada masalahnya, bukan kepada orangnya. Ketika kesal, kita sering tidak bisa memisahkan antara masalahnya dan orangnya. Orang sering menyalahkan pribadinya, bukan perilaku atau sikapnya. Misalnya pasangan suka terlambat, maka yang tidak disukai itu adalah kebiasaannya terlambat, bukan dianya. (dipekerjaan sering terjadi seperti ini ya….ada like & dislikeyang jadi sasaran orangnya, bukan kelakuannya)
  4. Tetapkan hati untuk melihat perubahan yang akan dilakukan. Lihat perubahan yang terjadi setelah ditegur dan berikan masukan (feedback). Biasanya reaksinya akan berlebihan. Kalau ada indikasi bermasalah, tetap lihat perubahannya, dan adakalanya perlu ada kompromi. Pasangan bisa bertahan dengan kebiasaan buruknya, karena menerimanya dengan terpaksa. Harus lebih tegas, lebih serius untuk mengkomunikasikannya, kalau kita belum bisa menerimanya. Menyampaikan pesan tidak harus dengan kritik, tapi bisa dengan cara yang lebih sopan, tapi disampaikan berulang ulang.
  5. Time out.(Genjatan Senjata). Kalau situasi memburuk, buat kesepakatan: sepakat untuk tidak sepakat dan saling merenungkan. Cara ini kadang2 dibutuhkan sebagai shock therapy, daripada berlarut larut terus. Bisa break habis2an. Jangan buru buru cerai.
  6. Tips 3 T: Telan, Tegas, Tega. Telan: timbang cost/benefit-nya, kalau ongkosnya kecil, telan aja demi anak dsb. Tegas: berani blak2an daripada dikerjain dan dimanfaatkan terus. Tega: kalau tidak bisa dipertahankan: sepakat untuk tidak sepakat, time out. Lebih bijaksanalah dengan apa yang kita lakukan. (T ke 4: Terima kembali, setelah rujuk….tapi jangan pakai T ke 5: Tampar…;-))

 

Kisah seorang istri.

Ada kisah seorang istri yang diperlakukan seperti babu. Dia dikasih lis panjang untuk tugas tugas yang harus dilakukannya. Bangun jam 4 pagi, mulai mengerjakan tugas membersihkan rumah, mencuci, dst. Setiap malam dia menangis, menyesali nasib. Tapi dia tidak berani menceritakan penderitaannya kepada orangtuanya karena suami itu pilihannya sendiri. (kadang ada pria yang memperlakukan pembantunya, yang muda dan cakep, dengan manis sekali, karena ada maunya….., tapi istri diperlakukan dengan kejam…)

Setelah berjalan bertahun tahun, suatu saat suaminya kecelakaan dan meninggal. Kemudian dia menemukan jodohnya lagi, seorang suami yang baik. Seorang anakpun lahir. Walaupun ada tambahan merawat anak, dia merasa energinya jauh lebih banyak habis saat hidup bersama suami pertama, padahal ketika itu belum mempunyai anak.   Hubungan harmonis dengan pasangan mempengaruhi kualitas hidup kita.

 

Toxic Relationship sangat menguras energy. Mungkin kita mengalaminya, atau mungkin kita mendengar orang lain yang mengalaminya. Dengan mengetahui ciri-ciri dan tipsnya, kita bisa membantu diri sendiri dan juga orang lain.

Toxic Relationship seringkali adalah awal hancurnya pasangan. Dari penelitian para ahli, orang yang bercerai bukannya lebih berbahagia. Selain itu, anak yang orangtuanya bercerai, melihat cerai sebagai solusi permasalahan keluarga.

 

Komentar Iseng-iseng serius.

  • Ada orang yang istrinya sangat cemburuan. Selalu curiga terhadap suaminya. Karena jengkel, akhirnya suaminya nyeleweng beneran. Pikirnya:”Aku setia dan jujur, dicurigai juga…..mendingan nyeleweng sekalian….!”. Bagusnya sih, cemburu pun perlu di control, supaya menjadi “manageable jealousy”.
  • Ada juga pasangan yang terlalu percaya sama pasangannya, sehingga ketika ada yang melaporkan perselingkuhan pasangannya, dia tidak percaya. Akhirnya baru percaya setelah ketahuan suaminya sudah punya anak dengan wanita lain. Bagusnya, percaya sih percaya, tapi harus juga yang “manageable trust”.
  • Semakin tua seseorang, tingkat kecemburuan seringkali bukannya menurun, tapi malah meningkat….! Kalau dipikir, sudah tua gini apa masih laku ya….?;-)). Kayaknya ini terkait dengan rasa aman seseorang. Rasa aman dan nyaman yang telah dibina selama ini, jangan sampai dirampas orang lain….apalagi yang lebih muda…..(soalnya semakin kita tua, kalau ditinggalin, susah ‘laku’nya?).
  • Cinta itu memerlukan pelajaran huruf Braille, soalnya ‘kan cinta itu buta, katanya.

 

Best regards,

eka wartana, penulis buku MindWeb – konsep Berpikir Tanpa Mikir.

Resensi buku MindWeb terpilih oleh Kompas untuk dibahas di Bibliotika harian Kompas tanggal 20 Maret 2012. Terimakasih banyak Kompas!!

Sudah ada di Gramedia seluruh Indonesia.

Bp. Hairuddin Halim, Director PT Altrak 1978:

“Begitu membaca buku Mind Web karya Pak Eka Wartana, saya langsung terkesan dan menganggap ilmu Pak Eka perlu diketahui oleh para Salesman dan Manager yang ada di Divisi saya, karena dengan memiliki pengetahuan mengenai Mind Web bisa melihat tantangan yang ada dari berbagai sudut pandang yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya.

Oleh karena itu saya langsung menghubungi Pak Eka menanyakan apakah beliau bersedia memberikan sharing mengenai ilmu Mind Web nya kepada kami yang ternyata langsung diterima, sehingga team marketing dan sales PT Altrak 1978 menjadi yang pertama yang mendapatkan sharing dari Pak Eka langsung,

Selama sharing berlangsung di jam ngantuk 13.00-18.00 WIB ternyata tidak seorangpun yang tertidur karena semua terpukau atas pencerahan yang disampaikan dengan metode Mind Web, Kami sangat merekomendasikan Mind Web training untuk berbagai aplikasi di bisnis apakah Marketing-HRD-Finance dll karena bisa membuka cakrawala berfikir yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan dan pada akhirnya bisa membuat terobosan-terobosan baru yang saat ini memang sangat dibutuhkan di era kompetisi yang sangat keras seperti saat ini. Untuk ini kami mengucapkan terima kasih pada Pak Eka atas sharing nya. (setelah training MindWeb dalam National Sales Meeting Altrak 1978)

 

Leave A Response »