Menghadapi Tahun Kuda (2014), Belajar dari Kuda

admin 30/01/2014 0

Sangat mengagumkan! Begitu reaksi saya begitu membaca artikel dibawah ini walaupun mendapat kuda yang sakit, yang tidak ada gantinya lagi, team Indonesia berhasil menjadi juara.

 

Kebanyakan orang akan merasa skeptic dan pesimis ketika menghadapi situasi seperti itu. Tapi tidak dengan pelatih dan joki team Indonesia. “Gear” yang digigit oleh kuda diganti dari besi dengan ‘gear’ karet, untuk mengurangi keresahan kuda. Kemudian, dipasangnya “draw rein” (yang dipasang dipinggang kuda) untuk mengurangi sakit pinggang kuda. Bukan itu saja, adalagi strategi lain yang dipakai oleh pelatih, yaitu mengatur jumlah langkah kuda dan kekuatan jepitan ke kuda ketika melompat. Dan hasilnya?

 

Si kuda tidak membuat kesalahan sama sekali, dengan nilai penalty = nol. Maka Indonesia pun juara dalam kelas lompat rintangan ini.

 

Bagaimana dengan kita? Akankah kita mencari cari alasan dengan kekurangan diri sebagai “excuses” akan kekalahan di tahun 2014?

 

Bagaimanapun kondisi kita saat ini, mari kira persiapkan diri sejak dini, atasi kekurangan yang ada pada diri kita dan mengubahnya menjadi kekuatan, dan siapkan strategi yang jitu untuk meraih kemenangan di tahun 2014!

 

Yuk kita belajar dari kuda untuk menghadapi Tahun Kuda 2014!

 

MenunggangKudaSakit, Indonesia Juara

 

Rabu, 18 Desember 2013 | 08:42 WIB

 

http://olahraga.kompas.com/read/2013/12/18/0842516/Menunggang.Kuda.Sakit.Indonesia.Juara

 

NAYPYIDAW, KOMPAS.com – Meskipun mendapat kuda yang sakit, Jendry Palandeng menjadi penentutim Indonesia dalam merebut emas pada nomor lompat rintangan beregu, Selasa (17/12), di Naypyidaw. Strategi yang jitu membuat Indonesia merebut emas dengan selisih waktu hanya 0,73detik dari tim Myanmar yang meraih perak.

 

Pada saat undian, Jendry mendapat kuda Gunderman. Kuda itu menderita sakit pinggang. Kepalanya selalu mendongak keatas dengan gelisah.

 

“Saya sudah meminta penggantian kuda, tetapi kuda cadangan tidak tersedia. Lalu, tim pelatih minta izin mengganti gear (benda yang digigit kuda), dari besi menjadi karet. Kami juga minta izin memasang draw rein (alat yang dipasang di pinggang kuda) untuk mengatasi sakit pinggang kuda tersebut di sesilatihan,” tutur Prasetyana Sumiskun, pelatih tim berkuda Indonesia di Myanmar.

 

Penggantian gear dengan karet membuat kegelisahan kuda mereda dan mudah dikendalikan. Draw rein juga membantu mengurangi rasa sakit pada kuda.

 

Jendry dan pelatih Adi Katompo merancang strategi. Jumlah langkah kuda dan kekuatan tekanan jepitan ke kuda saat melompat diatur agar Gunderman yang ditunggangi Jendry dapat melompati semua rintangan. Strategi itu berhasil. Semua rintangan dilalui tanpa kesalahan dengan waktu 68,22 detik sehingga mendapat nilai penalti 0.

 

Kubu Indonesia was was saat dua atlet Myanmar mampu melompati semua rintangan tanpa kesalahan juga dengan penalti yang sama. Bahkan, waktu yang dicatat salah satu atlet lebih cepat dari Jendry.

 

Rasa khawatir bertambah setelah Pingkan Motira, yang menunggangi kuda Billy, menjatuhkan satu rintangan dengan waktu 75,27 detik sehingga mendapat nilai penalti 4. Apalagi, Andry Prasetyono yang menunggang kuda Fast Track juga terkena nilai penalti 4 karena menjatuhkan satu rintangan dan mencatat waktu 72,22 detik. Secara total, Indonesia mendapat nilai penalti 8 dan total waktu 215, 71 detik.

 

Namun, rasa khawatir kubu Merah Putih hilang setelah atlet ketiga Myanmar, Tun Aung Phyo, menjatuhkan dua rintangan dan mendapat nilai penalti 8. Myanmar juga mendapat nilai penalti 8 dan total waktu 216,44 detik.

 

“Kami gembira dapat merebut medali emas kedua. Kami masih menyemangati para atlet agar dapat merebut medali emas terakhir di cabang ini,” kata Triwatty Marciano, Sekjen Federasi Berkuda Indonesia. (WAD/ECA)

 

Penulis buku MindWeb, konsep Berpikir Tanpa Mikir

Salam, Eka Wartana

Leave A Response »