Oleh: Eka Wartana
“Syukuri dan cintai apa yang Anda miliki”.
Saran ini yang sudah sering kita dengar dan benar adanya.
Tapi yang ini: “Kejar dan cintai apa yang belum Anda miliki” terasa aneh?
Ayo kita bahas…..dengan memakai PMI-nya Edward de Bono, pakar Lateral Thinking. (PMI disini bukan Palang Merah Indonesia lho, tapi Plus, Minus, Interesting)
“Syukuri dan cintai apa yang Anda miliki”
Plus-nya: Kita menghargai dan bersyukur akan hal hal yang sudah kita miliki, membuat hidup lebih tenang.
Minus-nya: Ada rasa cepat berpuas diri. “Ngapain mesti ngoyo!”
Menarik-nya: Ini focus pada apa yang sudah terjadi, dan pada waktu sekarang, tidak melihat potensi ke depan.
“Kejar dan cintai apa yang belum Anda miliki”
Saran ini terlihat kontrovesi:”Bisakah orang mencintai apa yang belum dimilikinya?”
Plus-nya: Menjadi motivasi untuk menghasilkan yang lebih baik lagi
Minus-nya: Seakan kurang bersyukur dan tidak pernah puas atas pencapaian yang sekarang.
Menarik-nya: Ini focus pada masa depan.
Supaya orang tidak sampai lupa daratan, di sini diperlukan adanya kendali diri berupa: wisdom, keadilan dan kebenaran.
Nah, pertanyaannya: apa yang belum Anda miliki? Bisa jadi: promosi jabatan, usaha yang sukses, rumah yang memadai, rumah kedua (bukan istri kedua?), mobil, dll.
Kebanyakan orang akan focus pada materi saja. Padahal selain kebutuhan materi, setiap insan juga memerlukan sikap, perilaku, kebiasaan yang lebih baik misalnya peduli dan membantu orang lain, menjaga moral yang baik, membela kebenaran, disiplin diri, dan sebagainya.
Jadi, kita perlu bersyukur akan apa yang sudah kita capai, namun tetap berjuang untuk masa depan yang lebih baik.
Salam Relative-Contradictive,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer The MindWeb Way of Thinking
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
Website: www.mindwebway.com
IG: eka.wartana, FB: eka.wartana.5
#relativecontradictive #mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #lateralthinking #pmi #edwarddebono