Semakin Tenggelam Karirnya

admin 08/12/2015 1
Semakin Tenggelam Karirnya

Semakin Tenggelam Karirnya

Oleh: Eka Wartana

Ada karyawan yang pintar, ada yang bodoh. Ada yang 5 Star employee, ada yang kelas melati. Ada yang penjilat, ada yang penantang. Ada yang optimis, ada yang pesimis.

Saya ingin mengajak teman teman melihat karyawan dari sisi yang agak berbeda, yaitu dari cara bagaimana mereka menghadapi situasi.

  1. Yang dikendalikan situasi
  2. Yang mengendalikan situasi

Karyawan yang dikendalikan oleh situasi tidak sadar bahwa dia sudah menjadikan dirinya sebagai objek, korban dari suatu keadaan atau situasi. Jangkauan pikirannya pendek dan tidak melihat konsekuensi jangka panjang bagi dirinya. Karyawan jenis ini diibaratkan bola yang bisa ditendang tendang dan diarahkan kemana saja sesuai kemauan dari pemain bola.

Berbeda dengan karyawan yang mengendalikan situasi. Mereka menjadi penentu masa depannya sendiri. Mereka memperhitungkan konsekuensi dari apa yang mereka pikirkan maupun lakukan. Ibarat pemain bola, mereka ini mengarahkan bola ke gawang, untuk membuat score.

Berikut ini beberapa contoh nyata, dari pengalaman saya.

 Kena Tegur Boss

Kebanyakan karyawan kalau kena marah atau ditegur boss, langsung menjadi kesal dan terdemotivasi. Mereka menjadi malas dan kualitas kerjanya menurun. Dengan begitu, apakah masa depan mereka akan menjadi lebih baik? Apakah Boss lalu kapok menegur..…? Jangan harap deh, malah karir mereka akan semakin tenggelam lho.

Kecewa sih boleh saja karena namanya juga manusia. Tapi kalau kecewanya keterusan, kita menjadi manusia yang sia sia, termasuk menyia-nyiakan masa depan sendiri.

Karyawan yang mengendalikan situasi bersikap lain. Kalau mereka ditegur, padahal mereka tidak salah, mereka akan menjelaskannya kepada boss. Tentunya mereka melihat waktu yang tepat, tidak ketika boss masih marah. Kalau mereka memang salah, mereka mengakuinya secara langsung, tanpa mencari cari alasan (excuses). Dengarkan ketika boss marah, tanpa menyela. Mereka baru menjelaskan kepada boss ketika emosinya sudah terkendali. Kemudian mencari jalan bagaimana supaya kesalahan tidak terulang lagi, bahkan mencari terobosan terobosan baru.

Jangan biarkan karir kita tenggelam, apalagi langsung hilang ditelan ombak kehidupan……(nanti kuburan gak laku…#iseng.com)

“Winners never quit. Quitters never win” (Vince Lombardi)

 Gaji Kurang

Karena merasa gajinya kecil, ada karyawan yang bekerja seadanya saja. Akibatnya, performa kerjanya dilihat atasan sebagai biasa biasa saja. Apakah gajinya akan dinaikkan dulu baru diharapkan prestasinya akan naik? Jangan harap deh…..

Kenyataannya, karyawan tidak pernah puas dengan gajinya. Ketika ada kenaikan gaji, dia senang. Tapi setelah itu tambahan gaji itu semakin tak terasa.

Karyawan yang mengendalikan situasi senantiasa mempersiapkan diri untuk posisi yang lebih tinggi, minimal terus meningkatkan kemampuannya. Dengan begitu, biasanya gaji akan mengikuti naik. Promosi tidak akan datang begitu saja, tapi memerlukan perjuangan. Tingkatkan skills dan competencies, terus menambah ilmu, belajar bahasa asing, tingkatkan komunikasi dengan semua orang. Tingkatkan speed (kecepatan kerja) dan quality (kualitas kerja), serta cari terobosan terobosan baru untuk melakukan continuous improvement.

Ketika ada posisi lowong diatas, maka kita sudah siap untuk promosi.

Sayangnya, banyak karyawan yang cenderung mengeluh dan komplain saja. Tidak ada gunanya, karena itu membuat mereka semakin tenggelam.

“Winners never whine…..whiners, never win” (Paul Brown)

Beban Kerja Tinggi

Salah satu penyebab stress buat karyawan: beban kerja yang tinggi. Banyak karyawan yang mengeluh (lagi lagi whiners), karena overload. Mereka lebih suka mengeluh daripada mencari solusi. Mereka merasa menjadi korban yang tidak berdaya. Tapi mereka tidak melakukan apa apa. Bahkan ada lho karyawan yang mengeluh overload, tapi asyik ber-hahahihi bertelpon-ria berlama lama. (di jaman sekarang, mereka sibuk ber-chatting ria).

Karyawan yang pengendali situasi akan mengganti posisi dirinya dari ‘Korban” menjadi “Pemegang Kendali”. Beberapa hal yang seringkali efektif untuk mengatasi beban kerja tinggi:

  1. Delegasikan pekerjaan. Sediakan waktu untuk mengajari mereka. Ini memberikan double impact: meringankan pekerjaan kita, sekaligus mengembangkan kemampuan mereka.
  2. Cari cara kerja baru yang lebih efisien dan efektif. Lepaskan diri dari belenggu cara kerja lama. Pasti ada cara yang lebih baik, kalau kita mau berusaha keras mencarinya.
  3. Jangan menghindari tugas tambahan. Dalam tugas tambahan itu seringkali tersembunyi ilmu dan skills baru. Ini yang sering tidak dilihat orang. Itu pula sebabnya hanya ada sedikit orang yang maju pesat melebihi koleganya. Semakin banyak yang kita kerjakan, semakin banyak ilmu yang kita peroleh. Masih banyak orang yang pandangannya hanya sejengkal, merasa diperlakukan tidak adil kalau diberi tambahan tugas. Mereka tidak melihat sisi lainnya yang sangat bermanfaat.
  4. Tentukan prioritas pekerjaan. Pekerjaan yang dampaknya besar didahulukan. Terapkan prinsip Pareto.
  5. Batasi godaan chats via gadget (ini perampok waktu yang serius, karena tidak disadari…)

 Gossip

Demi perhatian, gaji dan fasilitas, ada karyawan yang suka menjilat atasan. Fokusnya pada boss, bukan pekerjaannya. Dia tidak peduli omongan orang. Dia mau mengorbankan perasaannya demi tercapainya keinginannya.

Dari extreme satunya, ada juga karyawan yang menghindari bertemu dengan atasannya. Ada lho karyawan seperti itu. Dia takut dicap penjilat. Karenanya dia tidak pernah mau datang ke ruang atasannya, kecuali kalau dipanggil. Dia menjadi korban gossip dan dikendalikan oleh gossip. Sikap seperti ini banyak ruginya lho. Atasan tidak bisa melihat prestasi karyawan yang “ngumpet” tersebut. Kekurangannya tidak terlihat, demikian juga kelebihannya.

Dia kehilangan kesempatan untuk belajar dari si boss, bagaimana meningkatkan prestasinya, apa prioritas atasan, kemana arah perusahaan, dan apa yang perlu dipersiapkan supaya bisa menggantikan si boss!

Karyawan yang memegang kendali hidupnya tidak akan terpengaruh oleh gossip. Asal tujuannya bertemu boss untuk urusan pekerjaan, bukan untuk menjilat, dia akan masuk ke ruangan boss, kapan diperlukan. Bawahan wajib memberi laporan kepada atasannya, meng-update boss dengan informasi terkini. Dia juga perlu mendiskusikan hal hal penting dengan atasan, mengajukan saran saran untuk perbaikan dan sebagainya.

Tiadanya interaksi antara atasan bawahan bisa menciptakan ketidakselarasan dan memancing terjadinya miscommunication. Aliran ilmu, pengetahuan, pengalaman menjadi terhambat. Jadi, kalau karena itu ada yang bilang kita menjilat, pusing amat! Selama tujuan kita adalah untuk pekerjaan dan tidak bermaksud menjilat, kenapa takut?

Mari kita lepaskan diri dari belenggu kendali gossip.

Semoga contoh contoh diatas bisa menjadi pelampung kehidupan bagi Anda, supaya tidak ikut-ikutan orang lain yang semakin tenggelam karirnya, hanya karena tidak tahu dan salah arah.

Percayalah, karena saya sudah membuktikannya…….

Salam MindWeb,

Eka Wartana.

 

 

 

 

 

 

One Comment »

  1. Oping liem 08/12/2015 at 10:43 pm - Reply

    Yeesss…menarik n perlu dipelajari thankyou so much pa eka

Leave A Response »