Oleh: Eka Wartana
Belakangan ini sandwich kalah populer dengan burger.
Tapi, tidak demikian dengan istilahnya. ‘Sandwich’ generation lebih dikenal daripada ‘burger’ mother. Tidak heran, karena istilah burger mother (parent) itu baru terpikir oleh saya kemarin sore.
Sandwich generation dipakai untuk menggambarkan situasi yang dihadapi oleh pasangan suami istri. Di satu sisi, mereka mempunyai tanggung jawab untuk membesarkan anak anaknya. Di sisi lain, mereka juga menghidupi orang tuanya. Mereka terjepit ditengah tengah. Ketika mereka juga menghidupi mertuanya, maka jadilah double-sandwich generation…..!
Lalu, apa itu ‘burger mother’? Dengan istilah ini, saya menggambarkan si ibu dari pasangan suami-istri tadi. Kenapa burger? Begini ceritanya…
Sebagai seorang Ibu, tugasnya mengasuh anak anak. Ketika anaknya sudah beranak, maka hadirlah si cucu. Di zaman sekarang, pada umumnya suami dan istri sama sama bekerja. Lalu siapa yang mengasuh anak anaknya? Ya si nenek…. Yang tadinya mengasuh mereka sampai besar. Maka si ibu yang dulu, yang menjadi nenek sekarang, berubah nasibnya menjadi ‘burger’. Beliau terjepit diantara anak dan cucu…..
Mencegah sandwich generation.
Membesarkan anak adalah tanggung jawab orang tua. Lalu kenapa orang tuanya juga menjadi tanggung jawabnya? Apakah harus begitu? Di mana kunci permasalahannya? Bagaimana mencegah problem ini terjadi?
Masih banyak orang tua yang menganggap anak itu sebagai “investasi”. Mereka mengharapkan supaya ketika sudah tua nanti, si anak yang memberinya nafkah (“return on investment”).
Rahasia supaya tidak menjadi sandwich generation:
- Jangan menjadikan anak sebagai objek investasi. Mengasuh, membesarkan anak adalah kewajiban setiap orang tua.
- Persiapkan masa tua sendiri. Jangan bergantung pada anak. Bekerjalah dengan keras, cerdas dan berhemat ketika masih muda. Investasi pada asset, bukan anak.
Pasangan sandwich generation itu bisa jadi akhirnya akan menjadi burger parent juga. (terutama ‘mother’). Bagaimana supaya mereka jangan sampai menjadi ‘burger mother’?
Dengan tidak membebani anak memberi nafkah untuk orang tuanya, pasangan muda akan sanggup untuk membayar baby sitter, mengasuh anak anaknya. Mereka sendiri harus mempersiapkan diri untuk masa tuanya sendiri supaya nantinya tidak menjadi ‘burger parent’
Nah, bingung ‘kan?
Daripada bingung, yuk makan gado gado, bukan sandwich, bukan burger…….
Salam Problem-Preventing,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer: The MindWeb Way of Thinking.
Author: To Think Without Thinking (in English), Berpikir Tanpa Mikir, MindWeb (Indonesia & English Edition), Relative-Contradictive dalam Profesi, Relative-Contradictive dalam Kehidupan.
Professional Licensed Trainer (MWS International)
Over 33 years of experience in various managerial positions in well-known companies.
#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #relativecontradictive #problempreventing #generasisandwich #bundaburger #investasi