MASKER

admin 03/03/2020 0
MASKER

Masker

Oleh: Eka Wartana

Dulu, orang akan teringat perawatan kecantikan ketika mendengar kata ‘masker’. Tapi sekarang kata itu beralih dari kecantikan ke kesehatan.

Berbondong bonding orang pergi ke apotik, ke supermarket untuk mencari masker. Sudah kosong! Beberapa orang sudah memborongnya. Akibatnya, harganya berlipat lipat dari puluhan ribu menjadi ratusan ribu.

Beberapa hal menarik tentang masker dan COVID-19 ini:

  • Di mana mana kita lihat orang memakai masker. Jadinya rancu, mana orang yang sakit, mana orang yang sehat (yang berusaha melindungi dirinya). Sebelum COVID – 19 merebak, saya cenderung beranggapan bahwa orang yang pakai masker itu adalah penderita (sakit). Sekarang? Serba tidak pasti.

 

  • MenKes menyarankan supaya hanya orang yang sakit yang memakai masker. Tapi bagaimana orang tahu kalau dia sakit? Pertama karena tertularnya seseorang belum ketahuan sampai 3-10 hari (masa inkubasi). Kedua, dia belum didiagnosa apakah virusnya sudah indekos di tubuhnya.

 

  • Menularnya virus Corona begitu berdampak luas. Tapi lebih parah lagi, begitu banyak orang yang memborong barang barang, obat obatan, makanan, dll di supermarket, apotik, mini market. Antriannya panjang sekali, mengalahkan antrian orang beli tiket konser Stock barang yang diperlukan menjadi kosong, melompong!

 

  • Lucunya, bukan hanya barang barang itu yang habis disikat orang. Jahe, kunyit, dan bahan jamu lainnya juga tidak tersedia lagi di tukang jamu, di pasar. Karena kehabisan masker, orang berpikir tentang ‘masker’ yang lain: daya tahan tubuh.

 

  • Di tempat umum orang orang memakai masker. Tapi tangannya tetap saja memegang keranjang, gerobak belanja, memegang uang (kembalian) atau kartu debit/kredit yang berpindah tangan dari cashier, barang barang yang dipegang, dsb. Belum lagi adanya pintu masuk bagi virus: dari mata yang tidak tertutup masker. Sekali mengucek mata, maka welcome virus.

 

  • Orang pun takut bersalaman, seakan semua orang itu ‘suspect’ penderita Corona. Sampai ada video lucu, orang bersalaman memakai kakinya!

 

Sungguh berlebihan reaksi banyak orang. Begitu banyak orang yang ketakutan tertular, sampai pada stress. Padahal stress itu menguras daya tahan tubuh.

Kita semua patut waspada, tidak takabur dan menjaga kesehatan, mencegah tertular dari penyakit. Tapi sebaiknya jangan berlebihan.

Semua hal yang berlebihan akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Salam Berpikir Tanpa Mikir,

Eka Wartana

Professional Licensed Trainer (MWS International) with 33 yrs of managerial experience.

Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking

 

Author Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking (English Edition), MindWeb (Indonesian & English Edition).

Training needs: eka.wartana@mindwebway.com,

Book needs: ewartana@gmail.com , Amazon.com, getscoop.com (ebook)

 

#berpikirtanpamikir #tothinkwithoutthinking #mindwebway #ekawartana #trainer #mindwebwayofthinking  #masker  #coronavirus  #covid19  #borong  #jamu   #dayatahantubuh  #stress  #jahe  #kunyit  #ketakutan  #kesehatan

Leave A Response »