Consequential Thinking ala MindWeb Way
Oleh: Eka Wartana
Kompetisi yang semakin ketat menuntut kita untuk mengambil keputusan cepat. Sayangnya, keputusan cepat seringkali tanpa diikuti dengan pertimbangan akibat dari keputusan itu. Dampaknya: kerugian dari skala kecil sampai besar, dari individu sampai korporat.
Para professional sudah memperhitungkan costs & benefits ketika membuat suatu keputusannya. Hal ini sudah menjadi standard practice dalam organisasi.
Namun ada hal hal lain yang seringkali terlewatkan, diantaranya:
- Emosi dan Logika (Rasio). Tidak seimbangnya emosi dan logika seringkali membuat bias, penyimpangan. Keputusannya bisa melenceng salah arah.
- Proactivity dan Reactivity. Kebanyakan keputusan dibuat karena ada masalah (reactive), bukan meghindari masalah (proactive). Dengan reactive, masalah kemungkinan akan terjadi lagi. Dengan proactive, masalah bisa dicegah sebelum terjadi.
- “What” dan “What if”. Cukup banyak pertimbangan tentang “What”nya (masalah dan akibatnya) dan sedikit sekali tentang “What if” (memperhitungkan kemungkinan kemungkinan lain yang bisa terjadi). Konsekuensi seringkali bersembunyi dibalik “What if” ini.
Emosi dan Logika
Apa ya hubungannya antara emosi dan buta? Seorang yang sedang jatuh cinta hanya melihat enaknya saja, abai terhadap dampak dari tindakannya. Dia hanya melihat ‘sebab’, melupakan ‘akibat’. Tidak salah kalau dikatakan bahwa ‘cinta itu buta’. Pacaran yang kelewat batas berakibat kehamilan, ditangkap hansip (?), lalu dipaksa nikah (maunya…?). Hal serupa terjadi dalam organisasi sebagai akibat dominasi emosi.
Ketika seseorang sedang emosional, maka logikanya bukan hanya jongkok tapi ‘tengkurap’. Bisa diduga akibatnya: keputusannya bisa ngawur. Consequential thinking-nya mogok. (Hubungan antara emosi dan logika ini ada saya bahas dalam buku Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb dalam bab U-Pipe Theory, Teori Pipa U)
Lalu, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika sedang emosional? Tunda membuat keputusan. Terus? Geser sudut pandang ke sisi logika (tingkatkan logika), maka secara otomatis emosi akan menurun. (Emosi bukan hanya marah lho, tapi juga sedih, senang, takut, dsb).
Proactivity dan Reactivity
Ada karyawan pemalas, bekerja seadanya. Ketika suatu saat dia terancam dipecat, dia langsung berubah menjadi rajin. Dia bersikap reactive. Orang yang reactive biasanya tidak mempunyai tujuan yang jelas. Ibarat pemain bola, dia hanya menunggu bola saja yang mungkin tak kunjung datang. Ibarat jomblo yang “rajin” menunggu datangnya pacar yang diidamkannya, tapi tidak berbuat apa apa. Menunggu ‘ditembak’, eh, calonnya gak punya peluru……
Orang yang proactive akan mempersiapkan diri untuk hal hal yang diperlukan di masa depan. Karyawan yang ingin naik pangkat akan melengkapi dirinya dengan ilmu dan keterampilan baru (termasuk cara berpikir baru tentunya). Kalau seorang playboy bisa proactive dengan mempersiapkan rayuan gombalnya, kenapa kita tidak….?
Sikap ini berkaitan juga dengan costs & benefits (biaya dan manfaat). Proactivity bisa menghindarkan kita dari costs yang tidak perlu. Sebaliknya, reactivity seringkali berakibat biaya besar yang tidak seharusnya terjadi.
Dengan proactive kita bisa mengantisipasi potensi masalah yang bisa muncul dari suatu tindakan. Dengan antisipasi kita bisa mencegah terjadinya masalah. Sebaliknya, dengan sikap reactive, masalahnya sudah terjadi (too late) dan berpotensi terulang kembali.
‘What’ dan ‘What If’
Kebanyakan orang cenderung focus pada masalah dan tindakan (What) yang dilakukan untuk mengatasi masalahnya. Yang sering terlupakan adalah mempersiapkan diri sekiranya terjadi hal hal diluar rencana.
Dengan melihat dari sisi “What if” nya, kita sudah mempersiapkan langkah langkah yang diperlukan jika nantinya ada situasi yang menyimpang.
Bagaimana kalau “tembakan” seorang jomblo ditangkis calonnya? Ya, cari sasaran lain…. Kalau ditangkis terus…? Ya, ganti pelurunya dengan meriam….. #becanda
Intinya: Dengan cara consequential thinking kita yang mengendalikan situasi, bukan dikendalikan oleh situasi.
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana
Founder The MindWeb Way – A Thinking Revolution!
Author MindWeb (in Indonesia & English), Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb, To Think Without Thinking (in English).
Professional Licensed Trainer (MWS International) with 33 years managerial experience in various key position.
#consequentialthinking #mindweb #mindwebway #berpikirtanpamikir #tothinkwithoutthinking #upipetheory #teoripipau #ekawartana #professionallicensedtrainer #thinkingrevolution #emotionandlogic #proactive #reactive #consequences