Kejahatan Seksual

admin 30/04/2014 0

AWAS, KEJAHATAN SEKSUAL MENGINTAI ANAK KITA!

Smart Emotion Radiotalk, Rabu 30 April 2014 (Bp Anthony Dio Martin)

 

Anak-anak adalah usia bermain dan mengeksplorasi dunia sekitarnya. Jika dunia tempat ia berada aman, maka anakpun akan merasa aman. Tetapi jika dunia tidak aman, maka anakpun merasa tidak aman.

Baru-baru ini, kasus kejahatan seksual yang menimpa seorang bocah berusia 6  tahun di sekolah internasional, JIS mengundang banyak reaksi. Berbagai pihak merasa merinding, prihatin dan juga marah. Bagaimana hal ini bisa luput dari perhatian sekolah? Lebih heboh lagi, kasus kekerasan ini konon juga dilakukan para gurunya. Dan masih banyak lagi korban yang tidak berani bersuara.

 

Mengapa menggunakan istilah kejahatan, bukan pelecehan atau kekerasan seksual?

– Psikolinguistik: pelecehan (sederhana), kekerasan ( pemerkosaan), tetapi ini berulang-ulang dan ada kerjasama dari beragai pihak (kejahatan), sexual crime.

-Jacob Van Bemmelen, pendiri Asosiasi Kriminologi di Belanda, kejahatan seksual adalah “Kelakuan bersifat tindakan asusila yang nyata merugikan dan menimbulkan banyak keresahan dalam suatu masyarakat. Sehingga masyarakat mencelanya dan menyatakan penolakan atas kelakukan itu karena dianggap tidak bisa diterima”

 

Seberapa parahkah kondisi kejahatan seksual di Indonesia?

Ada beberapa negara yang punya kejahatan seksual tertinggi, yaitu Afrika Selatan, India, Zimbabwe, Inggris, dan Amerika Serikat.

  • ·         Di Indonesia sendiri, dalam catatan kepolisian tahun 2007-2011 terjadi sekitar 678 kasus.
  • ·         Komnas Anak mencatat, jenis kejahatan anak tertinggi sejak tahun 2007 adalah sodomi. Para pelakunya biasanya adalah guru sekolah, guru private, pembantu atau sopir pribadi.
  • ·         Pada tahun 2007, dari 1.992 kasus kejahatan anak, sebanyak 1.160 diantaranya atau 61,8% adalah kasus sodomi anak. Dari tahun 2007 sampai 2008, jumlah kasus sodomi anak naik sebesar 50%.
  • ·         Komnas Perlindungan Anak telah meluncurkan Gerakan Melawan Kekejaman Terhadap Anak, karena meningkatnya kekerasan pada anak setiap tahun.

 

5 Pelajaran Kecerdasan Emosional, terutama pelajaran EQ:

1.    Soal profil pelaku (Victim Predator Cycle):

  • ·         Ternyata salah satu pelaku bernama Zainal (28 tahun) pernah menjadi korban sodomi.
  • ·         Disodomi sejak berusia 5 tahun, juga ketika berusia 14 tahun, ia dipanggil seorang laki-laki dari dalam mobil. Di dalam mobil, Zainal disodomi oleh laki-laki yang ternyata adalah Willam James Vahey yang merupakan buronan FBI.
  • ·         Kesimpulan: Korban berpeluang menjadi pelaku. Untuk memutus siklus ini, orangtua perlu bertindak. Lakukan konseling dan pendampingan. Ada siklus dari korban menjadi pelaku yang perlu diputuskan. Secara rohani dan psikologis perlu dihentikan.

2. Soal rasa malu terhadap kejadian ini:

  • ·         Banyak orangtua yang tahu, dan banyak orangtua yang mungkin curiga, tapi mendiamkan.
  • ·         Wajar kalau orangtua merasa malu anaknya menjadi korban sodomi. Sekolahpun malu karena reputasi sekolah dipertaruhkan.
  • ·         Di media social, banyak pengakuan anak mantan JIS yang mengatakan sudah tahu lama bagaimana gurunya melakukan dengan sesama guru, juga kepada siswanya.
  • ·         Sungguh pahlawan bagi orangtua korban (MAK, 6 tahun), yang sudah membongkar kasus ini.
  • ·         Kesimpulan: Malu tidak akan menyelesaikan masalah. Kejahatan akan terus terulang kalau dibiarkan. Masa depan anak dan keamanan psikologis seorang anak lebih berharga daripada reputasi sekolah.

3. Soal keterbukaan anak-anak:

  • ·         Anak sebelum remaja kadang masih belum tahu soal siapa baik siapa jahat.
  • ·         Bahkan anakpun belum tahu, apakah perlakuan orang lain pada kelaminnya itu perbuatan baik atau tidak.
  • ·         Biasanya, para pedofil mengatakan “karena paman sayang, maka salah satu caranya adalah dengan berbuat demikian”.
  • ·         Lebih parah lagi, anak tidak mau buka mulut karena 2 alasan utama, yaitu takut karena diancam, takut karena merasa sudah berjanji  kepada orang yang baik kepadanya.
  • ·         Kesimpulan: Anak bukan tipe yang gampang bicara soal apapun. Karena itu dekatlah dengan anak, untuk membuat anak mau bicara apa saja. Jangan menjadi orangtua yang robot dan repeitive, hanya menanyakan yang itu-itu saja.

4.Soal tanggungjawab sekolah:

  • ·         Banyak pihak yang menyayangkan sekolah JIS.
  • ·         Setelah kejadian, beredar surat edaran yang melarang orangtua bicara kepada pihak media, dan tempat lokasi kejadian direnovasi.
  • ·         Kesimpulan: Sekolah adalah pusat mendidik, bukan cuma menimba ilmu. Sekolah punya 2 tugas penting: menambah ilmu pengetahuan, dan membangun karakter. Perlu screening bagi para guru. Paling tidak cek reputasinya di internet dan media social. Sekolah perlu menyediakan konselor yang bisa diterima anak-anak untuk terbuka. Saatnya sekolah memberi perhatian.

5.Soal pencegahan dan sosialisasi:

  • ·         Umumnya kasus kekerasan terjadi pada lingkungan kumuh dan anak-anak jalanan. Kini terjadi di sekolah bereputasi internasional. Artinya, ini bisa terjadi dimanapun.
  • ·         Banyak orangtua kita sekarang merasa tidak nyaman bicara soal seks, karena itu ada baiknya mulai membahas pelajaran seksual sederhana, ajarkan apa yang boleh dipegang dan tidak boleh dipegang.
  • ·         Sekolah ikut mengajarkan.
  • ·         Pemimpin harus tegas. Tegas katakan, dan tegas hukuman. Selama ini hukuman hanya 5-15 tahun penjara. Sementara anak akan menjadi korban trauma seumur hidup. Kalau ada kasus, harus diproses dan dihukum seberat-beratnya.

Best regards,

 Stephanie Natalia

Leave A Response »