DON’T LET ANYTHING STOP YOU!
Smart Emotion Radiotalk, Rabu 02 April 2014 (Anthony Dio Martin)
Apa hal yang pernah orang lain bilang tidak mungkin kamu lakukan, tapi akhirnya bisa kamu lakukan dalam hidupmu? Atau bahkan diri kita sendiri yang sejak awal mengatakan kita tidak mungkin untuk melakukannya.
Kisah Erik Weihenmeyer mungkin bisa menjadi inspirasi bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Ia adalah seorang tuna netra (pada usia 13 tahun). Pada Mei 2001 ia menjadi orang buta pertama yang sampai di Mount Everest. Selain itu, ia juga menjadi penerjun akrobatik, mengendara sepeda jarak jauh, pelari marathon, pemain ski gunung, pendaki batu, dan pendaki salju.
Story:
- · Ada seorang anak kecil yang senang sekali menari. Suatu ketika, di kotanya, ada berita, mengenai seorang artis yang juga ahli menari yang akan berkunjung. Maka, si anak kecil itu berusaha mati-matian latihan menarik karena ingin membuat si artis itu terkesan. Pada saat ketika hari H tiba, si anak kecil itu berusaha menari sebaik-baiknya. Setelah separuh dari tariannya, dari sudut matanya dia begitu kecewa ketika melihat si artis itu menguap beberapa kali, dan ia pulang diiringi beberapa pengawal. Setelah kejadian itu, si anak yang suka menari itu menjadi terpukul dan memutuskan tidak mau menari lagi. Lalu, anak itu kemudian ketika besar, menikah dan jadi seorang ibu rumah tangga.
Suatu ketika, ada berita bahwa beberapa artis penari akan datang untuk mencari bakat para penari. Ternyata, salah satu artis yang datang adalah yang dulu pernah meninggalkannya saat ia masih menari. Karena penasaran, ia berusaha mendapatkan tempat duduk dekat artis itu untuk bisa bicara dengannya. Dan benar saja, artis itu datang lagi. Sudah agak tua. Lantas, ternyata, di malam setelah acara mencari bakat itu, ia berkesempatan bersalaman dengan artis itu dan bertanya, “Saya tidak tahu apakah Anda masih ingat dengan seorang anak kecil yang pernah menari puluhan tahun silam di kota ini?” Lalu, dengan muka berseri-seri, si artis itu berkata, “Tentu saja saya tidak akan pernah lupa. Saya masih ingat dia menari dengan bagus sekali. Seorang anak yang sangat berbakat. Dimanakah dia sekarang? Apakah dia sudah jadi penari hebat?” Lalu dengan suara sedih dia menjawab, “Tidak. Si anak kecil itu hanya jadi ibu rumha tangga biasa. Sayalah orangnya!” Si artis itu lalu bertanya, “Mengapa? Bukankah kamu berbakat sekali”. “Tapi kan waktu kamu menyaksikan sayapun, saya lihat Anda menguap berkali-kali lantas pulang sebelum tarian saya selesai”. Lalu si artis itu bilang, “Saya pulang bukan karena tarianmu yang buruk. Saya kelelahan. Sudah beberapa hari saya kurang tidur dan malam pada saat kamu menari, saya tidak tahan lagi. Tapi saya tidak sempat mengatakan padamu, betapa bagusnya kamu menari pada malam itu”.
- · “Sewaktu bergabung di instansi saya, saya merasa hanya mengikuti nasib kedua orang tua saya yang semuanya pengawai negeri dengan posisi biasa. Ketika saya mulai naik jadi pimpinan banyak yang bilang saya “jangan terlalu ambisius”, dll. Bahkan, ada kesan saya mau dijegal. Tapi saya tidak peduli dan sekarang saya menjadi wanita langka di instansi saya yang masuk top management” (Ibu R, Bali)
- · “Sewaktu saya harus meneruskan bisnis kakak saya yang meninggal, saya sempat dicibir. Saya jurusan sastra Inggris dan tidak tau apa-apa soal bisnis. Bahkan, beberapa partner bisnis kakak menuntut sahamnya dikembalikan dalam bentuk uang. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga. Tapi saya putuskan membayar semua saham teman kakak saya lalu memulai lagi. Kini, saya berhasil mewujudkan impian kakak saya untuk membesarkan bisnis, bahkan punya pabrik. Kakak saya mungkin telah tersenyum karena saya tidak menyerah”
Hal yang sering membuat kita Stop:
1. Kata-kata ucapan dari diri kita sendiri. Misalnya: “Kayaknya ini tidak mungkin”, “Bahaya”, “Lihat dong, bagaimana kalau resikonya terlalu besar”. You’re your own best friend or enemy.
2. Kata-kata ucapan dan sikap dari orang lain. Misalnya: “Sudahlah yang wajar-wajar saja”, “Ini sudah bagus kok, mau apa lagi?”.
3. Kata-kata dari orang yang dianggap punya otoritas (misalnya dokter, ahli terapi).
– Bruce Lee sempat mengalami kondisi dimana dokter memvonis dirinya akan mati kalau latihan terlalu berlebihan.
– Vincent Van Gogh divonis sebagai penderita schizophernia, tapi lihatlah lukisan-lukisannya.
4. Hasil statistik dan survey pendapat.
Kalimat yang sering membuat kita Stop:
1. ”Mustahil”, “Tidak mungkin”. Impossible ternyata bisa diubah menjadi possible. Caranya? Tulis kata “Impossible”, lalu robek. Kemudian antara huruf I dan M diberi tanda petik, jadilah I’m Possible.
2. ”Kamu sudah tua”, “Kamu terlalu muda”, “Kamu kan perempuan”, dan sebagainya.
-Menggunakan kondisi sebagai salah satu alasan.
-Apa yang berlaku bagi orang lain belum tentu terjadi pada dirimu.
3. ”Sudah cukup bagus kok”: Membuat bertahan di comfort zone, sudah puas dan stop.
4. ”Semua orang pintar, hebat, dan berpengetahuan mengatakan tidak bisa”: menggunakan data-fakta, survey.
5. ”Pengalaman menunjukkan bahwa itu tidak bisa”: menggunakan pengalaman, referensi dari masa lalu.
Bagaimana kita melakukan hal-hal yang dianggap tidak mungkin?
1. Menantang diri: “Bagaimana kalau ternyata itu mungkin?”, “Itu kan orang lain, bagaimana kalau kamu ternyata bisa melakukannya?”.
2. Menciptakan skenario: “What if..”, “Kalau berhasil bagaimana?”, “Kalau kamu tidak melakukannya, apa yang akan terjadi?”.
3. Mencoba: If you don’t try, you don’t know how high you can fly”.
4. Mencari opini lain: mencari jarum dalam tumpukan jerami. Prinsipnya Henry Ford, “Pecat orang yang mengatakan tidak kepada impianmu”.
5. Membuktikan sebaliknya: justru semakin tidak bisa, rasakan kepuasannya kalau ternyata kamu bisa membuktikannya. (am)
Bagaimana ilmu NLP atau Firewalking membantu?
- · Menantang Dirimu, “Bagaimana kalau ternyata itu mungkin?” firewalking!
- · Menciptakan Skenario, “change personal history!”
- · Mencoba, Realitas internal, belum tentu benar! Perlu dibuktikan! Sedotan bisa melewati kentang!
- · Membuktikan Sebaliknya, reframing kata-kata orang!
Informasi Penting!
NLP for LEADER
Hasilmu biasa-biasa aja? Jadilah pribadi yang berani bikin terobosan! Optimalkan kemampuanmu, atasi sabotase dirimu, Ikuti program training NLP for Leader. Inilah training NLP, yang paling aplikatif di Indonesia, plus berjalan di atas bara api untuk mengatasi rasa mental blokmu, bersama Anthony Dio Martin yang juga Certified International NLP Trainer.
PERBEDAAN NLP & FIREWALKING HR EXCELLENCY DENGAN PELATIHAN YANG SUDAH ADA?
- · Kelebihan seminar NLP dan Firewalking dari HR Excellency terletak pada pola pendekatannya yang mengintegrasikan konsep terbaru dalam peningkatan dan mengatur beliefs dan values yang dimiliki oleh setiap peserta dengan metode‐metode pelatihan yang aktif‐reflektif.
- · Berbagai simulasi dan permainan ala experiential learning akan diterapkan di kelas untuk mendapatkan dampak serta manfaat terbaik dari materi ini.
Workshop diadakan pada:
Tanggal : 21-23 April 2014
Alamat : Hotel Santika, Jakarta
Untuk informasi dan pendaftaran, telp. 021. 3518505, atau 021.3862521
Best regards,
Stephanie Natalia |