Oleh: Eka Wartana
Kenapa lebih banyak orang yang mengikuti arus daripada melawan arus?
Di perusahaan, kebanyakan karyawan hanya mengikuti saja apa perintah boss. Kalau berani menentang bisa dikucilkan, bahkan di keluarkan. Dalam militer lebih parah lagi. Tidak boleh membantah, apalagi melawan atasan.
Kebanyakan dari mereka adalah followers. Di pekerjaan mereka hanya follow the leader. Di medsos mereka lebih banyak mem-follow orang lain. Bakat sebagai leader tidak terlihat.
Dalam politik sama saja. Lebih aman ikut arus saja. Jabatan bisa naik terus biarpun kemampuannya biasa biasa saja (mediocre). Kalau punya kesalahan atau dosa, tidak akan diungkap selama setia ikut arus. Sebaliknya kalau menentang, apalagi menantang, atasan bisa mencari cari kesalahannya. Yang tidak ada pun bisa dijadikannya ada.
Mereka yang hanya suka ikut arus, sesungguhnya ibarat ikan mati. Ikan mati akan ikut saja kemana air mengalir. Tersangkut di batu karang, bahkan masuk jurang pun tidak bisa protes.
Hal ini seperti metafora yang dikatakan Andy Hunt, Pakar Pragmatic & Learning:
“Only dead fish go with the flow.” (Hanya ikan mati yang ikut arus…..)
Orang yang mengikuti arus
Orang yang suka ikut arus, pada umumnya orang penurut, tidak suka melawan, taat pada peraturan, cenderung menjadi followers, suka aji mumpung, hemat energi, memanfaatkan situasi. Karyawan yang ngikut arus biasanya prestasinya biasa biasa saja alias mediocre. Ada satu lagi tipe karyawan yang suka ikut arus, yaitu yang disebut sebagai deadwood (kayu mati: orang yang tidak berprestasi dan tidak bisa brekembang lagi)
Ada lagi orang yang ‘terpaksa’ ngikut arus karena tersandera oleh perbuatannya sendiri. Daripada ‘dosa’nya diungkit dan terancam masuk bui, lebih baik mengalah saja deh.
Jeleknya, orang ini dianggap tidak punya prinsip. Ada yang dicap sebagai penjilat. Pada hal dengan mengikuti arus itu adalah suatu prinsip juga.
Para pengikut arus ini lebih mengandalkan emosinya. Mau menyenangkan atasan, memendam perasaannya sendiri.
Orang yang melawan arus
Model orang seperti ini adalah orang yang suka tantangan, tidak suka statusquo, sering mempunyai pemikiran yang berbeda dengan yang biasanya, selalu ingin ada pertimbangan yang masuk akal sebelum menjalankan perintah. Sering bersikap keras kepala, kaku. Pada umumnya orangnya creative dan innovative.
Dari sudut adversity quotient, mereka ini tergolong Climber. Mereka punya tekat untuk memanjat, mencapai puncak (karier). Mereka berani menghadapi risiko.
Mereka ini dominan memakai logikanya daripada emosinya.
Kenapa mereka yang suka melawan arus ini cenderung lebih bisa sukses? Ibaratkan pesawat terbang. Pesawat tidak akan bisa take off kalau mengikuti arus angin. Pesawat akan terhempas. Sebaliknya, hanya dengan melawan arah angin, pesawat bisa terbang. Layang layang akan terombang ambing di udara kalau tidak melawan arah angin.
Contoh contoh itu menjelaskan kenapa setiap orang harus punya keberanian untuk melawan arus. Dalam hal ini, melawan arus bukan berarti bertengkar berbantah-bantahan, tapi lebih ke keberanian untuk tampil beda. Berpikir dengan cara berbeda dari orang pada umumnya.
Kelemahan orang pelawan arus ini: suka ngotot, kaku. Mereka perlu lebih flexible. Kalau terus terusan melawan arus, mereka bisa kehabisan energi dan kandas di tengah jalan. Ada kalanya mereka perlu juga ikut arus pada waktu dan tempatnya.
Yang terbaik: Bukan keduanya!
Kebanyakan orang hanya terpaku pada pilihan yang ada. Dalam hal ini ikut arus atau melawan arus. Cara berpikirnya linear. Hanya sedikit sekali orang yang berpikir di luar dari pilihan yang ada. . Terobosan yang diperlukan untuk bisa lebih baik dari keduanya adalah lateral thinking.
Yang terbaik tentunya adalah bukan orang yang ikut arus atau melawan arus, tapi orang yang mampu menciptakan arus! Mereka inilah yang mampu mengatur ‘nasib’ orang lain. Mereka mampu mengarahkan kemana aliran airnya, dengan kecepatan berapa, untuk keperluan apa. Bisa hanya mengalirkan air lewat sungai, mengairi sawah hingga akhirnya ke laut. Bisa mengarah ke bendungan untuk PLTA (pembangkit listrik tenaga air). Mereka juga bisa mengatur aliran air untuk mencegah banjir!
Salam Relative-Contradictive,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking
Professional Licensed Trainer, MWS International
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
Over 30 year-experience in various managerial positions
Website: www.mindwebway.com
#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #karyaanakbangsa #interconnection #melawanarus #linearthinking #lateralthinking #deadfish #andyhunt