Oleh: Eka Wartana
Pernyataan itu ada benarnya! Ada juga salahnya! Jadi, gimana dong?
Semuanya dilihat dari konteks nya.
Yuk kita lihat dulu yang tidak benarnya, sesuai dengan dugaan banyak orang.
Contohnya: Kata boss….
• Aku boleh datang terlambat, kau tak boleh
• Aku boleh main HP pada jam kerja, kau tak boleh
• Aku boleh pakai fasilitas kantor untuk kepentingan pribadi, kau tak boleh
Seperti sudah banyak dibicarakan orang, boss itu selalu benar. Boss selalu punya alasan pembenaran dirinya.
Ketika boss lama membuat keputusan, katanya beliau itu teliti. Kalau bawahan lama mengejakan sesuatu, dia bekerja lambat.
Ketika boss berkeras terhadap keputusannya, dia itu konsisten. Kalau bawahan: keras kepala.
Kalau boss berubah ubah keputusannya, dia itu fleksibel. Kalau bawahan: plin plan.
Kalau boss cepat mengambil keputusan, dia itu cerdas. Kalau bawahan: gegabah.
Kalau boss melanggar peraturan, dia itu kreatif, inovatif. Kalau bawahan: melanggar peraturan
Kalau boss men-service atasan, dia itu me-lobby. Kalau bawahan: menjilat.
Kalau boss sering keluar kantor, dia rajin me-lobby customers. Kalau bawahan: kelayapan aja….
Kalau boss sering entertain, dia rajin mencari prospek. Kalau bawahan: menghamburkan uang perusahaan.
Kalau boss membuat tulisan seperti diatas, dia itu humoris. Kalau bawahan: dia frustasi!
Intinya: “Aku boleh, kau tak boleh!”. Terlihat dia itu egois dan mau menang sendiri saja, bukan?
ADA BENARNYA
Nah, dilihat dari sisi yang lain, pernyataan itu ada benarnya. Dalam hal apa?
Boss berhak membuat peraturan peraturan untuk organisasi. Bawahan tidak.
Boss bisa menentukan gaji dan fasilitas karyawan. Bawahan tidak. Kalau semua karyawan bisa menentukan gajinya sendiri, perusahaan bisa kacau balau dan bangkrut.
Boss berhak menentukan jumlah karyawan, menambah atau memberhentikannya. Karyawan tidak bisa.
Boss boleh menentukan besarnya investasi perusahaan di suatu proyek. Bawahan tidak.
Boss mana yang boleh, mana yang tidak, tentunya itu tergantung dari level jabatannya di perusahaan.
Eh, penyakit “Aku boleh, kau tak boleh” ini ternyata menjalar ke dalam kehidupan keluarga rupanya.
Suami bilang:”Aku boleh poligami, kau tak boleh”….Ya, iyalah, masakan istri berpoligami? Berpoliandri-lah…..!
Aku boleh melirik wanita cantik…..Kau juga boleh melirik wanita cantik!
Nah, bukan hanya boss di kantor yang selalu benar. Suami di rumah pun sama ya….:-)
Ketika seorang ayah menasihati anaknya:”Kamu masih kecil, tidak boleh pacaran!”
Si anak protes:”Kok ayah sendiri pacaran?” Jawab si ayah:”Kan ayah bukan masih kecil!”
Itulah logika yang diplesetkan…….
Mengenai “Aku boleh kau tak boleh” ini mengingatkan saya akan ucapan Owner Trakindo, Bp Met Hamami (alm) yang selalu terngiang di telinga:
“Do not compromise yourself”
Dalam hal hal prinsip, jangan kompromi terhadap diri sendiri. (maupun orang lain, tentunya). Jadi ingat juga artikel saya yang lain: Run the Talk
Salam Relative-Contradictive,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking
Professional Licensed Trainer, MWS International
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
Over 30 years experience in various managerial positions
Website: www.mindwebway.com
#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #karyaanakbangsa #interconnection #kompromi