Oleh: Eka Wartana
Bukan hanya kemacetan lho tantangannya. Masih banyak lagi yang lainnya.
Apa lagi tantangan lain pulang kampung?
- Sumber Dana. Katakanlah karyawan mendapat THR. Apakah itu cukup? Ternyata masih kurang. Perlu ditambal dengan pinjaman, gadaikan perhiasan, dll. Ada gaji, (kalau) ada tabungan, tapi kok gak pernah cukup ya….?
- Transportasi. Di masa libur Lebaran, harga harga pada naik, harga tiket kendaraan melangit. Apalagi kalau pulang sekeluarga… bisa dibayangkan besarnya dana yang diperlukan. Sudahlah mahal, jalanan macet pula. Pesawat sih gak macet tapi antrian di bandara yang macet.
- Oleh oleh. Eh, belum cukup sampai di situ lho. Bagaimana dengan oleh oleh untuk sanak keluarga di kampung? Belum lagi ‘uang tambang’ untuk keponakan, family, tetangga di kampung.
Maka perhiasan dan barang barang dijual atau digadaikan untuk menambah dana pulkam. Lalu berusaha mengambil pinjaman di koperasi dan sumber dana lainnya. Biaya bunga sudah tak terpikirkan lagi, saking inginnya pulkam.
Sayangnya ada juga yang saking kepepetnya, meminjam KTA, Kredit Tanpa Angsuran. Bunganya yang mencekik leher, telah banyak menimbulkan korban. Namun, masih juga dicari orang. Mendingan mencari KTA jenis lain: Kredit Tanpa Angsuran…..
Balik dari kampung, sudah menunggu tantangan lain: bagaimana membayar utang, menebus pegadaian, membiayai hidup sampai hari gajian berikutnya…. Pusing deh!!!
Pembelajaran:
Adakah cara untuk membebaskan diri dari tantangan tantangan diatas? Ya, adalah….
Caranya:
- Siapkan dana untuk pulkam pada Lebaran tahun depan, mulai sekarang! Berusaha keraslah untuk menyisihkan uang setiap bulan sebesar biaya pulkam dibagi 12. Kalau ada bonus, simpan semua, jangan dibelanjakan. Target: pulkam!
- Kalau dana tidak bisa mencukupi, tidak usah memaksakan diri untuk pulkam. Tunda ke tahun berikutnya. Sedih? Bisa dimengerti. Tapi kalau dihimpit utang, bukan hanya sedih yang didapat tapi sedih, plus stress (karena dikejar utang), plus pusing (bagaimana membiayai hidup di bulan berikutnya). Bisa bisa penyakit juga ikut nimbrung…..
- Adakan perayaan Lebaran dengan sederhana, sesuai dengan anggaran yang ada. Yang penting silaturahimnya, bukan makan makannya, bukan?
- Kalau memungkinkan, pulkam sebelum atau sesudah Lebaran. Biaya transportasi akan jauh lebih murah. Harga barang barang juga lebih murah. Tidak usah bermacet-ria. Memang suasananya di kampung berbeda. Tinggal mempertimbangkan: mau meriah tapi akhirnya menderita, atau mau sederhana tanpa menyisakan masalah? Pilihan ada di tangan kita!
- Kalau di kampung hanya tinggal orang tua, undang mereka datang ke kota. Daripada pulang sekeluarga, mengundang ortu ke kota lebih hemat, bukan? Mereka juga memerlukan refreshing. Kalau biasanya kita pulkam, sekali sekali biarkan ortu yang dakot (datang ke kota). Cara itu sekaligus menghindari kemacetan karena berangkat dan pulangnya melawan arus…..
Salam Problem Preventing,
Eka Wartana
Trainer: Problem Preventing Training (new module, new approach)
When you need this training, you may contact: 081281811999
Founder The MindWeb Way of Thinking (Berpikir Tanpa Mikir)
Author: Relative-Contradictive dalam Profesi
#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #mindwebway #mindweb #karyaanakbangsa #karyaorisinal #ekawartana #trainer #relativecontradictive #problempreventing #pulangkampung #lebaran #KTA
Benar sekali Pak.
Lebih banyak menggunakan emosi atau perasaan daripada logika .
Memang sebaiknya logika dan emosi seimbang ya, Pak Nofizar. Ketika emosi berkuasa, maka logika binasa….
Tindakan berdasarkan emosi biasanya mendatangkan sengsara….