Perceraian Dini
Oleh: Eka Wartana
Tragis! Menyedihkan! Banyak anak anak yang tidak mengenal ayahnya. Mereka menjadi “anak yatim semu”: kehilangan ayahnya, yang masih hidup tapi tak berada disisinya.
Tak kalah menyedihkan, banyaknya janda muda yang harus menempuh “hidup baru” yang pahit: sebagai single parent. Mereka berjuang untuk membesarkan anaknya, seorang diri. Sebagian dari mereka terpaksa menjalani hidup dengan menjajakan dirinya.
Pernikahan Dini sudah sering dibahas. Bagaimana kalau kita bahas tentang Perceraian Dini? Kenyataan banyaknya terjadi perceraian dini mudah terlihat. Tapi tidak semudah itu untuk mencari sebabnya, kenapa……(seringkali tidak terlihat)
Uraian ini adalah hasil dari pengalaman sendiri, tapi bukan karena pernikahan dini ataupun perceraian dini. Nah, yang mana dong? Yuk kita lihat dengan cara Berpikir Tanpa Mikir ala The MindWeb Way (salah satunya manfaatnya: melihat yang tak terlihat)
Cintaku Terbagi Dua.
Bayangan orang tentunya ini terkait dengan selingkuh…. Bukan! Itu dugaan “yang terlihat”. Justru sebaliknya. Yang tak terlihat: cinta yang terbagi dua dengan….. bayinya! Lho?!
Banyak perceraian terjadi pada tahun awal pernikahan. Dimulai ketika si istri hamil. Keadaan fisiknya berubah, bobotnya bertambah plus perutnya yang “membengkak”. Banyak suami yang luntur cintanya dengan perubahan fisik istrinya. (Saya sendiri kok senang ya, melihat istri saya hamil dengan bentuk fisiknya yang ‘lucu’….).
Nah, ketika si bayi lahir, mulailah muncul masalah bagi si suami. Perhatian istri yang biasanya “I lop you pul” pada suami, sekarang terbagi dua. Malah porsi buat si bayi jauh lebih besar. Nah, inilah kondisi kritisnya. Suami merasa terabaikan dan istri kurang menyadarinya. Tapi wajar dong kalau istri focus pada si kecil. Ternyata ‘ego’ si suami lebih besar dari sayangnya pada si bayi dan ibunya.
Dalam kondisi ‘terabaikan’ itu, si suami akan mudah tergoda. Bila saat itu ada wanita lain yang bisa menggantikan perhatian istri yang (dianggap) hilang, maka terjadilah cinta terbagi dua versi lain…..
Sementara orang lain berusaha keras untuk memperoleh momongan, ini kok malah lupa diri ya….? Semestinya, si suami bersyukur telah berhasil melengkapi keluarganya dengan kehadiran buah cintanya.
Tetapi, si suami sendiri tidak menyadari apa yang terjadi. Salahkah dia? Ya, iyalah. Tapi ketidaktahuannya memberi kesempatan buat dia untuk mendapatkan “amnesti” (kayak pajak aja, ya, pakai amnesti….?).
Nah, untuk mengurangi timbulnya “korban”, apakah itu “anak yatim semu”, janda muda, atau si suami sendiri yang menjadi “korban” rayuan wanita lain (dia sendiri sangat rela “berkorban” untuk itu….?), yuk kita yang sudah menjalani asam garam (ditambah gula merah dan cabe, jadilah bumbu rujak…..he he he) kehidupan, memberi arahan kepada pasangan muda, baik calon pengantin maupun yang baru menikah. Dia perlu diajarkan bahwa akan terjadi perubahan dan dia perlu menyadari bagaimana menghadapinya.
Sebab sebab lain perceraian dini, dengan uraian versi lain, bisa dibaca di buku Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb (sudah beredar di Gramedia).
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana
Founder The MindWeb Way of Thinking, Penulis Buku Berpikir Tanpa Mikir ala MindWeb- A Thinking Breakthrough, Buku MindWeb – A New Way of Thinking, Professional Licensed Trainer (MWS), Praktisi berpengalaman 33 thn dibidang Management
www.facebook.com/eka.wartana.5