Succession Plan – Antara Kepentingan dan Ancaman?

Eka Wartana 10/12/2025 0
Succession Plan – Antara Kepentingan dan Ancaman?

Oleh: Eka Wartana

Hanya 30% perusahaan keluarga yang berhasil melewati transisi sampai ke generasi ke 2. (menurut Family Business Institute). selanjutnya, hanya 13% sampai ke generasi ke 3 dan 3% sampai generasi ke 4.

Apa sebabnya? Kegagalan membangun succession plan. Ada yang disebabkan karena kurang nya perhatian dari owner. Ada juga karena tidak ada niat anak anak nya meneruskan usaha orang tua nya.

Di dalam organisasi perusahaan, succession plan ibaratkan pisau dua sisi: Kepentingan dan Ancaman.

Kepentingan siapa? Ancaman bagi siapa?

Kedua hal itu, kepentingan dan ancaman, di dalam organisasi sering saling “berperang”.

Demi keberlanjutan perusahaan, succession plan sangat penting. Tapi pelaksanaan nya sering gagal karena ada faktor “ancaman” yang dirasakan oleh si pemegang posisi. Akibat nya, sucession planning sering gagal.

Sebelum lanjut, mari kita lihat dulu jenjang succession plan. Katakan lah posisi tengah nya adalah manager. Bawahan nya: supervisor. Atasan nya: general manager.

Si manager dan supervisor berada pada situasi yang serupa. Ada dua tipe manager/supervisor ini.

Tipe 1. Manager/supervisor yang  ingin karier nya berkembang. Mereka merasa perlu mempersiapkan successor untuk menggantikan nya ketika dia dipromosi. Kesempatan dia untuk promosi akan terhambat kalau tidak ada orang yang siap menggantikan posisi nya. Hal ini sejalan dengan arah perusahaan.

Selain untuk keperluan itu, Perusahaan juga perlu mempersiapkan successor untuk antisipasi kalau ada manager/supervisor yang  pindah tempat atau resign.

Tipe 2.  Manager/supervisor yang berada di zona nyaman. Mereka mau bertahan di posisi nya dan tidak mau digeser oleh orang lain. Entah karena alasan kompetensi yang terbatas atau kurang percaya diri, mereka merasa nyaman dalam posisi nya yang sekarang.

Alih alih mengembangkan kemampuan bawahan nya, mereka bahkan menekan bawahan nya yang berpotensi demi kenyamanan diri nya. Mereka ingin supaya tidak ada orang yang sanggup menggantikan nya.  Ini adalah kendala umum yang terjadi di dalam perusahaan.

Bagaimana dengan si general manager? Bukan kah manager tidak punya wewenang untuk memengaruhi promosi bagi atasan nya? Pengaruh nya memang tidak mutlak, tapi tetap ada. Cukup besar malahan. Caranya?

  1. Persiapkan diri untuk menggantikan si general manager. ‘Kan kata orang, “luck” itu datang ketika “persiapan” bertemu dengan “kesempatan”. Nah, ketika keseempatan datang, dia sudah siap.
  2. Dukung atasan (general manager) sepenuhnya. Kalau prestasi kita diakui sebagai prestasi dia, biarkan saja. Itu adalah bekal dia untuk naik pangkat. Dukung sepenuh nya supaya dia bisa berprestasi sebaik mungkin. Ini adalah cara professional mengembangkan karier.  

Jangan meniru cara amatiran dengan mendongkel atasan. Ada lho orang yang ingin jalan pintas dengan menghalalkan segala cara.

Menyiapkan succession plan tidaklah sulit. Namun melaksanakan nya tidak lah semudah merencanakan nya. Seringkali ada kendala dalam penerapan succession  plan ini.

Selain kendala dari pihak manager/supervisor, juga ada kendala dari pihak perusahaan. Kenapa dan apa saja kendala nya?

  1. Pimpinan tidak menyadari perlu nya suksesi kepemimpinan. “Lihat gimana nanti aja”. Kalau ada yang resign, ya recruit aja lagi dari luar. Orang di dalam organisasi merasa kurang termotivasi karena selalu orang dari luar yang diambil untuk mengisi posisi penting.
  2. Mereka tidak melihat masalah kalau belum terjadi. Karena nya mereka tidak bisa melakukan pencegahan masalah. Mereka baru menyesali nya setelah masalah terjadi dan mereka tidak melakukan apa apa.  

Kenapa succession plan penting?

  • Pertama, untuk kelancaran pekerjaan dan keberlanjutan perusahaan. Adanya vakum, kekosongan jabatan bisa memberi dampak pada performa Perusahaan. Recruit karyawan baru bisa memakan waktu lama dan belum tentu memperoleh kandidat yang bagus.
  • Untuk program development karyawan, membuka jenjang karier mereka. Adanya jenjang karier yang jelas, memberi motivasi karyawan untuk berprestasi.
  • Memperkecil employee turn over.

“Tiada success tanpa succession plan!” 

Kenapa? Kata ‘success’itu ada di dalam ‘succession’. Kalau ‘succession’ dihilangkan, maka tidak ada ‘success’ lagi.

“If you fail to plan, you are planning to fail!” , kata Benjamin Franklin.

Kesimpulan nya: sukses pun perlu direncanakan…..

Salam Relative-Contradictive,

Eka Wartana

Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking

Professional Licensed Trainer, MWS International

Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb

Over 30 years of experience in various managerial positions

Website: www.mindwebway.com

#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #karyaanakbangsa #interconnection #successionplan #employeeturnover #careerdevelopment

Leave A Response »