Oleh: Eka Wartana
Banyak sekali orang yang suka ikut ikutan. Trend ini terjadi sejak zaman dulu.
Kenapa ikut ikutan?
- Cari cara gampang
- Gak punya ide sendiri
- Gak percaya diri
Ikut ikutan Maksa
Belakangan ini mulai muncul iklan iklan yang memaksa. Tanda silang (X) untuk menutup iklan sering di umpetin. Mulai ada lagi iklan yang sengaja melambatkan muncul nya tanda ‘X’ nya. Setelah beberapa detik (iklan nya sudah sempat dilihat), baru tanda itu dimunculkan. Mereka memaksa pemirsa untuk ‘melihat’ iklan nya. Ini bentuk ‘pemaksaan’ halus yang menimbulkan antipati.
Kenapa mereka bersikap tidak fair seperti itu? Bisa jadi karena Iklan nya tidak menarik! Orang enggan melihat iklan nya. Karena nya harus ‘dipaksa’!
Cara memaksa seperti itu sebaiknya dihindari karena memancing antipati pemirsa yang bisa menjadi rasa benci bukan hanya terhadap iklan nya, tapi juga pada produk yang di iklan kan.
Like, Subscribe, Share, Follow
Orang berpacu untuk meningkatkan “like” dan follower nya. Karena persaingan berat, banyak yang meminta pemirsa untuk “like, subscribe, share, follow” konten nya. Saking sering nya melihat ajakan seperti itu, muncul rasa bosan dan sebal dari permisa. Apalagi kalau diminta untuk menyimak kontennya sampai selesai. Pemirsa akan cenderung langsung skip konten tsb.
Kenapa mereka melakukan hal itu? bisa jadi karena merasa tidak yakin akan kualitas konten nya. Atau sekedar ikut ikutan orang lain…..
Sekiranya konten nya bagus, mestinya secara otomatis orang akan memberi apa yang diminta itu. Mereka akan menonton konten nya sampai selesai. Dan akan memberi ‘like’ dengaan senang hati. Tapi kalau konten nya tidak menarik, pemirsa cenderung mengabaikan nya.
Kabar baiknya, sebagian creator sudah mulai meninggalkan ‘cara memaksa’ seperti di atas. Mereka memkai cara cerdas dengan menampilkan konten yang bagus dan menarik. Tombol ‘like’ dsb tetap terlihat di pinggiran layar tanpa ada unsur paksaan atau setengah paksaan untuk meng-klik.
Ikut ikutan bertele-tele
Ada banyak konten bagus di youtube. Masalah kesehatan yang beredar sangat bermanfaat. Walau ada juga yang cenderung menakut-nakuti orang: tidak boleh makan ini, makan itu, hindari ini dan itu.
Tujuan nya: menambah liker, follower, subscriber nya.
Satu hal yang membuat kesal adalah konten yang sengaja dibuat panjang, bertele-tele. Ibarat masakan, terlalu banyak bumbu nya. Padahal pemirsa tentunya ingin tahu apa inti nya. Dengan semakin banyak nya video dalam medsos, pemirsa ingin penjelasan yang ringkas dan praktis.
Jadi, apa yang dilakukan banyak content creator itu bertentangan dengan keinginan pemirsa. Tentu nya ada juga orang yang suka dengan hal hal yang bertele tele. Dengan semakin banyak nya informasi yang berseliweran di medsos, tentu nya pemirsa akan kewalahan menyisihkan waktu untuk hal hal yang berkepanjangan.
Saran: Sebaik nya jangan hanya ikut ikutan arus. Carilah cara yang lebih cerdas dan elegant dalam beriklan. Kalau tidak, hasil nya bisa tidak sesuai dengan harapan.
Salam Relative-Contradictive,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking
Professional Licensed Trainer, MWS International
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
Over 30 years of experience in various managerial positions
Website: www.mindwebway.com
#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #karyaanakbangsa #interconnection #problempreventing #iklan #contentcreator
