Oleh: Eka Wartana
Kekuasaan itu bersahabat dengan jabatan dan dana. Kekuasaan tertinggi kebanyakan berada di tangan ‘dana’Runner up nya baru kekuasaan. Kenapa? Karena dana mampu ‘membeli’ jabatan dan membuat orang menjadi penguasa.
Karenanya, kekuasaan itu sesungguhnya kelemahan.
Apa contohnya?
- Seorang pria yang galak di kantor, bukan berarti dia itu kuat dan berkuasa. Ternyata di rumah dia bertekuk lutut tak berkuasa terhadap istrinya. Istrinya yang berkuasa. Berarti istrinya kuat? Sesungguhnya lemah juga karena dia tidak kuasa menjaga nafsu berkuasanya.
- Penculik berkuasa atas sanderanya. Kelemahannya? Begitu dikasih dana, sanderanya dilepas, kekuasaannya lenyap. Penculik itu lemah, baik setelah dipenuhi tuntutannya maupun sebelum menculik. Setelah tuntutannya dipenuhi, kekuasaannya hilang. Sebelum menculik, kelemahannya: mencari cara mudah untuk memperoleh uang/dana. Dia tidak berkuasa mengendalikan diri untuk mencari uang dengan cara yang benar.
- Koruptor di sandera oleh penguasa, dan mau menuruti kemauan penguasa. Kalau tidak, korupsinya akan dibongkar. Penyandera, walaupun punya kuasa, sebenarnya orang yang lemah karena tidak mampu untuk mengatasi masalahnya dengan cara yang wajar. Dampak buruknya, kejahatan korupsi bisa terlindungi. Padahal korupsi itu jelas merugikan negara dan rakyat.
- Boss menyiksa pembantunya, anak pejabat menyiksa anak dari bawahan bapaknya. Karena apa? Karena si boss mempunyai kekuasaan. Kelemahannya? Dia tidak mampu mengendalikan dirinya. Dia silau dengan kekuasaan yang dimilikinya. Karenanya menjadi lupa diri. Dia itu orang orang yang lemah, yang berlindung dibalik kekuasaan.
- Boss pinjol berkuasa atas orang orang yang memerlukan uang. Mereka tidak berkuasa untuk menjauhkan dirinya dari keserakahan mengeruk uang orang yang lemah. Mereka penguasa yang tidak berkuasa alias lemah, karena takluk dibawah ketiak kerakusannya.
Seperti kata Abraham Lincoln, karakter seseorang bisa berubah karena kekuasaan.
“.….Jika Anda ingin menguji karakter seseorang, beri dia kekuasaan.“
Setiap kekuasaan membuat seseorang mampu memengaruhi orang lain. Tapi orang yang berpengaruh dan berkharisma tidak memerlukan kekuasaan untuk mengarahkan orang lain. Mereka memakai pengertian, bukan kekuasaan dalam menjalankan perannya.
Semakin banyak diberi kekuasaan, semakin lemah diri seseorang. Benarkah?
Backing penguasa membuat orang sok kuasa. Begitu backing nya hilang, dia kelimpungan, berubah menjadi seorang pengecut.
Dengan kekuasaan, orang bisa menguasai orang lain, kecuali dirinya sendiri
Kekuasaan itu mudah tergoda untuk berlaku tidak adil: membuat pemenang menjadi kalah, yang kalah menjadi pemenang…… Contohnya: wasit sepak bola.
Kesimpulannya, kekuasaan tidak selalu membuat orang menjadi berkuasa tapi menjadi orang lemah yang berlindung dibalik kekuasaan.
Disclaimer: Kekuasaan bisa menjadi kekuatan atau kelemahan, tergantung dari karakter dari pemegang kekuasaan.
Salam Problem-Preventing,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking
Professional Licensed Trainer, MWS International
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
Over 30 years of experience in various managerial positions
Website: www.mindwebway.com
#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #karyaanakbangsa #interconnection #problempreventing #kekuasaan #kelemahan