Oleh: Eka Wartana
Dari pengalaman ternyata quote ini ada benarnya:
“Some people will ‘love you’ as much as they can use you.
Their ‘loyalty’ ends where the benefits stop…..” (Srinivas Shenoy)
Banyak orang yang bersikap manis sekali ketika dia punya kepentingan.
Setelah kepentingannya terpenuhi dan ketika orang itu tidak memberikan manfaat lagi, maka ‘sampai di situ saja’….semuanya berakhir!
Tapi, masih ada lho orang orang yang kebaikannya murni, tanpa pamrih. Sayang orang seperti ini masih jarang sekali ada……
Bagaimana dengan Perusahaan? Sama saja.
Berapapun jasa Anda ke Perusahaan, ketika Anda berhenti atau pensiun, semuanya itu akan terkubur bersama dengan berlalunya waktu.
Jadi, perlu kah loyal ke Perusahaan? Harus dong, terlepas dari bagaimana akhir dari semuanya itu nanti. Kenapa? Karena kita adalah professional, bukan amatiran…..
Kalau prestasi kita tidak dihargai oleh Perusahaan? Tetap saja perlu loyal. Kenapa? Banyak orang tidak sadar bahwa selama ini mereka hidup dari gajinya. Mereka mampu membesarkan anak anaknya, memberikan Pendidikan, Kesehatan dan banyak lainnya.
Tapi kan Perusahaan tidak memotivasi karyawannya? Betul sekali, sebaiknya prestasi diberikan apresiasi untuk memicu motivasi. Kalau ada pertanyaan, hal apa yang memicu motivasi seseorang? Apa ya…? Tergantung dari orangnya.
Ada yang termotivasi dari uang yang diterimanya. Ada yang mendambakan kenyamanan dan keamanan kerja. Ada yang mengharapkan pujian, penghargaan atas prestasinya.
Tapi ada juga yang tidak terpengaruh oleh itu semua lho! Mau prestasinya dihargai atau tidak, dia tetap bekerja sebaik mungkin. Motivasinya tidak tergantung dari faktor luar, tapi dari dalam dirinya sendiri.
Motivasinya digerakkan oleh aktualisasi diri (self actualization). Dia ingin membuktikan kemampuannya sendiri dan selalu melakukan yang terbaik untuk menghasilkan yang terbaik. Dia ingin mencapai kepuasan diri melalui pembuktian itu.
Nah, orang yang dimotivasi oleh self-actualization ini akan mencintai pekerjaannya (love) dan loyal terhadap Perusahaan. Keduanya, Love & Loyalty menyatu di dalam dirinya. Dan itu tidak hanya terjadi ketika dia masih bekerja, tapi juga setelah dia berhenti.
Level dari Love and Loyalty dari karyawan sangat tergantung dari cara bagaimana Perusahaan ‘menjaga’nya. Jarang sekali ada karyawan yang motivasinya aktualisasi diri. Maka sikapnya terhadap Perusahaan, baik ketika masih bekerja atau sesudah berhenti akan berbeda beda.
Cara karyawan berhenti menentukan sikapnya terhadap perusahaan. Orang yang diberhentikan akan berbeda sikapnya dengan orang yang pindah kerja ke Perusahaan lain, mau usaha sendiri, atau yang pensiun.
Selain itu, sikap karyawan dan mantan karyawan sangat dipengaruhi oleh sikap Perusahaan terhadap mereka. Perusahaan sebaiknya terus memelihara motivasi karyawan. Berilah penghargaan untuk prestasi special dari karyawannya. Memang mereka sudah digaji untuk itu. Tapi tanpa factor motivasi, semuanya akan berjalan biasa biasa saja. Tidak ada kreatifitas, tidak ada inovasi yang berkembang. Masih sangat jarang ada karyawan dengan motivasi level tertinggi: self-actualisation.
Love dan loyalty perlu dipelihara dan dikembangkan oleh kedua belah pihak: Perusahaan dan karyawan.
Bertepuk sebelah tangan tidak akan menghasilkan suara…….
Salam Relative-Contradictive,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking
Professional Licensed Trainer, MWS International
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
Over 30 years experience in various managerial positions
Website:www.mindwebway.com
#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #karyaanakbangsa #interconnection #love #loyalty #selfactualization #professional