Oleh: Eka Wartana
Asosiasi di sini tidak ada hubungannya dengan perkumpulan atau persatuan. Tapi tentang hubungan pemikiran. Terpikir satu hal, teringat hal lainnya.
Belakangan ini ada angka angka yang paling top, mengalahkan nilai ulangan siswa. Angka yang mana? 1, 2, 3 (semoga tidak ada siswa yang nilainya serendah itu ya…!).
Angka ini membuat banyak orang menjadi serba salah. Sebelumnya hal ini bukanlah masalah. Sebenarnya, sekarang juga tidak masalah sih, hanya saja mengarah ke asosiasi ke politik tertentu. Misalnya, pemakaian emoticon dalam komunikasi, atau pemilihan warna.
Mau ngasih tanda jempol, dikatakan mendukung paslon tertentu. Biasanya kalau sedang berpose foto orang suka mengacungkan jempol. Ada yang pakai 1 jempol, ada 2 jempol. Yang gak ada itu 3 jempol….
Begitu juga tanda telunjuk. Mau menunjuk ke suatu arah, dikira kampanye. Angkat telunjuk mau bicara, dikira mendukung paslon tertentu.
Hati hati lho memakai emoticon dalam komunikasi. Bisa ditafsirkan macam macam oleh pembacanya. Segala hal di asosiasikan ke pilpres….
Yuk kita usil sedikit…. Lihat kata asosiasi. Kata itu mewakili semua paslon pilpres lho! Memang sih tidak ada angka angka di situ. Tapi ada sejumlah huruf huruf nya: ada 1 huruf ‘o’, 2 huruf ‘a’ dan ‘i’, 3 huruf ‘s’. Kelihatannya angka 2 yang dominan. Tapi judul ini dipilih bukan karena angka angka itu. Fokus dari kata asosiasi ini adalah hubungannya dengan angka, warna dan emoticon.
Pilpres ini memang menimbulkan banyak sekali asosiasi yang tidak menggambarkan makna dari pemakainya. Orang yang suka warna merah, bukan berarti pendukung partai tertentu. Demkian juga biru, kuning, hijau.
Lucunya ketika anak anak bernyanyi lagu ‘Balonku’ juga diasosiasikan. Kalau yang meletus balon hijau duluan, lain lagi sosiasinya kalau yang meletus itu balon merah. Memilih warna baju pun jadi subjek asosiasi! Para ibu ibu semakin lama memilih baju yang mau dipakainya…..
Bahkan dalam kehidupan juga ada sosiasinya. Angka 1 diartikan jomblo, padahal setiap kali dia ganti pacar. Angka 2 diartikan berpasangan, padahal bisa juga diartikan punya 2 orang pasangan (pacar, istri). Angka 3 bisa diasosiasikan 1 pria dengan 1 wanita, jadi nambah 1 hasil ‘produksinya: anak.
Tahu gak:
- kenapa ada paslon yang suka membagi susu? Ya karena angka 2 nya dominan: jumlah huruf ‘s’ maupun ‘u’ nya ada dua……
- kenapa ada paslon yang suka menonton pertandingan Carabao Cup? Ya karena ada kerbaunya……(carabao = kerbau, dalam Bahasa Spanyol. Pilipina, Inggris)
- kenapa ada paslon yang hobi unjuk jari telunjuk? Karena minta giliran berbicara (dan memang pintar berbicara)
Itu semua cuma guyon….., jadi jangan ITE-kan saya, ya….!
Rumit kah asosiasi itu semua? Menurut saya, tidak sih. Saya akan tetap merasa bebas memakai emoticon apa yang relevant dengan maknanya. Bebas memilih warna yang saya sukai. Bebas juga memilih angka yang sesuai dengan kebutuhan.
Rakyat bebas menentukan pilihannya dalam pilpres mendatang. Tentunya juga bebas menentukan pilihannya dalam hal angka, warna, maupun emoticon. Setuju kan rekan rekan….?
Salam Relative-Contradictive,
Eka Wartana
Author:
Relative-Contradictive dalam Profesi, (pesan buku via WA ke: 081281811999)
Berpikir Tanpa Mikir – Terobosan Cara Berpikir,
To Think Without Thinking – A Thinking Breakthrough,
MindWeb-A New Way of Thinking.
Founder and Master Trainer:
The MindWeb Way of Thinking
Problem-Preventing, The Advanced Competency – The MindWeb Way
#relativecontradictive #problempreventing #tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #ekawartana #karyaanakbangsa #aslikaryaindonesia #mindweb #asosiasi #pilpres #kampanye #emoticon