Kualitatif atau Kuantitatif (Cash or Credit)

Eka Wartana 22/06/2023 0
Kualitatif atau Kuantitatif (Cash or Credit)

Oleh: Eka Wartana

Setiap hari, begitu banyak beredar penawaran KTA, Kredit Tanpa Agunan. Ada yang dari bank bank resmi. Lebih banyak lagi dari penipu. Banyak orang yang tertipu karena mereka membutuhkan pinjaman dan tidak punya agunan (jaminan). Alih alih mau dapat pinjaman, mereka malah kehilangan uangnya.

Begitu banyaknya penawaran untuk KTA sehingga sangat mengganggu. Situasinya akan berbeda kalau mereka menawarkan KTA bentuk lain: Kredit Tanpa Angsuran alias hibah. Semua orang juga mau.

Mana ya yang lebih enak, membeli dengan cash (lunas sekaligus) atau credit (angsuran). Mengapa kebanyakan transaksi dilakukan dengan credit? “C” (Credit) yang satu dipilih karena absennya “C” yang lain (Cash). Membayar dengan angsuran terasa lebih ringan karena nilainya lebih kecil. Tetapi total utangnya menjadi lebih besar karena adanya bunga pinjaman. Ada juga lho yang hobinya mengangsur walaupun punya cukup uang.  

Pengusaha kaya pun banyak yang punya utang. Mereka memerlukan cash flow untuk pengembangan usahanya.

Kesimpulannya, yang punya utang tidak selalu yang miskin. Yang punya uang tetap saja ngutang. Situasinya relative dan juga kontradiktif, bukan?  

Bagaimana dengan kehidupan kita sehari-hari? Misalnya, minum obat, yang diminum 3 x 1 pil sehari. Total pil yang diminum adalah tiga. Bagaimana kalau diminum tiga pil sekaligus? Toh jumlahnya sama? Jumlahnya sama tapi dampaknya beda!

Demikian pula makan: sarapan, makan siang dan makan malam, boleh dirapel jadi satu? Sekali makan tiga piring? Dengan jumlah sama, dampaknya berbeda.

Menurut para ahli, makan dengan cara “kredit” diangsur beberapa kali dengan porsi kecil berdampak lebih bagus daripada makan sekaligus banyak. Tubuh bisa menjadi lebih langsing karena metabolisme tubuh menjadi lebih cepat.

Bagaimana dengan tidur? Tidur 8 jam sehari, tentu berbeda dengan tidur dalam satu jam sebanyak delapan kali. Misalnya, tidur jam 10, bangun jam 11, kemudian tidur jam 12 bangun jam 1 dan seterusnya. Dijamin badan akan melayang-layang. Jumlah jam tidurnya sama tapi kualitas dan dampaknya berbeda.

Orang yang begadang semalaman, kondisinya tidak akan pulih dengan tidur 8 jam di siang harinya. Konon, orang yang begadang memerlukan 2-3 lipat waktu tidur untuk memulihkan kondisi tubuhnya seperti semula.

Lalu bagaimana untuk “tidur” yang lain: tidur dengan pasangan? Kebiasaan “tidur” 4 kali sebulan, diganti dengan 4 kali semalam? Proses dan akibatnya bisa berbeda sekali, bukan? Buat yang muda dan kuat tidak masalah, apalagi buat orang yang hypersex. Masalahnya baru akan timbul belakangan setelah usia menua.

Pembejalaran:

Dalam hidup ini sisi kuantitatif (jumlah) seringkali mengaburkan sisi kualitatif-nya (nilai). Dampak yang diakibatkannya bisa jauh berbeda. Sebaiknya kita memperhatikan keseimbangan antara keduanya.

Source: buku Relative-Contradictive dalam Profesi (Hal. 9: “Bayar Lunas atau Angsuran”)

Salam Relative-Contradictive,

Eka Wartana

Author:

Relative-Contradictive dalam Profesi, (pesan buku via WA ke: 081281811999)

Berpikir Tanpa Mikir – Terobosan Cara Berpikir,

To Think Without Thinking – A Thinking Breakthrough,

MindWeb-A New Way of Thinking.

Founder and Master Trainer:

The MindWeb Way of Thinking

Problem-Preventing, The Advanced Competency – The MindWeb Way

#relativecontradictive #problempreventing #tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #karyaanakbangsa #aslikaryaindonesia #mindweb #kuantitas #kualitas #kta #credit #cash #kredittanpaagunan

Leave A Response »