Oleh: Eka Wartana
Enak lho tinggal di Medan. Makanannya enak enak, belum lagi duriannya yang berkualitas top banget. Dan satu lagi, orang orang di Medan berbicara apa adanya, jauh dari kepura-puraan. Selama 4 thn di Medan, plus selama bergaul dengan teman teman orang Medan di kampus (dan teman se kamar di kos-kosan), plus selama sekolah di Malang (orang sana juga sangat terbuka), cukuplah membuat saya lebih mengenal sikap orang, mana yang terus terang, mana yang munafik.
Dari pengalaman saya, kiranya inilah ciri-ciri orang munafik:
- Sikap ramahnya berlebihan. Motifnya bisa untuk membuat orang tertarik padanya, atau ada kekurangan/ keburukan yang ingin ditutupinya
- Berusaha keras untuk menimbulkan kesan baik, tanpa niat baik yang sesungguhnya.
- Bersikap manis di depan kita (berlebihan) tapi ‘menusuk’ dan ngomongin di belakang.
- Sering merasa iri hati terhadap orang lain, tapi sangat pandai menyembunyikannya
- Selalu punya pamrih dibalik kedok kebaikannya. Ketulusan tidak ada dalam kamusnya.
- Senang melihat orang lain menghadapi masalah, tapi pandai berpura-pura berempati.
- Demi mencapai tujuannya dia mau menyebarkan fitnah. Parahnya, dia tidak merasa bersalah.
- Suka berbohong, dan menutupi kebohongan dan keburukannya dengan berbohong lagi
- Suka mengumbar janji, memberi harapan palsu tanpa niat sungguh sungguh menepatinya. Tujuannya untuk menarik simpati dan terus memanfaatkan orang lain
Semua orang punya sifat munafik. Yang berbeda adalah kadarnya, ada yang 24 karat, ada yang sepuhan aja. Juga bisa dilihat dari niatnya, apakah untuk tidak mengecewakan orang lain atau menjaga keharmonisan hubungan. Apapun itu, yang penting, harus ada niat baik, bukan?
Kenapa orang menjadi munafik?
- Menutupi kelemahan, keburukan dirinya
- Kebutuhan akan perhatian dari orang lain
- Kompensasi kekurangan dirinya
- Menyelamatkan diri
- Mengambil keuntungan dari situasi yang ada
- Ketidakmampuan menghargai persaingan yang fair
- Ingin melampiaskan rasa iri hatinya
- Merasa tidak nyaman dan terancam
- Mengharapkan imbalan, termasuk keuntungan untuk diri sendiri.
- Ambisi yang sangat tinggi.
- Ingin menghindari masalah, tantangan
Pembelajarannya:
- Jangan mudah termakan ‘racun’ yang disebarkan oleh orang munafik. Kalau tidak waspada, kita bisa ikutan menjadi orang munafik
- Berpikir jernih, seimbangkan logika dan emosi. Orang munafik suka memanfaatkan kondisi emosi orang lain.
- Jangan terpancing secara emosional
- Saring dulu komentar komentar dari orang lain
- Jangan mau melayani gunjingan
- Selalu mencoba menilai secara fair setiap situasi dan komentar orang lain
Kemunafikan bisa menular lho, gak mau kalah dari virus. Karenanya sebaiknya kita jauhi orang orang yang munafik. Kepalanya penuh dengan pikiran pikiran negative yang tersembunyi.
Salam Relative Contradictive,
Eka Wartana
Founder, Master Trainer, The MindWeb Way of Thinking
Author: Relative-Contradictive, Berpikir Tanpa Mikir, To Think Without Thinking, MindWeb
www.mindwebway.com
#mindwebway #mindweb #berpikirtanpamikir #ekawartana #relativecontradictive #kecerdasanemosional #munafik
Mantap Artikelnya, Pak Eka Wartana.
Terima kasih Pak Wuryanano. Cuma nerusin artikel yang bagus aja, Pak…..