Balas Dendam ala Joker
Oleh: Eka Wartana
Sudah banyak orang yang membahas tentang nasib si Joker.
Tulisan ini bukan membahas tentang nasibnya, tapi nasib penontonnya. Kita semua patut kasihan terhadap orang yang menderita seperti dia itu. Yang akan kita bahas adalah filmnya sendiri.
Tanpa disadari, orang belajar membalas dendam dari berbagai sumber. Bisa dari pengalaman sendiri, pengalaman orang lain, dari gossip, dari film, dan lainnya.
Tetapi orang lupa atau tidak tahu bagaimana belajar untuk menghindari balas dendam. Orang lupa bahwa dia bukanlah hakim yang menentukan orang bersalah atau tidak. Mereka lupa bahwa masih ada Tuhan Yang Maha Adil yang akan mengadili menusia di akhirat.
Saya sendiri menyesal telah menonton film ini. Bukan karena tidak simpati kepada si Joker yang menderita itu, bukan! Tapi karena dampak buruk dari film itu. Ini yang tersembunyi di balik simpati penonton terhadap si Joker.
Di akhir film, malah si Joker yang pembunuh berdarah dingin, di elu-elukan bagaikan pahlawan.
Siapa yang sebaiknya tidak usah menonton film Joker?
Banyak orang bilang, jangan ajak anak anak menonton film ini. Mereka kuatir nantinya anak anak akan belajar mendendam karena nasib yang dialaminya setelah dewasa.
Film itu bukan hanya berbahaya untuk anak anak, lho. Orang dewasa dan remaja juga. Kenapa?
- Dewasa: Si Joker sudah dewasa ketika tahu tentang perlakuan ibunya di masa kecil. Walaupun ibunya sangat sayang kepadanya ketika dia dewasa, dia tega membunuh ibunya.
Bisa jadi ada penonton dewasa yang punya pengalaman yang serupa. Mereka bisa saja meniru tindakan balas dendam brutal ala Joker.
- Remaja: Kaum remaja sangat mudah meniru terutama kejadian di negara Barat sana. Kejiwaan mereka masih labil dan mudah terpengaruh.
Kenapa film Joker ini berbahaya?
- Manusia akan menyerap dengan mudah hal hal yang dialaminya dalam keadaan trance. Ketika menonton film, orang akan sangat focus dan berada dalam kondisi trance.
- Dalam keadaan trance itulah pesan pesan yang masuk memengaruhi sikap, pandangan orang, mem-bypass logika.
- Dalam kondisi itu, balas dendam brutal dianggap sebagai hal yang benar, minimal dianggap biasa.
- Penonton yang mengalami hal yang mirip dengan pengalaman di Joker, kemungkinan meniru perilakunya.
- Bisa jadi juga penonton akan meniru perilaku orang orang yang mem-bully di Joker dan menganggap itu sebagai hal yang biasa.
Dari berita banyaknya pembunuhan massal di negara negara Barat seperti Amerika, kita bisa mengira bahwa sikap kekerasan dengan senjata api sudah tidak aneh lagi di sana. Di negeri kita sih, belum dalam tahap separah itu. Tapi kita patut waspada karena bisa saja pemilik senjata api terpengaruh oleh sikap brutal di Joker, menembak orang dengan pistolnya.
Di sisi lain, bisa juga orang jadi trauma melihat penampilan badut lucu, akibat ulah si badut Joker.
Pokoknya lebih banyak buruknya daripada baiknya menonton film Joker ini. Tapi kembali lagi, adalah hal setiap orang menilai film yang dilihatnya. Ada yang suka, ada yang tidak.
Sempat muncul pertanyaan dari dalam diri saya: Apakah penusukan seorang pejabat kita belum lama ini terinspirasi dari film Joker? Semoga tidak…….
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana
Professional Licensed Trainer (MWS Int), Master Trainer–The MindWeb Way of Thinking, dengan 33 thn pengalaman managerial.
Founder: The MindWeb Way of Thinking, To Think Without Thinking
Author: To Think Without Thinking (English Edition), Berpikir Tanpa Mikir (Indonesian Edition), MindWeb– A New Way of Thinking (English dan Indonesian)
Website: mindwebway.com, FB: www.facebook.com/eka.wartana.5
IG: www.instagram.com/eka.wartana/
Need Training?
The MindWeb Way of Thinking/ Berpikir Tanpa Mikir
Management Training?
Contact: 081281811999 (WA) or eka.wartana@mindwebway.com
#tothinkwithoutthinking
#berpikirtanpamikir
#tanpamikir
#themindwebway
#mindweb
#ekawartana
#joker
#balasdendam
#dendam
#trance