MOST DANGEROUS
By Galatia Chandra
Author of Hacking Your Mind Book
Jika Anda bandingkan antara seekor Beruang dan seekor Rusa, menurut Anda hewan manakah yang paling berbahaya bagi manusia?
Saya yakin sebagian besar Anda akan mengatakan: “BERUANG!”. Padahal faktanya adalah… dari data riset di Amerika di tahun 2000, Beruang ternyata hanya membunuh 6 orang. Sementara seekor rusa ternyata bertanggung jawab atas kematian dari 83 orang pada tahun tersebut.
Kalau dilihat dari cara Hewan tersebut menyerang manusia. Jelas Beruang tampak lebih ganas. Karena ia mempunyai gigi yang tajam serta cakar yang tajam dan kuat. Tapi Rusa ternyata sering menyeberang sembarangan di jalan raya, sehingga menyebabkan kecelakaan-kecelakaan serius yang merengut nyawa manusia.
Yah seperti itulah nalar kita sebagai manusia. Kita menganggap sesuatu lebih berbahaya hanya pada penampilan fisik dan dengan asumsi-asumsi kita. Kita tidak menyadari bahwa sesuatu yang kita takuti malahan lebih sedikit bahayanya daripada sesuatu yang tidak kita sadari dan takuti yang terkadang jauh-jauh lebih berbahaya.
Lebih berbahaya berusaha atau diam?
Apakah Anda lebih takut untuk memulai sebuah bisnis / usaha yang bisa berakibat gagal atau Anda lebih takut untuk tetap bekerja sebagai pegawai dengan posisi yang sama hingga 30 tahun ke depan?
Apakah Anda khawatir bahwa hati Anda akan sakit kembali atau hidup seumur hidup sendirian tanpa mau mencoba membina hubungan dengan lawan jenis seumur hidup?
Apakah Anda takut untuk berbicara di depan publik atau takut karena KEMAMPUAN Anda tidak diketahui dunia?
Apakah Anda takut terhadap perubahan sehingga memilih status quo atau lebih takut terimbas oleh perubahan itu sendiri?
Apakah Anda takut dikatakan sok politik, atau diketahui pilihan politiknya apa, ketimbang diam dan membiarkan orang yang yang tidak kita sukai atau berprestasi buruk, berkuasa? Mana yang lebih berbahaya?
Diam, tidak berpihak, tidak mengambil keputusan, tidak berusaha itu sesungguhnya jauh lebih berbahaya.
”Life is like riding a bicycle, to keep your balance, you must keep moving.” – Albert Einstein.
Hidup kita ini laksana sebuah jalan raya, jika kita diam tidak melakukan apa-apa, kita akan terlindas dengan perubahan. Sebab kita mau atau tidak mau, usia kita terus berubah, alam terus berubah, dunia terus berubah. Jika kita diam, maka kita akan jatuh dan terlindas zaman.
Lebih bahaya jalan yang berbatu dan menantang atau jalan lurus tanpa rintangan?
Ketika Anda mengendarai mobil dan memasuki jalan yang berbatu dan menantang, apa yang terjadi? Anda pasti akan berjalan perlahan dan hati-hati. Anda akan memusatkan seluruh panca indera Anda agar Anda tidak bermasalah bukan?
Namun ketika Anda menggunakan jalan tol yang lurus dan mulus… Bisa jadi Anda terlena dan mengantuk dan jika kita tidak berhati-hati itu bisa menjadi kecelakaan yang tidak diinginkan.
Jadi mana yang lebih berbahaya?
Orang biasanya jatuh karena terlena, terbius oleh kenyamanan dan kenikmatan. Seekor monyet di atas pohon jatuh bukan karena angin yang keras menerpanya. Tetapi karena angin sepoi-sepoi yang membiusnya.
Orang jatuh bukan akibat batu yang besar melainkan batu kecil yang tidak diperhatikan.
Oleh karenanya friends… jangan hindari tantangan hidup yang kelihatannya menyeramkan itu… hadapi dengan berani. Sebab itu lebih tidak berbahaya dibandingkan dengan hidup tanpa tantangan yang akan membius kita dan menenggelamkan hidup kita dan menjadikan kehidupan kita suam-suam serta tidak menarik. Ini lebih berbahaya.
Juga lebih berbahaya orang yang hidup tanpa tujuan, tanpa goal, tanpa tantangan dan tanpa motivasi hidup. Orang yang menghadapi tekanan dan tantangan hidup paling tidak mereka tau apa tujuan, goal dan motivasi hidupnya yaitu meninggalkan tekanan dan tantangan hidup tersebut. Dan setiap tantangan hidup itu menjadikan hidup kita lebih kuat dan lebih sehat.
“Winners are not afraid of losing. But losers are. Failure is part of the process of success. People who avoid failure also avoid success” – Robert T. Kiyosaki
Jadi mana yang lebih berbahaya? Beruang atau Rusa?
Have a GREAT Day! GC
This article is published with permission of Mr. Galatia Chandra.