Mengalah: Sudah Menang
Oleh: Eka Wartana
“Mengalah untuk menang”, itu ungkapan yang sudah banyak diucapkan orang. MindWeb Way memiliki pandangan yang berbeda. “Mengalah itu sudah menang”. Bagaimana ceritanya?
Mengalah Untuk Menang
Dari ungkapan ini tersirat adanya:
- Sikap transaksional, ada ‘buntut’nya. (kalau buntut pakai ‘sop’ nya…..uenaaak tenan)
- Strategi untuk mencapai tujuan, yaitu kemenangan, yang bisa berlatarbelakang: mengelabui (membiarkan ‘lawan’ lalai dulu).
- Hasilnya bisa berubah dari Lose – Win menjadi Win-Lose, dia menang, lawannya kalah, ataupun Win-Win (sama sama menang).
- Upaya menghindari konflik, perdebatan. (apalagi debat kusir…kenapa kusir? padahal kusir tak pernahberdebat dengan kudanya…?)
Mengalah untuk menang sering dilakukan orang. Cara ini tidak ada salahnya dan sangat efektif dalam banyak kasus. Hasil akhirnya bisa win-win, bisa juga win-lose.
Mengalah: Sudah Menang
Berbeda dengan ‘mengalah untuk menang’, mengalah dalam hal ini berbeda dalam ‘niat’nya. Niatnya mengalah adalah untuk memperbaiki keadaan, bukan hanya untuk menang. Tujuannya: win-win, sama sama menang. (Juara Bersama dong….? Boleh dong ngikuti PSSI…..?)
Dengan mengalah sesungguhnya, kita sudah menang duluan. Kita mampu menang sebelum bertanding. Kok bisa? Tentu saja bisa karena kita sudah berhasil memenangkan ‘pertempuran’ yang berat melawan diri sendiri, mengalahkan ego.
Kebanyakan orang tidak mau mengalah karena faktor emosi, gengsi, plus ego. Kalau tidak ada yang mau mengalah, maka semuanya akan berakhir lose-lose (keduanya kalah).
Kalau kedua pihak bakal kalah, ngapain bertempur? Seringkali sikap orang tidak masuk logika, bukan?
Orang yang tidak sudi mengalah itu dikuasai oleh emosinya dan membiarkan logikanya tertidur. Dia biarkan dirinya dikuasai oleh keadaan yang seringkali berakibat buruk.
Mengalah berdasarkan niat baik, seringkali diiringi oleh kemenangan. Mengalah itu penuh hikmah. Dengan tulus mengalah, jiwa kita sudah tenang dan damai, sementara ‘lawan’ kita yang tak rela memaafkan masih terbenam dalam keadaan ‘stress’ yang tersembunyi.
Jadi, dengan mengalah dengan niat baik, kita bisa menang dua kali: mengalahkan ego sendiri dan memenangkan hal yang diperjuangkan. Hasil minimalnya: draw (1-1) kalau tujuan akhir tidak tercapai. Kita tidak mungkin kalah lho!
Jadi, ketika kita mengalah, misalnya meminta maaf dan tidak ditanggapi, ya sudahlah. Hasilnya ‘kan draw, kita tidak kalah. ‘Lawan’ kita sesungguhnya sudah kalah!
Dia tidak mampu membebaskan dirinya dari cengkeraman ego, emosi dan gengsinya. Dia terperangkap dalam keadaan kalah (Lose), walaupun ‘merasa’ menang.
“Orang bilang: ‘Mengalah untuk menang!’. Itu sudah biasa.
MindWeb Way bilang:
‘Dengan mengalah, Anda sudah menang, mengalahkan “musuh” yang sulit: diri sendiri (ego). Apakah orang memberikan tanggapan positive atau negative, bukan masalah lagi”. (The MindWeb Way)
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana
Professional Licensed Trainer (MWS Int) dengan 33 thn pengalaman managerial.
Founder: The MindWeb Way of Thinking, To Think Without Thinking
Author: To Think Without Thinking (English Edition), Berpikir Tanpa Mikir (Indonesian Edition), MindWeb– A New Way of Thinking (English dan Indonesian)
Website: mindwebway.com, FB: www.facebook.com/eka.wartana.5
IG: www.instagram.com/eka.wartana/
Training, Book Order: eka.wartana@mindwebway.com
#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #tanpamikir #themindwebway #mindweb #ekawartana #training #trainer #mengalah #mengalahuntukmenang #sudahmenang #winwin #winlose #losewin #niatbaik #gengsi #emosi #ego