Semuanya Mulai Dari Nol?
Oleh: Eka Wartana
Ketika mengisi bensin, si operator SPBU berkomentar:”Dimulai dari nol ya, Pak!”. Setelah selesai, kecepatan mobil juga mulai dari nol.
Semua kendaraan, baik darat, laut maupun udara, ketika mulai bergerak, kecepatannya dimulai dari nol. Kemudian, kecepatannya akan berbeda-beda tergantung dari kendaraannya, pengendaranya, dan kondisi sekitarnya.
Bagaimana dengan kehidupan kita, apakah “mulai dari nol” ini juga berlaku? Nampaknya iya.
Ketika baru lahir, usia kita nol, pengalaman juga nol. Sekolah mulai dari kelas nol atau playgroup. Setelah lulus kuliah, mulai bekerja dengan pengalaman nol dengan penghasilan nol.
Ada juga yang menjadi pengusaha, pengalamannya juga nol ketika memulai. Kalaupun dia mewarisi perusahaan orangtuanya, yang modalnya berlimpah, pengalamannya tetap saja mulai dari nol.
Karena semua orang mulai dari titik nol, hasil yang dicapai oleh masing masing orang tergantung dari keputusannya untuk memilih: apa yang ingin dia capai (arah) dan bagaimana cara (proses) yang ditempuh untuk mencapainya. Arah dan cara ini menjadi kunci dari kecepatan pengembangan karier ataupun usahanya.
Seseorang bisa gagal meskipun dia sudah memakai cara yang hebat, kecepatan yang tinggi. Kalau arahnya salah, semuanya akan sia sia.
Ibarat seseorang mengendari mobil F1 dengan kecepatan tinggi, dengan kemahiran tinggi, bisa gagal karena salah arah. Maunya ke Sentul, sampainya di Bantul.
Karyawan
Setelah lulus kuliah, saya menetapkan dulu pekerjaan apa yang saya inginkan (arah): menjadi kepala cabang di Trakindo. (lumayan sok tahu dan sok pede ya, padahal mencari pekerjaan tidak mudah).
Cara yang saya tempuh: membuat lamaran kerja ke Trakindo dan beberapa perusahaan lainnya. Ini cara yang biasa dilakukan pelamar. Eh, diterima di Stanvac (perusahaan minyak) dan Trakindo (dealer alat berat). Karena lokasi Stanvac terpencil (Pendopo dan Lirik) sedangkan Trakindo di kota, saya putuskan masuk Trakindo.
(Di lokasi Stanvac itu, sulit mencari jodoh karena anak anak yang sudah remaja akan sekolah ke kota besar. Ini menjadi petimbangan juga….Eh, masih muda sudah mikirin nikah…. he he he).
Selanjutnya, cara yang cepat untuk maju bagaimana? Eh, kebetulan (memang nasib mujur seringkali mendekati saya) ada program executive trainee di Trakindo yang diprogram untuk menjadi kepala cabang.
Maka, dengan arah yang pasti, cara yang pas, saya beruntung memperoleh kecepatan yang baik untuk mencapai apa yang saya inginkan sebagai awal karier saya.
Arah
Seperti kata Stephen Covey dalam 7 Habits of Highly Effective People: “Begin with the end in mind”. Apa yang ingin kita capai. Arah mana yang ingin kita tempuh.
Arah yang benar akan menjauhkan kita dari waktu, energi dan biaya yang sia sia. Dengan arah yang salah, kecepatan seberapa tinggipun akan sia sia! Cara yang bagaimanapun canggihnya juga akan sia sia.
Cara
Selain melalui program by-pass (jalan toll) seperti management trainee, banyak cara yang ditempuh orang untuk meningkatkan kariernya.
Ada yang memakai cara yang benar: selalu menambah ilmu dan keterampilan, meningkatkan self-discipline, membina komunikasi yang baik, belajar dari pengalaman orang lain (sehingga tidak perlu mengulang kesalahan yang pernah dibuat oleh orang lain), belajar dari kesuksesan orang lain, selalu melakukan yang terbaik (Do your best!), bersikap sebagai seorang professional.
Ada juga orang yang memakai cara yang miring: menjilat atasan, mencari nama, menyingkirkan saingan dengan cara yang tidak fair. Orang model ini memakai pendekatan personal, melupakan cara professional. Biasanya cara ini tidak langgeng, dan berakhir tragis. Selain itu juga menumpuk dosa di akhirat…..(ups…nyerempet spiritual).
Kecepatan
Perkembangan karier bisa dipercepat dengan kecepatan. Maksudnya? Bekerja dengan efisien, efektif dan selalu berusaha mempercepat proses, terus memelihara gairah kerja. Caranya? Asah terus keterampilan, selalu mencari terobosan cara kerja. Coba untuk mengotomatisasikan pekerjaan yang rutin. Yang penting: kecepatan jangan mengurangi kualitas!
Rem Karier
Alih alih mempercepat, banyak karyawan yang malah menyabot kariernya sendiri, tanpa disadarinya. Ngambek ketika dimarahi boss, atau karena gaji tidak naik sesuai dengan keinginan, malas malasan, semuanya itu merupakan rem yang mengurangi laju karier.
Orang yang ngembek itu ibarat menjalankan mobil dengan rem diinjak. Akibatnya, rem bisa panas dan blong, berakhir dengan kecelakaan. Sementara mesinnya juga cepat rusak karena dipaksa jalan dengan beban berlebihan.
Mulai dari nol dan interkoneksinya
Mulai dari nol ternyata menunjukkan adanya hubungan dengan berbagai hal lainnya:
- SPBU
- AQ (Adversity Quotient), ketangguhan menghadapi kesulitan, masalah
- Usaha yang baru dimulai (atau baru mulai lagi setelah bangkrut)
- Kelahiran, ‘argometer’ usia si bayi mulai berdetak saat dilahirkan
- Pergerakan, semua yang bergerak mulai dari keadaan diam (statis) termasuk mobil, kereta api, pesawat udara, sampai dengan atlit lari.
- Karyawan, yang baru mulai kerja, gajinya mulai dari nol ketika menganggur.
Salam Berpikir Tanpa Mikir,
Eka Wartana
Professional Licensed Trainer (MWS Int) dengan 33 thn pengalaman managerial.
Founder: The MindWeb Way of Thinking, To Think Without Thinking
Author: To Think Without Thinking (English Edition), Berpikir Tanpa Mikir (Indonesian Edition), MindWeb– A New Way of Thinking (English dan Indonesian)
Website: mindwebway.com, FB: www.facebook.com/eka.wartana.5
IG: www.instagram.com/eka.wartana/
Training, Book Order: eka.wartana@mindwebway.com
#tothinkwithoutthinking #berpikirtanpamikir #tanpamikir #themindwebway #mindweb #ekawartana #training #trainer #nol #mulaidarinol #karier #professional #arah #cara #proses #kecepatan #interkoneksi #selfdiscipline #terobosan