BERANI
By Galatia Chandra – Jan 30, 2019
Pada suatu ketika di daerah Barat Daya Amerika Utara yang sekarang dikenal sebagai daerah New-Mexico, seorang anak berusia sekitar 10 th dari suku Comanche Indian, mendatangi tenda ayahnya. Di dalam sana tampak sang ayah sedang duduk dengan mata yg terpejam, sedang bersemedi.
“Ayah, boleh aku ikut berburu esok pagi?” Tanya anak tersebut memecahkan kesunyian disana. Mata sang Ayah terbuka sebentar lalu tertutup lagi.
“Ya Ayah, bolehkan aku ikut berburu besok? Lihat, aku sudah mengasah pisauku serta membuat anak-anak panah untuk bekalku berburu. Bahkan busurku pun telah kurentangkan agar lentur. Pasti aku akan jadi Indian pemberani yang hebat seperti Ayah.
Suasana masih tetap senyap. Terdengar suara berat sang Ayah, “Apa kamu sudah berani untuk berburu? “Ya!” saut si kecil dengan sigap. “Dengan pisau & panahku, aku akan jadi yang paling hebat.” Sang Ayah senyum, “Baik, kamu boleh ikut besok, tapi ingat, kamu harus jalan di depan rombongan kita. OK?” Si kecil pun mengangguk.
Keesokan hari, para pemburu siap di pinggir hutan. Kepala suku & Indian muda berdiri paling depan. “Hari ini anakku yang akan memimpin perburuan kita.” Si kecil dengan gagah berteriak, “ayo kita berangkat.”
Mereka pun masuk ke dalam hutan. Pohon-pohon semakin rapat & semak makin tinggi. Sinar matahari pun tak leluasa menyinari lebatnya hutan. Mulai terdengar suara-suara binatang yang ada disana. Indian kecil yang tadi melangkah dengan gagah, mulai cemas & takut.
Wajahnya sesekali menengok ke belakang, ke arah sang Ayah. Tiba-tiba terdengar suara harimau mengaum. “Ayah…!!” teriak si kecil. Tangannya menutup wajah & ia lari ke belakang. Sang Ayah tersenyum melihat kelakuan anaknya, begitupun Indian lainnya.
“Kenapa? Kamu takut? Mana keberanian yg kamu perlihatkan kemarin?” Indian muda itu terdiam. “Bukankah kamu bilang, pisau & panahmu dapat membuatmu berani? Kenapa kamu takut sekarang?
Lihatlah Nak, keberanian itu bukan berasal dari apa yang kau miliki. Tapi, keberanian itu datang dari sini, dari jiwamu, dari dalam dadamu.” Tangan Kepala Suku menunjuk ke arah dada si kecil.
Berani itu bukan artinya tidak adanya (absennya) rasa takut. Berani adalah sebuah kemampuan untuk maju ke depan walaupun ada ketakutan dalam dirinya. Berani harus disertai dengan Kebijaksanaan dan Wawasan yang luas sebab tanpa kebijaksanaan atau wawasan yang luas Berani adalah sebuah tindakan yang bisa jadi sebuah kebodohan.
Untuk menjadi berani, kita membutuhkan pengetahuan yang luas tentang hal yang kita ingin tempuh serta mentalitas tinggi untuk mengatasi ketakutan yang akan muncul karenanya.
Sebagian besar orang menjadi takut, bisa terjadi oleh karena pengalaman masa lalunya (traumatic), terlalu banyak menonton film-film horror yang mempengaruhi pikiran, karena terlalu diproteksi oleh orang tua, atau bisa juga tidak punya pengalaman / tidak pernah melakukannya. Apa pun itu jika kita tidak pernah mencobanya, kita pasti akan takut. Semakin kita sering mencoba hal-hal yang baru, kita akan semakin menjadi berani.
Ada sebuah tehnik untuk menjadi berani dari seorang filsuf Cina yang luar biasa bernama Lao Tzu, ia pernah berkata demikian:
”Being deeply loved by someone gives you strength, while loving someone deeply gives you courage.” (Lao Tzu)
Jika ketika kita merasa takut untuk menghadapi tantangan di depan kita, ingatlah bahwa hal yang kita lakukan tersebut adalah demi sesuatu obyektif atau demi orang-orang yang kita cintai. Misalnya keluarga kita. Dengan begitu kita akan mempunyai kekuatan untuk berani menghadapi tantangan tersebut.
Have a GREAT day! Galatia Chandra.