Cukup Dua Saja?
Apanya yang cukup dua? Di jaman Pak Harto, KB (bukan Kebun Binatang, tapi Keluarga Berencana) sangat gencar dikendalikan. Terlepas dari pro dan kontra pendapat tentang beliau, ini adalah pencapaian yang luar biasa. “Cukup dua anak saja”.
Berbeda antara anak dan istri. Banyak pria yang menganggap satu tidak cukup. Tapi orang yang sama juga merasa dua masih tidak cukup. Tiga masih kurang. Ada yang menggenapkan menjadi empat, plus plus (simpanan-simpanan, hasil hunting dari nikah siri online, atau dari chatting di FB, dll).
Apa ya yang akan terjadi, kalau dua anak yang lahir itu masing masing ingin punya istri dua? Sepertinya ada defisit (kekurangan) calon istri, bukan? Adakah kemungkinan lain, bila defisit istri tidak terjadi….? Dilihat dari sisi lain, arahnya adalah istri milik bersama…..(tidak resmi). Kok mirip sertifikat tanah ya….? Banyak sertifikat tanah yang pemiliknya ganda.
Pria lajang yang tidak kebagian istri akan “main mata” dengan istri-istri orang lain. Istri istri orang lain yang merasa cintanya dibagi dengan istri istri lainnya, akan berbagi cinta dengan para pria yang tidak kebagian istri (supaya adil, katanya)……waduh! Maka terjadilah suatu peristiwa langka dimana banyak orang orang yang melakukan poligami, sekaligus poliandri. Sang istri ‘suami’ nya banyak, sang suami ‘istri’ nya banyak……
Di Singapore lebih gawat lagi. Wanita nya banyak yang tidak mau menikah. Mestinya terjadi inflasi istri, dan bisa bersinergi dengan Indonesia, ‘kan? Tapi ya itu tuh, …boro boro dijadikan istri kedua, ketiga, jadi istri aja mereka gak mau. Bisa jadi dalam beberapa decade nanti akan banyak orang berwajah Indonesia di Singapore? Sesuatau yang berlebih akan mengalir ke yang kekurangan. (ada satu pengecualian, yaitu orang kaya tapi pelit….he..he..he..)
Bisa dibayangkan, apa yang akan terjadi kalau defisit ini semakin lama semakin membesar…..Rumah tangga semakin kacau, anak anak semakin terbengkalai. Sepertinya perlu mulai dipikirkan slogan “Satu saja sudah berlebih”……? Ini berlaku untuk anak maupun istri.
Situasinya kok mirip ya dengan orang yang bermuka dua (bukan mukanya ada dua). Kenapa ya, orang yang suka bermuka dua, masih suka mencari muka terus…..?