Sawit dan Tip
Oleh: Eka Wartana
Bukan main! Jelang mendarat di Kuala Lumpur International Airport (KLIA), mata hanya bisa memandang hamparan hijau pepohonan kelapa sawit di sekeliling bandara. Begitu juga ketika menempuh perjalanan dari KLIA ke Hotel Ancasa di pantai Port Dickson, taxi melintas diantara pepohonan sawit yang subur. Lahan lahan yang ada betul betul dimanfaatkan dengan baik. Kebun sawit, selain produktif menunjang export, menjadi sumber oxygen dan yang tak kalah pentingnya, juga menyerap air tanah yang mencegah banjir. Suatu pemanfaatan lahan dengan baik, produktif dan menjaga lingkungan hidup! Salut pada Malaysia! (biasanya orang berkomentar:”I see…”, tapi dilihat dari sudut iseng MindWeb, sawit kalau diurai menjadi “Saw it”. I saw it!).
Berbeda pemandangannya ketika mau mendarat di bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Yang terlihat dari atas adalah hamparan atap rumah-rumah dan gedung-gedung. Dikala musin hujan terlihat genangan air dimana-mana, jalanan pun berubah menjadi ‘sungai’. Tidak ada salahnya kita belajar dari negeri jiran.
Itu adalah kekaguman saya yang kedua tentang Malaysia. Yang ketiga, saya alami ketika baru tiba di Hotel Ancasa. Dengan membawa barang bawaan, termasuk buku-buku MindWeb, saya berjalan dari depan ke gedung B, tempat dimana resepsionis hotel berada. Ketika berpapasan dengan seorang petugas hotel (dia bukan ‘petugas partai’….he…he…), tanpa basa basi dia langsung mengambil alih barang saya dan membawanya ke resepsion. Begitu tiba di sana, dia langsung ngeloyor pergi, padahal saya belum sempat memberinya tip. Di negara lain biasanya, portir akan berdiri saja menunggu ‘reaksi’ dari tamu….. Hebatnya lagi, petugas itu ternyata bukan portir, tapi karyawan restoran! Salut!
Ternyata…….. tipping tidak dikenal di Malaysia. Begitu penjelasan dari Encik Sallih Khalil, seorang Professional hebat dari perusahaan ternama di Malaysia. Karyawan bekerja berdasarkan tugasnya, bukan berdasarkan tips! Kiranya ini adalah salah satu cara yang bagus ditiru untuk menghapuskan korupsi. Kenapa? Pada dasarnya, korupsi bersumber pada imbalan. “Kalau kamu memberikan service yang baik, maka kamu akan kuberi imbalan”. Ini lalu berubah menjadi:”Kalau kamu mau ‘service’ yang baik, kamu harus memberikan imbalan”. (imbalan = komisi). Semuanya berdasarkan pamrih. Keikhlasan telah sirna di negara-negara korup! (disini…., no tip, you’re tipped, terjungkal……no tip, you’re slipped, tergelincir).
Itulah pengalaman saya ketika sharing tentang metode MindWeb di Port Dickson, Malaysia, memenuhi undangan En. Sallih Khalil. Oh, iya…… kekaguman pertamanya belum ya? Yang pertama itu, ya inilah dia. Para Professional Malaysia sangat gigih mengembangkan kemampuan dan professionalism mereka. MindWeb mereka simak dengan focus dan mereka mampu menangkap maknanya dengan sangat baik. Dengan kualitas para professional nya yang tinggi, tidak heran kalau fondasi ekonomi Malaysia begitu kuat. Ketika negara-negara lain, jeblok, Malaysia hanya turun sesaat dan naik lagi sesudah itu.
Terlepas dari masalah politik, kiranya kita bisa belajar yang baik dari siapa saja, termasuk dari tetangga kita Malaysia.
Salam MindWeb, Eka Wartana